Episode 2
Desa Kecil di Dataran Tinggi
“ Bao An !!” “ dor! Dor!!”
Puluhan tahun setelah kejadian itu , tiba-tiba saja aku mimpi buruk lagi. Aku tidak pernah mimpi buruk sejak aku bersama Xiao xiao namun malam itu , setelah puluhan tahun. Aku lagi-lagi mimpi buruk
Kami tidur di taman , lebih tepatnya di bawah pohon rindang. Saat aku bangun , Luna tidur bersandar di pohon. Kami beruntung saat ini musim panas jadi kami tidak kedinginan. Saat aku terbangun gara-gara mimpi itu , ia pun ikut terbangun.
“ Pagi... “ sapaku
“ orang-orang itu .... kau membunuhnya “ rintih Luna. Aku tertawa
“ mereka bukan orang baik nak , mereka mungkin pembunuh perampok dan pemerkosa”
“ Ayahku juga mati dengan cara seperti itu. Itu pula yang orang katakan ketika beliau mati . Dan berhenti memanggilku nak , kita kan seumuran “ Luna menundukkan wajahnya.
“ maaf , aku turut berduka. Tapi setidaknya aku menyelamatkanmu “
“ aku yang ingin bekerja di sana . Aku tidak punya pilihan . Sekarang aku tidak punya pekerjaan “ Kesal , Luna memalingkan wajahnya.
“ kalau begitu aku antar kau pulang ke kampung halamanmu “
“ Terserah kau saja “
Luna bilang ia lahir dan dibesarkan di Cisarua. Berbeda dengan di dunia kalian , Cisarua di zaman kami sangatlah dingin. Di musim panas , suhu di bogor sekitar 16 , sedangkan di cisarua sekitar 8 sampai 10 derajat. Di musim dingin, suhu di bogor mencapai 0 derajat sedangkan di puncak mencapai -20 dan sudah pasti tertutup salju. Jadi meski sekarang musim panas , kami tetap butuh baju musim dingin agar tidak kedinginan. Kami membelinya di toko terdekat , lalu kami berkuda ke Cisarua.
Cisarua saat itu sebenarnya tempat pelarian para saudagar dan bangsawan ketika akhir pekan. Bangunan peninggalan zaman modern sudah dibumi hanguskan , dan diganti dengan bangunan-bangunan baru. Banyak sekali Villa bernuansa Victoria, mediterania , bahkan ala keraton jawa. Namun Luna , tinggal jauh dari jalan utama, lebih tepatnya di perkampungan kumuh.
“ Permisi , benda apa yang berkilauan di kantungmu itu? “ Di tengah perjalanan , Luna menunjuk Handphone tenaga surya yang sudah bertahun-tahun aku simpan itu. Handphone itu selalu di celanaku dan tidak sengaja terbawa saat para Laskar mencidukku.
“ ah ini? Ini namanya Telepon pintar Iphone T bertenaga surya “
“ Telepon pintar? Maksudnya ? Teleponnya bisa berhitung gitu? “ aku tertawa geli
“ Bukan cuma berhitung , telepon ini bisa memutar lagu , memutar video , film , bisa menangkap dan merekam gambar , dan masih banyak lagi , coba aja “ Kukeluarkan Iphone bertenaga surya itu lalu kuberikan padanya.
“ Video ? Kalo film aku tahu , yang sering diputar waktu Natalan itu kan? “ Dengan polosnya ia membolak balik iphone itu karena ia bingung cara menggunakannya.
“ Siri , tolong putarkan video lagu untuk anak ini “
“ Memutar Video “ Dan tak lama Siri memutarkan lagu Arianna Grande ,
“ I've been here all night
I've been here all day
And boy, got me walkin' side to side “
“ Wow !! Jadi ini namanya Video !! Lagunya bagus sekali !”
Luna langsung menyukai lagu itu. Aku tersenyum, selain senang melihat reaksinya , aku jadi ingat kalau Xiao xiao pernah menari dan bernyanyi lagu itu di Diskotik Bang Toni. Akhirnya , Luna asik memainkan Handphone itu berjam-jam , memutar lagu , memutar video , dan belajar mengambil gambar.
“ tunggu , orang di gambar bergerak ini , kok mirip kamu ya? “ Dan tak sengaja ia membuka video kenanganku bersama Xiao xiao. Aku tersenyum dan tak sengaja meneteskan air mata karena haru.
“ mungkin cuma mirip saja “ jawabku
“ wah wanita ini cantik sekali . “ Bahkan ia juga terpesona begitu melihat Xiao xiao. Dan seketika itu juga aku teringat anak angkatku Bona.
“ Pasti enak ya , kalo kita hidup di zaman purbakala. Bisa punya automobil , punya telepon pintar , bisa nonton film. Cowoknya ganteng-ganteng juga “ Dan lagi-lagi aku tertawa
“ Tidak juga... tidak seenak itu“ gerutuku
“ memangnya kamu pernah hidup di zaman purbakala? Terus gimana kamu menemukan telepon ini? “ Aku langsung membela diri
“ Tentu saja tidak , aku menemukan telepon itu di reruntuhan “ sahutku
“ heh, bisa dibaca “
Kami tiba di cisarua waktu asar. Berbeda dengan masa lalu , jalanan puncak sangat sepi , tidak ada mobil dan motor. Adanya kuda , sado , dokar, andong , gerobak kuda dan becak orang. Kami terus berkuda ke tempat yang lebih tinggi , lalu berbelok ke jalanan tanah. Tidak ada kuda yang masuk ke jalanan tanah itu karena jalanan itu adalah tanda-tanda pemukiman kumuh.
Sekitar lima menit , kami tiba di pemukiman kumuh , dimana rumah-rumahnya kurang lebih mirip seperti gubuk-gubuk kumuh di Jakarta dulu. Terbuat dari kardus dan papan jelek , banyak sampah , dan bau. Aku tidak menyangka Luna berasal dari tempat seperti ini. Setahuku mereka adalah keturunan orang-orang miskin korban bencana dari Jabodetabek , yang bermukim di puncak untuk menghindari peperangan antara Laskar kerajaan dan TNI pada masa Salju Putih. Sekarang , mereka kebanyakan pekerja kebun teh , buruh bangunan , atupun bandit-bandit jalanan.
Mereka menjeliti kami karena jarang sekali ada orang berkuda berbaju rapi yang masuk ke kampung itu. Mereka tidak memiliki senjata api , tapi mereka ahli senjata tajam. Aku tidak berniat cari gara-gara di kampung ini karena maksudku adalah mengantar Luna sampai ke rumahnya. Namun tiba-tiba saja sekelompok begundal bergaya seperti bandit berdiri menghalangi kami
“ mau kemana lu? Orang luar gak boleh masuk!” bentak si pemuda berbaju loreng
“ Saya cuma antar anak ini . “ Sahutku dingin
“ Cuih! Maksudmu p*****r ini? Luna Tan? Masih berani dia pulang ke kampung ini? “ dan aku langsung geram dengan ucapannya itu.
“ hati-hati nak , terkadang perkataan kita bisa menjerumuskan kita ke neraka “ Aku bisa saja menembak mereka semua namun sudah kubilang aku tidak cari gara-gara
“ Anjing ! Gue lebih tua dari lo ******! Lu gak tahu siapa gue?” Ia langsung mencabut pisaunya dan saat itu jujur aku nyaris mencabut pistol dan membunuh mereka
“ Saya tahu. Martin ABRI. Cucu anggota TNI , anak preman nomor satu di puncak! Ayah kamu mati ditembak Laskar kan? “ Sama seperti ayahnya , Martin ABRI jago melempar pisau dan menguasai berbagai jurus silat. Ia belajar dari Ayahnya , dan karena mereka keturunan TNI , mereka menjadi oknum yang sok berkuasa , meski Indonesia sudah lama runtuh. Ia buronan kerajaan karena sudah lusinan laskar yang ia bunuh dengan pisaunya
“ nah itu tahu , mau gue lempar pisau ini ke kepala elo! Muter sekarang!! Cuma Luna yang boleh lewat!”
“ Sudahlah , biar sampai sini aja. “ Luna langsung turun dari kuda
“ Dan ingat jangan kembali lagi “ bisiknya sebelum berjalan pergi.
“Luna!” dia pun kembali menoleh, langsung kuambil Iphone yang baru saja ia kembalikan lalu kulemparkan kepadanya
“ Ambil ini, buat kamu “ Ada banyak kenangan bersama Xiao di dalamnya tapi sudahlah, aku memang berniat untuk memulai hidup baru. Lagi pula aku masih punya satu lagi , Iphone milik Xiao yang sekarang menjadi milik Bona.
“ terima kasih ... mas... “ dan sepertinya ia lupa namaku
“ Edi... Edi koboi “ semua orang tertawa karena nama itu adalah milik kakek-kakek tua yang sudah hidup sejak zaman modern. Mereka tidak tahu kalau akulah kakek-kakek itu. Kuputar kudaku dan berjalan meninggalkan kampung itu
“ HEI! LUNA TAN!! MASIH BERANI PULANG KAU YA!! KENAPA!! UDAH GAK LAKU LAGI KAU DI SANA HAH!”
Dan aku mendengar seseorang membentak Luna. Orang itu menamparnya , lalu menyeret Luna ke rumahnya yang sangat kecil. Gadis cantik yang malang . Mungkin lebih baik kalau aku tidak membawanya pergi dari rumah bordir itu.