Part 4 : Zaman 13 Raja ( eps. 5 )

2004 Words
Episode 5 Melepas Rindu “ Jikalau senjata sudah diperjual belikan di lingkungan masyarakat , resikonya sudah pasti seperti itu. Kita lihat saja dari kasus penembakan di setiap tahunnya . Saya rasa , satu-satunya nilai positif yang dapat kita ambil dari zaman Republik dulu adalah tidak dijualnya senjata secara bebas sehingga kasus seperti ini jarang sekali terjadi. Sampai kapan kita ingin kasus penembakan terus terjadi ? “ Pangdam Siliwangi bahkan menggunakan kasus ini sebagai momen untuk mengatur kebebasan bersenjata sebagai alat untuk melindungi diri. Tujuannya tentu juga jelas , (maaf) seperti di masa lalu , agar rakyat tidak memiliki alat untuk menentang pemerintahan. Kebebasan bersenjata adalah sebagai lambang untuk mengenang bahwa hampir semua individu ikut berjuang dalam terwujudnya Kerajaan yang adil nan makmur ( katanya ) “ kenapa ya , kebanyakan aparat Militer itu Arogan ? “ Bona berkomentar saat ia ikut membaca berita itu. “ Bona , gak semua aparat Militer itu arogan kok. Aku pernah jadi salah satu dari mereka. Aku kenal orang-orang baik , orang-orang yang benar-benar berjuang demi bangsanya , juga orang-orang busuk yang hanya mengincar jabatan dan kekuasaan. Terkadang , jika kita punya jabatan , sering kali pada akhirnya kita menyalahgunakannya “ sahut menasihati Bona. “ Seperti Panglima itu. Sudah berapa kali ia berusaha membunuh kita , bahkan orang tak berdosa seperti Luna. Apa kita ... apa kita akan diam saja ? “ aku hanya menggelengkan kepalaku. “ maafkan aku Bona , kemampuanku hanya sampai disitu. Jika kita saling bunuh seperti itu , semua ini tidak akan berakhir. “ Bona sepertinya tampak tidak puas dengan perkataanku. “ begitu ya “ sahutnya dingin. Ia harus mengerti kalau aku tak ingin kejadian rumit terulang lagi. “ maafkan aku Edi , belakang ini , aku menjadi serakah. Aku ingin , aku ingin kau menjadi milikku sendiri. “ bisiknya pelan . Kurangkul dia , lalu kusandarkan kepalanya di pundakku. “ suatu hari nanti , aku yakin, kau akan mendapat laki-laki yang layak untukmu “ dan lagi-lagi Bona tampak tidak senang dengan perkataanku. “ kenapa ? Apa aku kurang cantik? Apa aku kurang menarik? Kenapa kau lebih menyukai gadis itu ? “ bentak Bona geram. “ Bona.... aku pun tidak memilih gadis itu ... “ Bona makin merajuk. “ oh yang benar aja . “ Bona seolah tak percaya dengan perkataanku. “ Tidak.... aku serius Bona , aku... aku salah .... aku lupa jikalau aku , tidak muda lagi. Jadi kurasa , lebih baik jika aku.... sendiri “ Bona pun tertawa sinis. “ Lalu kau akan lari meninggalkan kami semua ? Membiarkan orang-orang itu mengincar kami ? “ aku menggelengkan kepalaku. “ Tentu tidak Bona , aku akan selesaikan masalah ini. Namun maksudku , aku .... “ “ aku tidak mengerti jalan pikiranmu Edi. Kukira kau akan melepas semua masa lalumu dan memulai hidup baru sebagai orang yang baru. Bukan malah bertindak seperti kau masih berumur ratusan tahun. Lepaskan masa lalu itu , kau berhak .... kau berhak bahagia . Kau sudah terlalu menderita.... “ Bona seolah menyuruhku untuk melepas , semua yang terjadi di masa laluku. Ia menyuruhku beranjak ke kehidupan baru , dan merelakan kenangan-kenangan itu berlalu. Aku tidak berkomentar apa-apa. “ Edi .... maaf , kurasa.... kurasa aku serakah lagi “ lalu tiba-tiba saja , ia pegang kedua pipiku kuat-kuat , lalu ia lumat bibirku. Aku tercengang. Bona memejamkan matanya dan mulai mencumbu-cumbu bibirku dipinggir Jalan. Lalu , ia menghentikan lumatan bibirnya dan berbisik “ Paling tidak , jangan tinggalkan aku sendiri .... “ Lalu ia kalungkan kedua tangannya di leherku dan kembali mencumbu bibirku. Aku masih tercengang , sementara bibirnya terus melumat dan mencumbu bibirku , di bangku itu. Dan ketika Luna kembali , kami bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa “ Kalian menunggu berjam-jam di luar sini?” Tanya Luna. “ begitulah “ sahut Bona ramah “ Kalau begitu , bagaimana kalau kita makan malam bersama-sama ? “ Bona mengangguk “ Boleh kenapa tidak , ayo kita ajak Jinny juga “ Malam-malam itu , kami naik trem , menjemput Jinny di rumahnya , lalu makan malam di sebuah cafe tak jauh dari rumah kami. Luna yang mentraktir kami semua. Namun di makan malam itu , Bona membiarkan aku dan Luna makan satu meja , sedangkan dia satu meja dengan Jinny. Semua orang memperhatikannya karena Bona , adalah pemburu bayaran paling disegani di bandung. “ jujur .... aku senang kau kembali . “ bisik Luna ditengah makan malam itu “ aku pun begitu , “ sahutku. Luna tersenyum , ia ingin menyentuh pipiku lalu sejenak ia teringat jika Bona di sana. Meski Bona tidak melihat kami , tapi Luna kelihatannya masih takut dengannya. “ Kapan kau akan pergi lagi ? “ “ aku tidak tahu .... “ sahutku. “ Aku ingin , aku ingin kita kembali seperti dulu. Apa itu salah , Edi ? “ bisik Luna pelan. Aku hanya diam , namun tak lama ia menjawab pertanyaan itu sendiri. “ Kurasa ... kurasa kau milik gadis itu sekarang “ wajah Luna berubah murung. Ia genggam tanganku , lalu ia kembali berbisik. “ Aku cuma ingin kau ingat , bahwa di sini , ada gadis yang bersedia menerima kamu. Ada rumah yang selalu terbuka untuk kamu. Dan ada hati , yang akan selalu menunggu kamu. Maaf jika aku meminta terlalu banyak , tapi .... aku tidak ingin kau menjauh , apalagi sampai melupakan aku. Aku ingin .... aku ingin kamu .... “ Luna berusaha keras menahan tangisnya karena Bona dan Jinny di sana. Baiklah satu hari , ada dua gadis yang berbicara seperti itu padaku. Aku bingung. Yang kulakukan saat itu , hanyalah memegang tangan Luna , erat-erat , lalu berbisik “ mari , habiskan makan malamnya , lalu , mari kita pulang “ Luna lantas tertawa terbahak-bahak. Bona menoleh heran. Lalu ia dan Jinny ikut tertawa terbahak-bahak “ apaan sih ! hahahahahaha “ sahut Bona “ Iya nih! Aneh banget bocah-bocah ini “ Sahut Jinny sambil meminum jusnya. Pada akhirnya , kami menggabungkan kedua meja itu , dan makan bersama-sama. Kami lalu memesan barbeque dan memanggang daging bersama-sama. Kami makan selahap-lahapnya , sampai cafe itu tutup , di sekitar pukul 11 malam. “ Kalian pulanglah , kami akan lanjut main game “ Ucap Bona “ apa itu game ? “ tidak menjawab pertanyaan Luna , seolah tak sabar Jinny pun menarik Bona ke rumahnya. “ sekarang cuma kita berdua “ bisiknya. Kami lalu bergandengan pulang. Luna lalu mengunci pintu depan rapat-rapat dan ketika aku hendak duduk di kasur itu , Luna tiba-tiba merangkulku. “ Tidurlah denganku malam ini , aku ..... aku takut.... suka ada hantu “ bisiknya manja. Aku hanya menjawab satu kata , yang akhirnya membuat ia sendiri , ketakutan “ amin “ “ Apaansi gak peka . Aku usir keluar nih! “ “ eh enggak dong enggak ! hahahahaha “ Dan untuk pertama kalinya , aku dan Luna tidur berdua , satu kasur satu kamar. Meski bisa dikatakan , hubungan kami saat itu , sangat menggantung atau bisa dikatakan tidak jelas. “ Aku rindu kamu Edi ... “ Luna langsung memelukku setelah aku menutup pintu kamar itu. Ia sandarkan kepalanya didadaku , dan aku dapat merasakan air matanya menetes. Kudekap dia , lalu kuusap-usap pelan kepalanya. Wajahnya lalu menoleh padaku , lalu ia pun menjinjitkan kakinya . Ia pejamkan matanya dan mulai melumat bibirku perlahan-lahan. Kudekap tubuhnya , membalas lumatan bibirnya. Kurebahkan tubuhnya diatas kasur itu , lalu kutindih tubuh mungilnya. Ia kalungkan kedua tangannya dan kami pun terus b******u satu sama lainnya. Perlahan , kubuka kemejanya dan ia pun pasrah. Jemarinya pun mulai menanggalkan pakaianku. Kami masih saling b******u mesra , sementara tubuh polos kami saling bersentuhan satu sama lain. Kukecup lehernya , sambil menghirup aroma wangi tubuhnya. Lidahku mulai membasahi lehernya dan ia mulai mendesah. Ia dekap punggungku erat-erat , membiarkanku melakukan permainanku. Kecupanku perlahan semakin liar, dan desahannya pun mulai menggema. Wajah kami kembali saling berhadapan. Wajahnya sudah memerah. Kubelai rambut halusnya dan kami pun kembali b******u. Kedua kemaluan kami mulai saling bersentuhan. Aku dapat merasakan bibir vaginanya yang sudah becek, dan ia mulai mendesah saat penisku menyentuh-nyentuh bibir vaginanya. Pelukannya makin erat , dan perlahan kutusukkan penisku ke dalam lubang k*********a. Kupompa penisku perlahan-lahan. Jemarinya mulai mencakar-cakar punggungku , dan wajahnya masih memerah. Bibirku kembali mengecup lehernya , dan hujaman penisku mulai menyepat. Lirih dan desahannya makin menggema dan pelukannya semakin erat. Ia membiarkan penisku menghujam keluar masuk k*********a dan kedua kakinya pun mulai mengapit tubuhku. Kupercepat hujamanku hingga tak lama , ia mencapai puncak kenikmatannya. “ mmh... sayang..... aku gak kuat “ lirihnya malu. Namun aku masih meneruskan hujamanku . Ia berusaha mendorong tubuhku sampai tak sengaja , penisku meledak di dalam lubang k*********a. Aku berbaring di sampingnya dan ia pun kembali mendekap tubuhku dan menyembunyikan wajahnya di dadaku. Kami menarik selimut dan tak lama , kami berdua terlelap tertidur. Pagi hari itu , untuk pertama kalinya aku bangun dipelukan Luna. Sudah lama sekali sejak aku terbangun dipelukan seorang wanita. Tiba-tiba aku teringat bagaimana rasanya terbangun dipelukan Jisun dan terbangun dipelukan Xiao xiao. Aku mulai berbisik di dalam hati , “ apakah gadis ini yang selama ini aku cari ? “ dan ditengah lamunan itu, Luna kembali terbangun dan menyapaku “ selamat pagi sayang “ “ selamat pagi Luna “ Begitulah jawabanku. Ia kembali memelukku dan kami kembali b******u. Lalu ia bangkit , melilit tubuhnya dengan handuk , dan turun untuk mandi di bawah. Aku kembali tidur , dan ketika bangun , ia sudah menyiapkan sepotong roti dan secangkir teh untukku. “ ayo sarapan dulu “ Kami sarapan berdua . Kututupi tubuhku dengan selimut lalu aku duduk dan mulai sarapan dengannya. Ia menyandarkan kepalanya di sampingku , lalu ia cium pipiku dengan manja. Lalu aku turun dan membersihkan tubuhku di kamar mandi bawah. Bona dan Jinny tiba tidak lama setelah aku mengenakan pakaianku kembali. “ Pagi Luna “ Bona langsung memeluk Luna, dan begitu juga dengan Jinny. Dan tiba-tiba semua teman-teman Luna muncul di rumah, dan rumah itu pun sekejap berubah gaduh seperti tempat penitipan anak-anak. Mereka mengobrol , bergosip , berlari-larian persis seperti anak PAUD. Aku segera keluar , dan menenangkan diriku dengan membaca koran. “ PANGDAM SILIWANGI DITEMUKAN TEWAS TANPA KEPALA DI PEMANDIAN UMUM “ Aku tidak tahu bagaimana harus menanggapi berita itu. Kejadian itu terjadi tadi malam , kurang lebih pukul 1 atau pukul 2. Surat kabar memastikan jika Panglima malang itu , tewas akibat tembakan shotgun pendek ( atau sawed-off shotgun ) , yang jelas sekali ilegal di kerajaan. Sempat terdengar letupan dari kamar panglima dan ketika petugas keamanan menghampiri kamar tersebut, panglima sudah ditemukan tewas. Menurut surat kabar ini , pelaku diduga membius terapis yang seharusnya melayani panglima , lalu masuk dan menembak panglima tepat di kepala , dalam jarak yang sangat dekat. Masih diselidiki bagaimana pelaku masuk dan keluar. Semua orang tampak terkejut dengan kematian sang Panglima. Warga sipil mati atau hilang secara misterius , itu sudah biasa. Tapi , ketika anggota atau bahkan petinggi militer tewas , apalagi secara mengenaskan seperti ini , itu sangat luar biasa. Bahkan bisa dikatakan , pelaku memiliki nyali yang tinggi , karena militer tidak akan tinggal diam. Kurang lebih seperti masa lalu. Namun siapa yang melakukan hal senekat itu? Shotgun pendek , bukanlah senjata yang mudah dibuat dirumah. Butuh keahlian dan peralatan yang rumit untuk merakitnya. Sementara gadis-gadis ini , mereka tampak tidak peduli. Termasuk Bona. Biasanya , membaca koran adalah kegiatan yang ia lakukan setiap pagi dan ia pasti akan langsung membicarakannya denganku. Aku sempat berandai-andai, apa dia yang melakukannya. Namun aku tiba-tiba sadar , Bona tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa mengabariku lebih dahulu. Lagipula , semalam ia bermain Video game dengan Jinny. Ketika aku menoleh kembali, Bona masih asik bermain-main dan mengobrol dengan gadis-gadis itu. Aku senang , ia akhirnya mendapat teman akrab , dan mulai bergaul dengan orang lain. Aku kembali membaca berita itu , dan tidak ada yang menarik kecuali berita yang mengagung agungkan sang Panglima. Semoga saja , kematian b******n itu , tidak akan berdampak apa-apa bagiku. Karena aku tahu , sejak ditangkapnya Benny Pitak dan Kolonel korup itu , Legiun AD terus mengincar kami.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD