When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Clara masih menatap Regina lurus dengan mata yang perlahan melebar. "Apa maksud kamu?" Sentaknya sudah meninggikan suara membuat Regina tersenyum saja. "Kau tahu kan kalau Syahir sekarang buta, gak bisa ngelihat apa-apa. Gerakannya pun terbatasi karena penglihatannya yang bermasalah, tanpa bantuan tongkatnya mungkin ia akan kesusahan sampai mati." Jelas wanita itu lagi masih dengan nada tenang. Clara mencengkram selimutnya erat. Berusaha menahan emosinya yang sudah di ubun-ubun. "Dia masih naif sekali, langsung percaya terhadap semua ucapanku. Bahkan, dia dengan polosnya mau-mau saja aku tawarkan bekerja sama padahal nyawa taruhannya. Bukankah ini karma untukmu, Clara?" "Kumohon, jangan libatkan Syahir. Dia sudah cukup menderita selama ini. Kalau kamu mau balas dendam, sama aku saja