Part 1 : Cinta yang Hangat di musim yang dingin ( eps. 2 )

1283 Words
Episode 2 Desa Kecil di Dataran Tinggi “ Bao An !!” “ dor! Dor!!” Puluhan tahun setelah kejadian itu , tiba-tiba saja aku mimpi buruk lagi. Aku tidak pernah mimpi buruk sejak aku bersama Xiao xiao namun malam itu , setelah puluhan tahun. Aku lagi-lagi mimpi buruk Kami tidur di taman , lebih tepatnya di bawah pohon rindang. Saat aku bangun , Luna tidur bersandar di pohon. Kami beruntung saat ini musim panas jadi kami tidak kedinginan. Saat aku terbangun gara-gara mimpi itu , ia pun ikut terbangun. “ Pagi... “ sapaku “ orang-orang itu .... kau membunuhnya “ rintih Luna. Aku tertawa “ mereka bukan orang baik nak , mereka mungkin pembunuh perampok dan pemerkosa” “ Ayahku juga mati dengan cara seperti itu. Itu pula yang orang katakan ketika beliau mati . Dan berhenti memanggilku nak , kita kan seumuran “ Luna menundukkan wajahnya. “ maaf , aku turut berduka. Tapi setidaknya aku menyelamatkanmu “ “ aku yang ingin bekerja di sana . Aku tidak punya pilihan . Sekarang aku tidak punya pekerjaan “ Kesal , Luna memalingkan wajahnya. “ kalau begitu aku antar kau pulang ke kampung halamanmu “ “ Terserah kau saja “ Luna bilang ia lahir dan dibesarkan di Cisarua. Berbeda dengan di dunia kalian , Cisarua di zaman kami sangatlah dingin. Di musim panas , suhu di bogor sekitar 16 , sedangkan di cisarua sekitar 8 sampai 10 derajat. Di musim dingin, suhu di bogor mencapai 0 derajat sedangkan di puncak mencapai -20 dan sudah pasti tertutup salju. Jadi meski sekarang musim panas , kami tetap butuh baju musim dingin agar tidak kedinginan. Kami membelinya di toko terdekat , lalu kami berkuda ke Cisarua. Cisarua saat itu sebenarnya tempat pelarian para saudagar dan bangsawan ketika akhir pekan. Bangunan peninggalan zaman modern sudah dibumi hanguskan , dan diganti dengan bangunan-bangunan baru. Banyak sekali Villa bernuansa Victoria, mediterania , bahkan ala keraton jawa. Namun Luna , tinggal jauh dari jalan utama, lebih tepatnya di perkampungan kumuh. “ Permisi , benda apa yang berkilauan di kantungmu itu? “ Di tengah perjalanan , Luna menunjuk Handphone tenaga surya yang sudah bertahun-tahun aku simpan itu. Handphone itu selalu di celanaku dan tidak sengaja terbawa saat para Laskar mencidukku. “ ah ini? Ini namanya Telepon pintar Iphone T bertenaga surya “ “ Telepon pintar? Maksudnya ? Teleponnya bisa berhitung gitu? “ aku tertawa geli “ Bukan cuma berhitung , telepon ini bisa memutar lagu , memutar video , film , bisa menangkap dan merekam gambar , dan masih banyak lagi , coba aja “ Kukeluarkan Iphone bertenaga surya itu lalu kuberikan padanya. “ Video ? Kalo film aku tahu , yang sering diputar waktu Natalan itu kan? “ Dengan polosnya ia membolak balik iphone itu karena ia bingung cara menggunakannya. “ Siri , tolong putarkan video lagu untuk anak ini “ “ Memutar Video “ Dan tak lama Siri memutarkan lagu Arianna Grande , “ I've been here all night I've been here all day And boy, got me walkin' side to side “ “ Wow !! Jadi ini namanya Video !! Lagunya bagus sekali !” Luna langsung menyukai lagu itu. Aku tersenyum, selain senang melihat reaksinya , aku jadi ingat kalau Xiao xiao pernah menari dan bernyanyi lagu itu di Diskotik Bang Toni. Akhirnya , Luna asik memainkan Handphone itu berjam-jam , memutar lagu , memutar video , dan belajar mengambil gambar. “ tunggu , orang di gambar bergerak ini , kok mirip kamu ya? “ Dan tak sengaja ia membuka video kenanganku bersama Xiao xiao. Aku tersenyum dan tak sengaja meneteskan air mata karena haru. “ mungkin cuma mirip saja “ jawabku “ wah wanita ini cantik sekali . “ Bahkan ia juga terpesona begitu melihat Xiao xiao. Dan seketika itu juga aku teringat anak angkatku Bona. “ Pasti enak ya , kalo kita hidup di zaman purbakala. Bisa punya automobil , punya telepon pintar , bisa nonton film. Cowoknya ganteng-ganteng juga “ Dan lagi-lagi aku tertawa “ Tidak juga... tidak seenak itu“ gerutuku “ memangnya kamu pernah hidup di zaman purbakala? Terus gimana kamu menemukan telepon ini? “ Aku langsung membela diri “ Tentu saja tidak , aku menemukan telepon itu di reruntuhan “ sahutku “ heh, bisa dibaca “ Kami tiba di cisarua waktu asar. Berbeda dengan masa lalu , jalanan puncak sangat sepi , tidak ada mobil dan motor. Adanya kuda , sado , dokar, andong , gerobak kuda dan becak orang. Kami terus berkuda ke tempat yang lebih tinggi , lalu berbelok ke jalanan tanah. Tidak ada kuda yang masuk ke jalanan tanah itu karena jalanan itu adalah tanda-tanda pemukiman kumuh. Sekitar lima menit , kami tiba di pemukiman kumuh , dimana rumah-rumahnya kurang lebih mirip seperti gubuk-gubuk kumuh di Jakarta dulu. Terbuat dari kardus dan papan jelek , banyak sampah , dan bau. Aku tidak menyangka Luna berasal dari tempat seperti ini. Setahuku mereka adalah keturunan orang-orang miskin korban bencana dari Jabodetabek , yang bermukim di puncak untuk menghindari peperangan antara Laskar kerajaan dan TNI pada masa Salju Putih. Sekarang , mereka kebanyakan pekerja kebun teh , buruh bangunan , atupun bandit-bandit jalanan. Mereka menjeliti kami karena jarang sekali ada orang berkuda berbaju rapi yang masuk ke kampung itu. Mereka tidak memiliki senjata api , tapi mereka ahli senjata tajam. Aku tidak berniat cari gara-gara di kampung ini karena maksudku adalah mengantar Luna sampai ke rumahnya. Namun tiba-tiba saja sekelompok begundal bergaya seperti bandit berdiri menghalangi kami “ mau kemana lu? Orang luar gak boleh masuk!” bentak si pemuda berbaju loreng “ Saya cuma antar anak ini . “ Sahutku dingin “ Cuih! Maksudmu p*****r ini? Luna Tan? Masih berani dia pulang ke kampung ini? “ dan aku langsung geram dengan ucapannya itu. “ hati-hati nak , terkadang perkataan kita bisa menjerumuskan kita ke neraka “ Aku bisa saja menembak mereka semua namun sudah kubilang aku tidak cari gara-gara “ Anjing ! Gue lebih tua dari lo ******! Lu gak tahu siapa gue?” Ia langsung mencabut pisaunya dan saat itu jujur aku nyaris mencabut pistol dan membunuh mereka “ Saya tahu. Martin ABRI. Cucu anggota TNI , anak preman nomor satu di puncak! Ayah kamu mati ditembak Laskar kan? “ Sama seperti ayahnya , Martin ABRI jago melempar pisau dan menguasai berbagai jurus silat. Ia belajar dari Ayahnya , dan karena mereka keturunan TNI , mereka menjadi oknum yang sok berkuasa , meski Indonesia sudah lama runtuh. Ia buronan kerajaan karena sudah lusinan laskar yang ia bunuh dengan pisaunya “ nah itu tahu , mau gue lempar pisau ini ke kepala elo! Muter sekarang!! Cuma Luna yang boleh lewat!” “ Sudahlah , biar sampai sini aja. “ Luna langsung turun dari kuda “ Dan ingat jangan kembali lagi “ bisiknya sebelum berjalan pergi. “Luna!” dia pun kembali menoleh, langsung kuambil Iphone yang baru saja ia kembalikan lalu kulemparkan kepadanya “ Ambil ini, buat kamu “ Ada banyak kenangan bersama Xiao di dalamnya tapi sudahlah, aku memang berniat untuk memulai hidup baru. Lagi pula aku masih punya satu lagi , Iphone milik Xiao yang sekarang menjadi milik Bona. “ terima kasih ... mas... “ dan sepertinya ia lupa namaku “ Edi... Edi koboi “ semua orang tertawa karena nama itu adalah milik kakek-kakek tua yang sudah hidup sejak zaman modern. Mereka tidak tahu kalau akulah kakek-kakek itu. Kuputar kudaku dan berjalan meninggalkan kampung itu “ HEI! LUNA TAN!! MASIH BERANI PULANG KAU YA!! KENAPA!! UDAH GAK LAKU LAGI KAU DI SANA HAH!” Dan aku mendengar seseorang membentak Luna. Orang itu menamparnya , lalu menyeret Luna ke rumahnya yang sangat kecil. Gadis cantik yang malang . Mungkin lebih baik kalau aku tidak membawanya pergi dari rumah bordir itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD