What Wrong With Devian (1)

2000 Words
"Permisi, bisakah kau beritahu kami ruangan rector kepala di mana?" tanya Jessie pada salah satu petugas kebersihan kampus. "Oh itu di sana, kalian lurus saja kemudian belok kiri. Di sanalah ruangan Mr. Jonathan, ruangan paling pojok." kata petugas kebersihan itu. "Oke, terima kasih." ucap Syahquita. Mereka kembali berjalan sesuai arahan yang berikan oleh petugas kebersihan itu. Ketika berada di depan ruangan Jonathan mereka merasa bingung mengapa kakeknya memilih tempat yang paling pojok untuk ruangannya, padahal ia bisa meminta ruangan di manapun letaknya. KNOCK... KNOCK... KNOCK... Martha mengetuk pintu kayu yang bertuliskan nama "Jonathan Valdez" tertempel pada pintu itu. "Masuklah." ucap sang pemilik ruangan. Martha membuka pintu secara perlahan-lahan, menyumbulkan sedikit kepalanya, "Apa kami boleh masuk?" Jonathan mengenali suara itu, ia memperhatikan seseorang di balik pintu itu "Iya, masuklah, nak." "Kakekkkkkkk." teriak Syahquita mendorong Martha agar ia bisa masuk ke ruangan Jonathan. "Kalian? Ada apa?" tanya Jonathan. "Apa kami harus mempunyai alasan untuk bertemu denganmu?" Jessie berbalik tanya pada Jonathan. Jonathan tersenyum ke arah cucu-cucunya, "Hmm tidak juga. Bagaimana kalian bisa tahu ruangan kakek?" "Mengikuti insting Martha." jawab Syahquita asal. Jonathan menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar jawaban konyol dari cucunya itu. "Mengapa kalian tidak masuk ke kelas?" tanya Jonathan lagi. "Mr. Benz tidak hadir hari ini." sahut Jessie sambil mengamati barang-barang yang ada di dalam ruangan Jonathan. Secara tidak langsung ketiga gadis itu seakan meneliti apa saja yang ada di dalam ruangan kakeknya yang menjabat sebagai rector kepala di kampus ini. Mata Syahquita tertuju pada berkas yang menunjukkan sebuah kejadian aneh nan tragis. Ia meraih berkas itu dari meja Jonathan. "Mr. Benz di serang oleh binatang buas?" tanya Syahquita pada Jonathan. Seketika Jessie dan Martha yang sedang sibuk mengamati menjadi penasaran dengan yang Syahquita baca, kemudian mereka mengambil berkas itu dari tangan Syahquita. Sama seperti Syahquita, mereka juga terkejut saat membaca dan melihat gambar yang ada di berkas itu. "Ya, saat kemarin ia melakukan kemah bersama keluarganya di hutan tiba-tiba saja ia diserang oleh hewan buas. Tapi, syukurlah seluruh keluarganya aman." jawab Jonathan. Syahquita mengamati kembali gambar yang ada dalam berkas itu, luka yang ditimbulkan sangatlah aneh sebab luka itu berada di leher dan seperti bentuk gigitan sesuatu. "Hewan buas apakah yang mengincar leher manusia?" tanya Syahquita selektif. "Ini seperti sesuatu yang pernah kau ceritakan pada kami saat kau membaca buku jelek dari perpustakaan di rumah, Syah. Hewan apa namanya?" kata Jessie berusaha mengingat saat itu. Syahquita menggeleng cepat, "Itu bukan hewan melainkan vampire." "Nah, itu dia maksudku. Mungkinkah makhluk itu sungguh nyata?" tanya Jessie dengan raut wajah seriusnya. "Tentu, tidak. Makhluk itu tidak ada di dunia ini. Cerita yang kalian baca itu hanya fiktif belaka agar anak-anak tidak keluar rumah saat malam hari." kata Jonathan. Syahquita, Jessie dan Martha saling bertukar pandang satu sama lain, mereka antara percaya dan tidak percaya dengan jawaban dari Jonathan. Karena setelah mereka dewasa mereka mulai mengetahui kebohongan yang selama ini mereka dengar saat masih kanak-kanak. "Aku jadi ingat saat malam itu setelah Mom datang untuk melihat kita sudah tidur atau belum, disitu aku berpura-pura tertidur. Dan setelah Mom pergi, aku pergi ke ruang kerja Dad untuk menanyakan tentang Vampire kepada Dad." kata Syahquita "Lalu apa yang kau tanyakan pada paman?" tanya Martha penasaran. Syahquita bersandar pada rak bulu di belakangnya dan mengingat apa saja yang Charlie katakan pada malam itu. ~~~ Back to 12 years ago ~~~ Setelah Sharon menjauh dari kamarnya, Syahquita segera menghentikan aksi berpura-pura tidurnya. Ia membuka pintu kamarnya untuk mengintip apakah Sharon masih berada di lorong depan kamarnya atau tidak. Kondisi aman terkendali. Syahquita keluar dari kamarnya seperti seorang pencuri, gadis kecil itu berlari sekencang mungkin menuju ruang kerja Charlie karena di jam segini ayahnya itu pasti berada di sana untuk menyelesaikan pekerjaannya. Syahquita berlari dengan sangat hati-hati takut jika buku yang ia dekap jatuh dan dirinya pun akan ketahuan oleh Sharon atau Margareth yang mungkin saja masih berkeliling rumah memastikan semua pintu dan jendela tertutup. Ruang kerja Charlie masih berada di lantai yang sama dengan kamar Syahquita hanya saja ruang kerja itu berada di ujung bangunan atas atau lebih tepatnya di sisi timur lantai tersebut. Gadis kecil itu menghentikan langkahnya di depan pintu kayu berwarna hitam yang terdapat ukiran dibagian tengahnya. Syahquita mengetuk pintu itu lalu membuka pintu secara perlahan-lahan. Dan benar saja dugaan gadis kecil itu benar, Charlie sedang duduk di belakang meja dengan laptop yang masih menyala di depannya. “Syahquita, mengapa kau belum tidur?” tanya Charlie yang mendapati putri kecilnya mengintip dari balik pintu. “Dad, boleh aku masuk?” “Tentu, Nak. Masuklah.” kata Charlie. Setelah mendapat izin dari ayahnya, Syahquita masuk ke dalam ruangan itu dan menutup kembali pintunya. Gadis kecil itu melangkah mendekat ke ayahnya, ia meletakan buku yang sedari tadi dibawa ke atas meja kerja ayahnya. “Dad, apa aku boleh bertanya padamu?” “Ya, tentu, Nak. Mengapa tidak? Apa yang ingin kau tanyakan?” Charlie terlihat antusius mendenger pertanyaan dari sang putri. “Apa yang kau ketahui mengenai vampire, Dad?” Charlie terlihat kaget mendengar pertanyaan putrinya, ia tak mengira jika Syahquita akan bertanya mengenai hal itu. “Mengapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?” Syahquita melirik buku yang ada di atas meja, ia menunjuk ke arah buku itu begitupun dengan Charlie yang mengikuti ke arah putrinya menunjuk. “Aku membaca buku itu, Dad. Dalam buku itu ada makhluk yang bernama vampire. Tapi aku tidak tahu seperti apa makhluk itu? Apa kau tahu, Dad?” Charlie nampak bingung melihat buku tua itu dan putrinya secara bergantian. “Ya, Dad sudah pernah membaca buku itu. Apa buku itu kau dapatkan dari perpustakaan?” Syahquita mengangguk pelan dengan wajah polosnya. “Katakan padaku, Dad, seperti apa mereka?” Charlie tersenyum kecil, ia mengangkat tubuh mungil putrinya dan mendudukkannya di atas pahanya. “Vampire itu terlihat seperti manusia biasa tapi mereka suka meminum darah manusia, rata-rata dari mereka sangat kejam dan jahat seperti peri yang jahat.” “Apa bentuk mereka juga seperti peri yang jahat? Mereka memiliki sayap?” Charlie menggeleng pelan masih dengan senyumannya. “Tidak, sayang. Mereka tidak memiliki sayap tapi mereka memiliki taring-taring panjang di dalam mulut mereka dan kuku yang panjang pula untuk menyakiti mangsanya.” Mata gadis kecil itu membulat, nampak raut wajah takut saat Charlie mengatakan menyakiti mangsanya. “Really, Daddy?” “Ya, Nak. Vampire itu sering keluar saat malam hari ketika sinar matahari tidak lagi menyinari dunia ini. Ketika malam hari juga mereka akan mencari mangsa dannnnnn.” Charlie menggantung perkataannya karena melihat ekspresi sang putri yang begitu serius mendengar ceritanya. “Dan hhhaaapppp… Mereka akan mengigit mangsanya dan meminum darahnya.” lanjut Charlie memegang kedua lengan atas putrinya dan sukses membuat gadis kecil itu terkejut. “Apakah vampire sungguh nyata, Daddy?” Charlie terdiam sejenak memikirkan jawaban atas pertanyaan putrinya. Ia menggeleng pelan dengan senyuman kecilnya. “Tentu tidak, Nak. Jika mereka ada maka semua manusia akan kehabisan darah.” “Apa kau yakin, Daddy?” “Ya, Daddy yakin, sayang. Jika mereka ada pasti mereka sudah menggigit kita. Terlebih dengan anak kecil yang belum tidur di jam segini.” canda Charlie. “Mereka akan mengigitmu di bagian ini, ini dan ini.” Charlie menggelitiki putri kecilnya di bagian perut, leher dan ketiaknya hingga putrinya tertawa karena rasa geli akibat ulah ayahnya. “Aaahh Daddy, stop it.” keluh Syahquita berusaha menjauhkan tangan ayahnya dari perutnya. Charlie menghela nafas pelan, ia menghentikan keusilannya. “Oke, baiklah. Sesi tanya-jawab sudah selesai sekarang waktunya kau untuk tidur. Jika tidak maka ada vampire yang siap menerkamu.” Charlie berlaga seakan siap memainkan jari jemarinya di perut gadis kecil itu. “Okee, oke. Aku akan pergi tidur.” “Ayo, Daddy akan mengantarkanmu ke kamarmu.” kata Charlie beranjak dari duduknya masih dengan menggendong putrinya. Charlie berjalan keluar dari ruang kerjanya dengan menggendong putrinya serta membawa buku tua itu menuju kamar Syahquita. Di tengah perjalanan, Syahquita kembali menanyakan sesuatu pada ayahnya. “Dad, dari mana kau mendapatkan buku itu?” “Hmm dari kakekmu, Nak. Buku-buku sejarah di rumah ini pemberian kakekmu juga.” jawab Charlie. “Dan dari mana kakek mendapatkan buku itu, Dad?” Syahquita tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan bahkan gadis kecil itu sudah seperti seorang wartawan saja. Charlie sedikit berpikir sejenak, mengingat-ingat dari mana buku itu berasal. “Jika tidak salah buku itu diberikan oleh teman kakek sebelum keluarga mereka pergi dari kehidupan kakek.” Syahquita hendak mengajukan pertanyaan lagi akan tetapi Charlie sudah lebih dulu berbicara sehingga gadis kecil itu mengurungkan niatnya. “Nah, sekarang kau sudah sampai di kamarmu. Segera tidur jika tidak kau akan terlambat bangun esok pagi.” kata Charlie yang mendapat anggukan mantap dari putrinya. Charlie membaringkan putriya di atas tempat tidur, memakaikan selimut hingga menutupi sebagian tubuhnya dan tidak lupa mengecup hangat kening putrinya. “Selamat malam, Nak.” “Selamat malam, Dad.” Charlie beranjak dari duduknya menuju pintu kamar Syahquita, sebelum ayahnya itu pergi dari sana Syahquita mengatakan sesuatu yang membuat langkah Charlie tertahan. “Dad, I love you 3000.” Charlie tertawa kecil mendengar perkataan putrinya. “I love you 3000 too.” Ia keluar dari kamar putrinya dengan menutup rapat pintu itu, membiarkan putrinya untuk beristirahat. Sebelum memejamkan matanya gadis kecil itu kembali membayangkan seperti apa pangeran yang ada di dalam buku itu. “Selamat malam, Paman vampire tampan.” Perlahan-lahan matanya tertutup dan akhirnya gadis kecil itu terlelap dalam tidurnya dan  memasuki alam mimpi indahnya. ~~~ Back To Now ~~~ Syahquita menceritakan mengenai percakapannya dengan Charlie ketika malam itu pada semua yang ada di ruangan itu. Syahquita melangkahkan kakinya ke sofa yang ada di ruangan Jonathan, ia mendudukan tubuhnya di pinggiran sofa. "So kakek, dari mana buku itu kau dapatkan?" tanya Syahquita dengan selektif seakan dirinya seorang detektif. Jonathan tersenyum mendengar gaya bicara Syahquita, "Dari salah seorang teman lama kakek." Syahquita mengangguk paham, "Lalu bagaimana keadaan Mr. Benz sekarang? "Kabar terakhir yang kakek terima bahwa Mr. Benz sudah sedikit membaik, luka di lehernya mulai menunjukkan kesembuhan." jawab Jonathan. "Syukurlah. Semoga Mr. On time bisa dengan cepat kembali ke kampus." ujar Jessie. Jonathan terkekeh saat mendengar cucunya mempunyai nama panggilan khusus untuk dosen yang cukup berpengaruh di kampus ini. Syahquita tertawa kecil melihat reaksi kakeknya, sedangkan Martha terlihat menyikut pelan lengan Jessie yang tanpa sengaja menyebutkan nama yang mereka buatkan khusus untuk Mr. Benz. Syahquita melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, sebentar lagi jam mata kuliah kedua akan segera di mulai. So mereka harus kembali ke kelas. "Oke, kakek kami permisi." pamit Syahquita. "Dan terima kasih telah memperbolehkan kami berada di ruanganmu." timpal Jessie. Syahquita berjalan ke arah tempat duduk Jonathan, begitupun dengan Jessie dan Martha. Syahquita memeluk Jonathan dari belakangnya. "Kami menyayangimu, kakek." ujar Syahquita mencium pipi kiri Jonathan. "Yaph, kami selalu menyayangimu, kakek." ucap Jessie dan Martha berbarengan. Mereka semua memeluk Jonathan sangat erat, Jonathan yang mendapat serangan pelukkan dari cucunya sangat bahagia, "Aku juga menyayangimu Syahquita, Jessie and Martha. Always and forever." Satu per satu cucunya melepaskan pelukkannya dari Jonathan, "Oke, kami pergi dulu, Grandpa." "See you letter, Grandpa." kata Syahquita. Mereka bertiga berjalan keluar dari ruangan Jonathan menuju ke kelas mereka yang berada di lantai 2. Dengan berjalan santai mereka melewati lorong lantai 3 yang cukup ramai karena ada 2 kelas yang baru saja selesai mata kuliah pertama. Mereka kembali ke kelas mereka untuk mengikuti mata kuliah kedua dan mata kuliah terakhir hari ini.                                                                                               *** Selesai perkuliahan hari ini Syahquita ada jadwal kumpul bersama klub kesenian. Akhir-akhir ini ia sangat di sibukkan dengan kegiatan bersama klubnya, tapi itu tak masalah bagi Syahquita karena dengan kesibukkannya itu ia tidak terus menerus memikirkan Devian. Ia membereskan barangnya dan segera melesat menuju studio dance. Entah dia yang terlalu bersemangat atau apa, ketika tiba di studio dance belum ada anggota klub kesenian kecuali Drake seorang. Sepertinya Drake tidak mempunyai kesibukkan lain sehingga ia selalu datang pertama saat ada perkumpulan dengan klub. "Hi, Drake. Di mana yang lain?" tanya Syahquita ketika memasuki studio dance. "Hi, Syah. Aku tidak tahu. Mungkin masih menuju ke sini." jawab Drake menatap Syahquita. Syahquita mengangguk mantap sambil berjalan ke arah Drake. Ia duduk di samping Drake yang sedang asik menonton video dance dari grup yang cukup terkenal di dunia dancing. Syahquita tak mengerti dengan gerakan yang sedang Drake tonton sehingga ia merasa bosan jika menontonnya. Ia meraih ponselnya di dalam tas yang tak ia lihat sejak tadi pagi. Ada sebuah pesan terkirim dari seseorang, lalu dengan penasaran Syahquita membaca pesan tersebut. Fr : My Busy Boy "Hii, sayang. Hari ini aku pulang cepat. Aku akan menjemputmu di kampus. See you, I love you." Pesan itu terkirim pada pukul 11.55 waktu setempat. Syahquita menghela nafas bosan, ia mengetik sesuatu pada layar ponselnya untuk membalas pesan dari Devian.  To : My Busy Boy "Oke, hari ini aku ada kegiatan bersama klub kesenian. Me too." Hanya singkat, padat dan jelas Syahquita membalas pesan itu. Selain tak b*******h untuk berbicara atau chat dengan pria itu, ia juga tak bisa berpikir kata-kata panjang untuk membalas pesan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD