When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Pemuda jangkung itu menjatuhkan tubuhnya ke tanah basah dengan menatap lurus tempat di hadapannya yang kini sudah tidak tersisa lagi. Tenda-tenda yang terlihat tadi kini sudah hilang dilahap api. Pemuda itu merunduk samar dengan duduk tidak tenang, merasa tidak biasa dengan perasaannya sekarang. Apalagi ia kini tidak melihat Syahid keluar dari sana. Dan bodohnya ia hanya bisa menyaksikan tanpa berniat membantu. Kedua kalinya. Ia meninggalkan Syahid dalam keadaan sekarat. Selalu mementingkan keselamatan diri sendiri tanpa menoleh sedikit pun dan hanya terus berjalan pergi membiarkan kembarannya harus terlalap api dan menjadi abu kini. Pemuda yang tidak lain adalah Syahir itu berjalan lesu dengan tatapan kosongnya. Sesekali menggigit rahagnya menahan diri untuk tidak menangis. Karena disa