Episode 3
Teman Lama
Dua setengah jam kemudian , ketika aku meninggalkan Stasiun dan kantor pos Cipatat, aku melihat kepulan asap dari kejauhan. Kepulan asap seperti itu , biasanya adalah kemah para pemburu atau yang lebih buruk perampok. Orang-orang biasanya akan mengacuhkannya , karena tidak ingin mengambil resiko. Termasuk para Laskar kerajaan. Mereka tidak akan melakukan apa-apa jika tidak ada perintah dari atasan.
Aku berkuda mendekati kepulan asap itu. Sekitar empat kilo kemudian, lewat teropong , aku melihat sekelompok orang bersenjata laras panjang berkemah ditengah-tengah hutan. Aku melihat sebuah gerobak yang penuh dengan persediaan seperti gandum , gula , kopi , roti dan lain sebagainya, dan aku juga melihat tumpukan mayat Laskar di mana salah seorang laskar di gantung di pohon dalam keadaan hangus terbakar. Mereka bukan perampok biasa. Mereka keji dan seperti terlatih. Ada 16 orang di kemah itu dan mereka menggunakan senapan mauser 98, dan shotgun pompa , mungkin hasil rampasan dari laskar kerajaan. Tak sengaja , ditengah kemah itu , aku melihat adipati muda , Mandala Putra.
Lalu sepucuk pistol tiba-tiba menyentuh belakang kepalaku. Kutaruh teropong itu dan mengangkat kedua tanganku. Aku sudah siap merebut pistol itu dan membanting orang yang menodongku dari belakang itu , namun seketika ia berbisik
“ Edi? Kenapa kau di sini?” Suara gadis itu...
“ Bona?” aku berbalik dan rupanya gadis itu benar-benar Bona.
“ Sedang apa kau di sini? “ tanyaku bingung
“ Memburu penjahat! Mau apa lagi!” jawabnya kesal
“ kau menjadi pemburu bayaran?” Bona mengangguk
“ begitulah. Kau tidak tahu siapa mereka? Mereka Kacang Ijo!! Harganya mahal! “
Bona menggunakan pistol colt peacewalker milikku. Mereka ternyata bukan perampok , tapi para b******n yang menganggap diri mereja “TNI” . Sama seperti Martin , mereka masih menganggap NKRI belum runtuh , dan menurut mereka Kerajaan adalah separatis yang sebenarnya. Aku tidak memihak Kerajaan atau Kacang Ijo ini, aku hanya ingin menyelamatkan Kakak Jinny yang mungkin di sandera di sana.
Sebenarnya ada empat orang patroli tapi Bona sudah membunuh mereka semua. Kini tinggal 16 orang , dua penembak Jitu , dengan senjata SPR-2 berkeliber .50 , Dan dua senapan mesin berkaliber .50. Sisanya seperti yang kubilang sebelumnya, bersenjata Mauser 98 dan shotgun pompa. Sedangkan kami, hanya bermodal revolver Remington, sepasang Colt peacewalker , satu senapan mauser , dan satu shotgun pompa.
“ Bona, mereka dilatih secara militer sejak lahir, dan sangat menguasai senjata. Meskipun harga kepala mereka sangat tinggi , tapi mereka bersenjata lebih lengkap dan bisa jadi lebih berpengalaman” aku berusaha memperingati Bona dan mungkin menyusun rencana yang matang untuk menyusup ke sana
“ Tenang , mereka tidak sekuat yang kau kira. Aku sudah membunuh empat teman mereka , lupa? “ Luna tiba-tiba mengendap maju sambil menenteng dua revolvernya. Sudah terlambat untuk mundur. Aku maju sampai tiba di jarak tembak senapanku , lalu kubidik dua penembak jitu yang sedang bersiaga memperhatikan sekita.
Aku tidak menggunakan teropong sedangkan senapannya di lengkapi teropong yang memungkin dia untuk menembak musuh sejauh 2 km. Kami beruntung ia tidak melihat kami. Ketika cukup dekat, kubidik ia dengan senapan mauserku , dan saat itulah ia melihat kami berdua.
“DOR!!DOR!!”
Sayangnya mereka kalah cepat. Aku menembak, dua penembak jitu itu dan suara senapanku membuat mereka terkejut. Bona dan berlindung di sebuah batu. Senapan mesin itu hampir membunuhnya namun beruntung
“DOR!!DOR!!”
Aku menembak keduanya. Bona keluar dari batu itu dan menembak empat musuh sekaligus. Aku menembak dua lagi dari jarak jauh dan Bona juga membunuh dua orang lagi. Bona melangkah maju dan aku juga ikut melangkah maju. Namun tiba-tiba
“JEDAR!!”
“BONA!!”
Beruntung tembakan kacang ijo itu meleset. Kutembak dia dari kejauhan dan Bona ikut menembak dua orang yang berhadapan dengannya. Namun tiba-tiba
“ JEDAR!!”
Kapten mereka menembak Bona namun beruntung tembakannya hanya menyerempet lengan Bona. Aku hendak menembaknya namun ia juga menembakku. Aku tertembak di lengan kiri sedangkan ia tertembak di perut. Aku masih maju dan mengejarnya dengan Remington. Namun seketika ia muncul dari tempat persembunyiannya , sambil menodongkan revolvernya ke kepala seorang pria.
“ Kamu kira saya takut sama kamu? Kamu tidak tahu siapa saya hah?”
Ia sudah sangat tua , mungkin sudah berusia Delapan puluhan memasuki 90. Tapi raganya masih kuat. Ia mungkin berusia remaja saat bencana terjadi. Dialah , Iwan Codet, salah satu penembak cepat paling mematikan di seluruh Kerajaan. Aku lihat dari matanya , ia hendak menembak pria itu tepat di kepala lalu menembakku dengan revolver legendarisnya. Revolver yang ia pegang , Ruger Bowen .500 Maximum , atau lebih dikenal ruger. Model dan namanya meniru sebuah revolver antik dari masa lalu , dan revolver itu terkenal sebagai Revolver terbesar yang pernah dibuat di masa kerajaan. Pertarungan antar koboi terjadi, saat jemarinya hampir menekan pelatuk
“JEDAR!!”
Ia arahkan revolver itu ke kepalaku namun sayangnya lagi-lagi aku lebih cepat. Ia masih sempat menembakku namun terjangan peluru itu membuat tembakannya meleset. Ia terhempas dan meninggal di tempat. Aku menang. Kuambil revolver Ruger itu lalu aku kubantu orang itu berdiri
“ Apakah Kisana kakanda saudari Jinny ? “ Ia menggeleng kepalanya.
“ bukan, hamba hanya dibayar , untuk mengantar gerobak ini ke Bandung. Dan karena sempat tertidur, hamba kemalaman di jalan... Kakanda di rumahnya , sedang sakit. “ Ternyata orang ini hanya kusir bayaran. Kakak Jinny ternyata tidak berangkat ke bandung karena sakit.
“ permisi , apa tidak ada yang mau menolong saya? “ Bona lalu bangkit dan segera melepaskan Adipati Mandala dari ikatannya. Aku bantu kusir itu menyatukan kembali kuda dengan keretanya , dan setelah siap , kami berkendara ke stasiun cipatat. Tak lupa , Bona menelungkupkan mayat Iwan Codet ke punggung kudanya. Di sepanjang perjalanan , Adipati Mandala tak berhenti bercerita
“ b******n-b******n itu menyergap kami ketika kami sedang berburu dalam rangka tahun baru. Mereka belum pernah sejauh ini sebelumnya. Mereka hampir membunuhku. Nanti malam , mereka berencana membajak kereta dan meledakkan satu gerbong dynamit di tengah kota bandung. Ratusan orang bisa mati! Tapi beruntung kalian tiba di saat yang tepat. Aku tahu dimana mereka menyimpan dymanit-dynamit itu.”
Saat tiba di cipanas, Laskar-laskar kerajaan langsung berlarian dari pos mereka ketika melihat Adipati terluka berat. Mereka berusaha menolong Adipati , namun Adipati menepis-nepis tangan mereka. Di depan semua orang , sang Adipati berkata
“ Kalau bukan karena orang ini, aku mungkin sudah mati dan kota Bandung mungkin sudah menjadi lautan api. Sebutkan hadiah kalian , wahai pendekar-pendekar pemberani “
“ sesuai janji , saya ingin 1 tahil emas , untuk kepala Iwan Codet. “ Sahut Bona lantang
“ Beres. “ Adipati berbisik pada salah satu Laskar untuk mengantar Bona ke bank terdekat
“ Edi , kurasa ini saatnya kita berpisah. “
Kuangkat topiku sebagai salam perpisahan, dan kami akhirnya berpisah. Aku tidak meminta apa-apa dari Adipati , aku langsung mengawal kusir bayaran itu agar segera tiba di Bandung. Kami sampai dengan selamat di Bandung pada sore hari, dan Luna ternyata sudah berangkat ke tempat kerjanya.