Devian and His Prize (2)

1925 Words
"Maaf, Nona. Seseorang memintaku untuk memberikanmu kotak ini dan orang itu mengatakan kau harus memakainya." kata waiter itu. Syahquita menatap bingung ke arah waiter itu lalu menatap kotak di hadapannya, "Hmm, baiklah. Terima kasih." Syahquita menerima kotak yang diberikan oleh waiter itu. "Terima kasih kembali. Kalau begitu aku permisi." ucap pelayan itu lalu pergi. Syahquita membuka kotak itu, matanya terbelalak begitu melihat isi dari kotak tersebut. Sebelum ia teriak Syahquita menutup kembali kotak itu lalu beranjak dari duduknya menuju kamar mandi. Syahquita menjinjing gaun berwarna biru navy yang tentunya menjadi warna terfavoritenya. Ia tersenyum bahagia saat melihat gaun tersebut. "Entah siapa yang memberikan ini, aku benar-benar bahagia." girang Syahquita. Syahquita segera beranjak dari duduknya, mengarahkan kakinya ke toilet untuk mengganti pakaiannya, ia begitu semangat mengenakan gaun indah, elegan nan mewah. Syahquita menatap dirinya dari kaca, ia terlihat cantik saat mengenakan gaun itu. Syahquita menata rambutnya agar terlihat sedikit lebih rapi, ia mengeluarkan make-up yang selalu ia bawa ke kampus. Syahquita menambahkan sedikit polesan make-up natural pada wajahnya. Selesai dengan semuanya, Syahquita keluar dari kamar mandi lalu kembali ke meja yang telah menjadi tempatnya tadi. Devian melihat Syahquita dari kejauhan, ia amat terpukau dengan penampilan wanita itu. Devian tak menyangka jika aura kecantikan Syahquita begitu memancar dari kejauhan. "Kau sangat sangat cantik, Syah." puji Devian saat Syahquita berada di depannya. Syahquita tersenyum sambil mengamati perubahan pakaian Devian, "Bagaimana kau bisa memakai tuxedo itu?" "Hmm, karena kita akan makan malam romantis." jawab Devian. "Kau akan terlihat lengkap jika mengenakan sepatu yang tadi kau pilih." lanjut Devian mengeluarkan sepatu milik Syahquita dari kotaknya. Devian berjongkok di hadapan Syahquita untuk memakaikan sepatu ke kaki jenjang wanita itu. "Kau sudah terlihat sangat cantik sekarang." puji Devian lagi. "Thank you." balas Syahquita penuh bahagia. "Maafkan aku karena aku sempat membuatmu kesal. Hmm katakanlah aku pun ikut kesal saat melihat kau berdua dengan Drake. So, aku benar-benar minta maaf karena sempat kesal dan tak menjawab pertanyaan darimu." ujar Devian. "Aku sengaja membuatmu kesal karena aku sudah menyiapkan semua ini untuk meminta maaf kepadamu. Happy Birthday, Sayang. Sebagai hadiah, kita akan makan malam romantis. Apa kau menyukainya?" tanya Devian. Syahquita mengangguk mantap, ia langsung memeluk Devian sangat erat "Thank you, My Freak Man." "You welcome, my special girl." sahut Devian lalu mencium kening Syahquita. Devian menatap wajah cantik wanitanya, ia tersenyum hangat kepada Syahquita. Devian menuntun Syahquita untuk duduk dan menikmati makan malam romantis yang sudah ia siapkan sedemikian rupa hingga berkesan dihati Syahquita. Devian rela melakukan semua ini demi wanita spesial-nya ini. Suasana hati Syahquita mulai membaik, ia mendapatkan semua kejutan makan malam romantis dari Devian yang dikiranya pria itu melupakan hari bahagianya. Namun, dalam sekejap Devian mampu membuat wanita itu terkesan luar biasa kepadanya. Syahquita yang semula kesal dengan Devian, kini hatinya telah bermekaran bunga-bunga cinta. Saat seorang pelayan mengantarkan hidangan pembuka yang berupa salad, tiba-tiba saja pelayan itu memberikan bouquet bunga yang begitu lucu dan indah kepada Syahquita. "Apa ini?" tanya Syahquita menatap bingung ke arah bunga dan pelayan itu secara bergantian. "Ini adalah hadiah untukmu yang sedang berulang tahun. Happy Birthday, nona" jawab pelayan itu. Syahquita tersenyum lebar dan meraih bouquet itu, "Terima kasih." "Baiklah, aku permisi, nona." pelayan itu pun pergi. Syahquita meletakkan bunga itu di atas meja namun ada sesuatu dari bunga itu yang menarik perhatiannya yaitu kartu ucapan yang tertempel pada bouquet tersebut.         Bunga yang cantik untuk wanita yang cantik. Thank you, Syahquita Valdes Campbell.                                                                     I Love You so Much :*                                                                            Your Prince. Syahquita terkejut dengan tulisan yang terdapat di bouquet bunga tersebut. Ia menatap Devian tapi sepertinya pria itu tidak mengerti arti tatapan Syahquita. So Syahquita membiarkannya dan kembali menikmati salad yang sudah dihidangkan itu. Selesai dengan salad kini hidangan pembuka yang berupa soup dihidangkan oleh pelayan yang sama. Pelayan itu menaruh sebuah kertas Pink yang bertuliskan sesuatu yang kembali membuat Syahquita tercengang.           Dulu aku tak tahu arti kata CINTA? Tapi setelah aku bersamamu, aku tahu apa arti kata itu. Kau                     mengubah hitam menjadi putih. Pucat menjadi berwarna. Kau anugerah yang paling indah dari                         Tuhan. Kau segalanya untukku. Thank you, sweetheart. I LOVE YOU :*                                                                            Your Prince. Syahquita semakin bingung dengan semua ini mengapa pelayan itu selalu memberikan sesuatu saat menyajikan makanan untuknya. Mengapa hanya untuk dirinya sedangkan Devian tidak. Syahquita menaruh curiga pada pria di hadapannya yang sedang asik menyantap soup miliknya. Hidangan berlanjut ke main course, kali ini tidak ada bunga ataupun surat yang berikan oleh pelayan itu. Meski begitu pelayan itu tetap membuat Syahquita kebingungan. "Nona, apa kau pernah mendengar kata-kata tentang sesuatu yang tak pernah terpikir olehmu mungkin saja sedang terjadi denganmu saat ini. Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya pelayan itu. Syahquita menatap bingung ke arah pelayan itu, "Aku tidak memikirkan apapun justru barang yang kau berikan membuatku bingung." Pelayan itu tersenyum kecil, "Apapun yang membuatmu bingung kau akan menemukan jawabannya. Bersabarlah." pelayan itu pergi dari meja keduanya. Syahquita menatap Devian sangat dalmam, "Devvvvv!" "I don't know, honey." sahut Devian santai. Syahquita menatap tajam pria itu, entah ini memang perbuatan Devian atau ada orang lain dibalik semua hal ini. Syahquita tak begitu menikmati hidangan utamanya kali ini. Selain bingung ia juga sibuk mengamati Devian yang terlihat biasa-biasa saja tanpa ada hal yang aneh. Selesai dengan hidangan utama, seorang pelayan datang untuk meng-Crambing Down semua peralatan dan sisa makanan dari atas meja mereka. Barulah setelah itu pelayan yang sama kembali dengan membawakan hidangan penutup untuk mereka berdua. Pelayan itu kembali memberikan sebuah hadiah kecil kepada Syahquita, wanita itu menatap kotak beludru berwarna biru navy dengan pita pink di atasnya. Saat ia ingin meraih kotak itu tiba-tiba saja lagu yang paling membuatnya merasakan sesuatu yang aneh setiap kali mendengarnya terputar begitu saja mengiringi makan malam mereka yang hampir usai. "Hadiah manis nan kecil untuk wanita yang manis nan spesial." kata pelayan itu dengan tersenyum ramah. Syahquita menatap pelayan itu penuh tanda tanya namun ia tidak ingin mengetahui apapun sebab ia tak mau memikirkan hal yang membuatnya selalu kebingungan. "Thank you." ucap Syahquita dengan senyuman. "Your welcome." Syahquita lupa dengan kotak itu, ia membiarkan benda itu di atas meja. Ia menikmati hidangan penutup yang menjadi salah satu favoritenya sekaligus pencuci mulut yang manis. Kebingungan yang sempat merundung dirinya kini mulai hilang bersama rasa manis yang ia rasakan di dalam mulutnya. Hidangan penutup ini mampu membuat Syahquita melupakan hal yang aneh dalam sekejap bahkan ia tak penasaran akan isi dari kotak kecil itu. Sir, I'm a bit nervous 'Bout being here today Still not real sure what I'm going to say So bare with me please If I take up too much of your time, See in this box is a ring for your oldest She's my everything and all that I know is It would be such a relief if I knew that we were on the same side Cause very soon I'm hoping that I... Can marry your daughter  And make her my wife I want her to be the only girl that I love for the rest of my life And give her the best of me 'til the day that I die, yeah I'm gonna marry your princess And make her my queen She'll be the most beautiful bride that I've ever seen Can't wait to smile When she walks down the aisle On the arm of her father On the day that I marry your daughter "Apa yang pelayan itu berikan?" tanya Devian penasaran. Syahquita mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu, "Entah aku tak tahu." Syahquita menikmati lagu yang membuatnya ingin menari sungguh lagu ini benar-benar membawanya terlarut oleh alunan music, "My favorite song." Selesai memakan dessert, Syahquita meraih kotak kecil di samping kanannya. Ia membukanya secara perlahan-lahan. Matanya terbelalak, wajah yang semula biasa saja kini menjadi tegang, ia menatap cincin itu lalu menatap Devian dengan menahan nafasnya. Katakanlah ia kesulitan bernafas dengan benar saat ini begitu melihat isi dari kotak itu. "Can you tell me about this?" tanya Syahquita dengan nada gemetar. Devian tersenyum kecil saat melihat ekspresi Syahquita yang begitu terkejut, Devian bangkit dari duduknya lalu menghampiri Syahquita. Devian mengambil kotak itu dari tangan Syahquita, ia membimbing Syahquita untuk berdiri kemudian Devian berjongkok dihadapan Syahquita sambil menunjukkan cincin berlian yang sangat indah, luar biasa sampai membuat Syahquita shock bukan main. "Will you marry me?" tanya Devian ragu. Syahquita tak bisa mengucapkan sepatah katapun, ia benar-benar terkejut. Buktinya Syahquita hanya diam, menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat Devian mengatakan hal yang tak pernah ia kira sebelumnya. "Aku tahu mungkin ini terlalu cepat untukmu, tapi aku tak mau mengambil resiko dengan kehilangan wanita yang amat aku cintai. Akupun juga tahu mungkin kau belum siap menikah denganku, tapi aku akan menunggumu hingga kau benar-benar siap dan akan menjadi milikku seutuhnya." lanjut Devian. Syahquita masih speechless, ia tak mampu berkata apa-apa. Bahkan untuk moment seromantis ini ia masih sempat meneteskan air mata karena sikap Devian yang membuatnya shock. Syahquita bingung harus melakukan apa, apa yang diucapkan Devian memanglah betul mengingat usianya barulah menginjak 20 tahun. Devian mengambil cincin itu dari dalam kotaknya, "Syahquita Valdez Campbell, maukah kau menikah denganku? Dan menjadi teman hidupku saat ini dan kehidupan yang akan datang." Syahquita mengangguk mantap tanpa berpikir apapun lagi, "Yes, I do." Devian tersenyum lebar, ia berdiri dengan bangganya. Tiba-tiba saja saat Devian ingin memakaikan cincin itu, kedua orang tua Syahquita dan Devian berada di belakang Devian menyaksikan moment bahagia bagi kedua anaknya itu. Devian memasangkan cincin pertunangan itu di jari manis kiri Syahquita. Setelah itu Devian membentangkan kedua tangannya dan langsung disambut oleh pelukan erat dari Syahquita. "Thank you, honey. I love you so muchhhh." bisik Devian. "I love you too, My Freak Man" balas Syahquita. Syahquita benar-benar bahagia luar biasa sebab selama ini ia selalu menginginkan di hari bahagainya seperti tunangan atau pernikahannya akan diputarkan lagu kesukaannya seperti sekarang ini. Devian mampu mewujudkan keinginannya itu, keinginan yang selama ini ia dambakan akhirnya diwujudkan oleh pria yang dulu ia benci luar biasa tapi kini ia amat mencintai pria itu. Hati seseorang tak akan selamanya menjadi batu, akan ada masa di mana hati itu mencair dengan sendirinya. Devian mengecup mesra kening Syahquita, ia benar-benar bahagia karena apa yang sudah ia rencanakan berjalan dengan sangat mulus walau beberapa hal mendapat hambatan. Tapi ia tak peduli, yang terpenting adalah ia bisa mendapatkan awal yang bagus bagi tujuannya. Kini Syahquita akan menjadi miliknya seutuhnya. Devian akan melakukan apapun agar rencananya berhasil. Wanitanya sudah ia dapatkan kini ia harus berfokus dengan mendapatkan kehidupan wanitanya itu. "Good job, brother." ucap salah satu teman Devian yang menghampiri mereka. Devian melepaskan Syahquita lalu merangkulnya dengan hangat, "Thank you, Stef." Devian menyalami temannya itu. "Congrats, my son." kata kedua orang tua Devian. "Terima kasih Mom, Dad." ucap Devian. Ibu Devian memeluk Syahquita penuh suka cita, "Terima kasih, nak. Berkatmu pria itu bisa menjadi lebih dewasa." "No, Mom. Aku tidak melakukan apapun." sahut Syahquita dengan tersenyum. "Ohh God, thanks. Kau mengirimkan wanita yang begitu cantik dan rendah hati untuk anakku." kata Dessy lagi sambil menatap suami dan anaknya penuh kebanggaan. Syahquita tersenyum malu ke arah mereka semua. "Kerja bagus, nak. Kau membuktikan bahwa kau memang penerusku." ledek Eddie-ayah Devian. "Ohh come on, Dad. Mom akan marah jika ia mengetahuinya." balas Devian sambil tersenyum jahil ke arah ibunya. Kedua orang tua Syahquita menghampiri mereka semua, "Congratulation, my dear." ujar Sharon penuh haru. "Thank you, Mom." "Congratulation, my daughter." ucap Charlie penuh haru. Syahquita menitikkan air mata begitu melihat Charlie yang memandanganya penuh kasih sayang seorang ayah, ia memeluk erat Charlie, "Thank you, Dad." "Dad senang kau mendapatkan pria terbaik seperti Devian." kata Charlie dengan tersenyum kepada Devian yang kebetulan berada di belakang Syahquita. "Tidak, Dad. Pria terbaik di dunia ini hanya dirimu." lirih Syahquita dalam pelukkan Charlie. Charlie melepaskan pelukan dari putrinya, ia menatap Syahquita sambil tersenyum kepada putrinya itu, "Tidak, Devianlah pria terbaik. Jika tidak, aku tak akan memberikanmu kepadanya." goda Charlie. Syahquita tersenyum malu karena ayahnya berhasil membuatnya merasa canggung. "Apa kau tak ingin memeluk kami?" celetuk Jessie. Syahquita menoleh ke sisi kirinya, ia melihati kedua sepupunya sudah siap menunggu pelukan darinya. Dengan segera ia menghampiri Jessie dan Martha lalu memberikan mereka pelukan hangat nan erat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD