BAB 2 Artinya Cinta Pandang Pertama

1500 Words
Langkah kakinya terlihat gontai sambil menenteng tas sekolah yang diseret bersamaan. Setelah duduk perempuan itu melipat kedua tangannya dengan wajah yang ditekuk menghadap pada sepasang suami istri didepannya itu. "Kenapa lagi kamu, Julia?" tanya Anwar. "Papa.." Julia berdiri dari duduknya lalu menghampiri tempat duduk Anwar dan memeluk papanya itu. Amber yang melihat sikap aneh Julia pagi ini hanya menggeleng ketika Anwar menatapnya bingung. Anwar mengusap punggung Julia, lalu membawa putrinya itu untuk duduk. "Kenapa kamu cemberut gitu? ada masalah di sekolah?" Julia menggelengkan kepalanya. Membuat Anwar dan Amber semakin bingung, sebenarnya ada apa dengan Julia, tidak seperti biasanya yang selalu ceria dan membuat keributan dengan semua pertanyaannya terutama kepada pekerja dirumah terutama bibi di dapur yang selalu direpotkan olehnya dengan selera makannya yang berubah-ubah. "Ma, ini Julia kayak gini bukan karena kemauan dia tidak Mama turutin kah?" ucap Anwar berbisik pada Amber. Amber berdecak mencubit perut Anwar, karena suaminya itu malah kembali mengungkit hal tersebut. Amber diam menatap Julia, jika benar yang Anwar katakan maka benar-benar tidak bisa di tawar lagi permintaan Julia itu, Amber sudah kehabisan alasan untuk menolaknya. "Hoohh, Papa tahu. Kamu masih kepikiran ya sama Gira." "Papa.." Amber melebarkan bola matanya kepada Anwar yang hanya memamerkan keindahan giginya menatap Amber. Julia menatap Anwar, perlahan kepalanya mengangguk, Julia mengerucutkan bibirnya dengan bola mata yang berlinang. "Papa sih, mulai lagi kan drama ini. Ampun deh." ucap Amber dengan memegang kepalanya. "Julia, udah gak usah macam-macam ya. Habisin makan kamu dan berangkat sekolah, nanti telat lagi." Amber memberikan segelas coklat hangat kepada Julia, melihat Amber yang tidak peka Julia memalingkan wajahnya dan tidak mau meminumnya. Anwar hanya mengangkat bahunya, memakan sarapannya dengan tenang seperti tidak tahu menahu, padahal dia yang duluan memulainya. "Mama gak mau turutin maunya aku, Pa." ujar Julia. Anwar kemudian menganggukkan kepalanya menjawab. "Mama rasa sudah semua kemauan kamu Mama turutin Julia, apa lagi yang kurang." ucap Amber yang menjawab. Julia mengernyitkan keningnya, menatap Amber dengan kesal masih dengan bibirnya yang maju ke depan. "Iya, tapi Mama gak turutin maunya aku buat dijodohin sama Gira." "Astaga, masih Julia." "Ma, sudah. Julia, ayo pergi sekolah dulu. Nanti malam baru kita omongin lagi ya." Anwar mencoba menjadi penengah perdebatan anak dan ibu itu yang pasti akan terus berlanjut jika tidak segera disudahi. Julia hanya mengangguk, jika dengan Amber ia masih bisa mengelak dan mendebat, tapi tidak dengan Anwar. Papanya memang sosok yang humoris dan santai tapi jangan dilihat dari luar saja, sebenarnya sosok papanya itu adalah orang yang tegas dan jika sudah marah maka bukan main-main, bahkan melebihi marahnya Amber, sebagai seorang ibu yang masih mempunyai kelembutan jika sedang marah. Segera menyelesaikan sarapannya dan meminum coklat hangatnya, Julia lalu mengambil tasnya, ia kemudian mencium pipi Anwar dan Amber tidak lupa mencium punggung tangan mereka. Setelahnya, Julia masuk ke dalam mobil yang memang sudah disediakan untuk mengantar dan menjemputnya ke sekolah. Bahkan mobil dan sopir itu tidak bergerak kemanapun, tetap berada di sekolah sampai Julia pulang kembali. Anwar dan Amber masih berada di meja makan, dan terdengar Amber yang masih memarahi Anwar karena kejahilan pria itu hingga memancing Julia untuk terus memaksa keinginannya untuk dipenuhi. "Iya Papa tahu Ma. Tapi Julia itu anak kita satunya perempuan, kakaknya laki-laki semua. Papa gak bisa kalau lihat anak perempuan Papa suka menangis apalagi karena tidak mendapatkan pria, sayang sekali kan. Tidak seperti Bryan dan Ian yang masih bisa di nego." Amber menghembuskan nafasnya, mau bagaimana lagi. Anwar berdiri dari duduknya, menempelkan benda pipih tipis pada telinganya saat seorang pria datang sebelumnya membawa handphone tersebut yang terus berdering akan panggilan masuk. Amber memperhatikan suaminya yang sedang menelepon sembari ia melanjutkan memakan sarapannya. Sesaat Anwar mengakhiri panggilan tersebut, Amber lantas melihat wajah Anwar yang terlihat serius. "Ada apa Pa, siapa yang telepon?" tanya Amber. "Dari Jay, dia sudah menemukan tempat kerjanya Gira. Pria itu seorang CEO di PT. All Mine." "CEO, hooh pantas saja Pa di pasar kemaren dia bilang sedang memantau perkembangan pasar, benar saja kan PT. All Mine itu perusahaan besar yang bergerak pada perekonomian negara." "Iya Ma. Papa sudah suruh Bobby dan Kim untuk menjemputnya besok, saat makan malam kita pertemukan Gira dan Julia." Amber yang tampak ragu karena Gira seorang CEO, pastinya penjagaan pria itu juga sangat ketat, apa mungkin bisa dibawa paksa seperti yang dikatakan suaminya. "Papa serius mau menikahkan Gira dan Julia?" "Mama, tidak langsung menikahkan. Kita lihat perkembangannya dulu, dengan pendekatan kan bisa. Siapa tahu Gira bisa membuat Julia berubah sifatnya itu." "Tapi Pa, Gira itu kan.." "CEO, umurnya sudah 30. Tidak masalah Ma, justru yang sudah dewasa begitu bisa lebih tenang kalau dihadapkan dengan perempuan tantrum seperti Julia." "Sudah jangan terlalu dipikirkan, semua akan baik-baik saja. Papa berangkat dulu ya, nanti siang Papa pulang untuk makan sop rawon daging kambing." ucap Anwar yang kemudian mengecup kening Amber dan berlalu meninggalkan ruang makan. Amber memegang kepalanya, ia pusing memikirkan kemauan Julia dan entah apa yang akan terjadi besok malam, Amber tidak sanggup membayangkannya. *** SMAN BENTENG HARRISON Di sekolahnya sekarang Julia hanya berdiam diri di dalam kelas. Ditambah hari ini tidak ada kegiatan belajar mengajar dikarenakan semua guru sedang rapat untuk pembahasan ujian akhir yang akan dilaksanakan tiga hari lagi. Julia menghembuskan nafasnya, tatapannya menatap pada sekeliling bangku yang kosong, semua teman sekelasnya sedang berada di kantin untuk mengisi perut dan bersantai sambil menunggu jam pulang. Sedangkan dirinya yang masih kenyang dan juga tidak selera untuk makan hanya melamun dan lagi-lagi membayangkan wajah tampan Gira yang selalu hadir ketika ia membuka mata dan menutup mata. "Julia. Astaga, dari tadi dipanggil malah melamun. Gak takut disamperin." Julia berdecak kecil pada teman sebangkunya yang bernama Katie, yang sudah duduk disampingnya itu. "Kamu kenapa Julia, udah makan apa belum sih, lemes banget dah. Ke kantin ayo, pingsan nanti repot satu sekolah." ucap Katie yang lalu menarik tangan Julia untuk berdiri. "Aku gak lapar Katie, aku lagi galau aja." "Galau? perasaan kamu gak punya pacar deh Julia, kalau gak di kasih uang jajan, gak mungkin kan masalahnya orang tua kamu aja donatur sekolah kok, masa anaknya gak punya uang." "Iya Katie, tapi bukan itu masalahnya." "Jadi masalah kamu apa, sampai buat kamu galau begini." Katie diam dan menunggu Julia untuk memulai ceritanya, setelah ditunggu dan sudah hampir 10 menit Julia hanya terdiam menatap kepada Katie. "Julia. Malah melamun lagi sih, jadi cerita gak." seru Katie menepuk lengan temannya itu. "Katie." "Hum." "Aku galau, Mama aku gak setuju aku dijodohin sama Gira, padahal dia pria yang tampan dan baik, gak ada kurangnya. Jadi sekarang aku lagi kesal sama Mamaku." Katie menganggukkan kepalanya mendengarkan dengan seksama cerita Julia. "Jadi kamu suka sama pria yang namanya Gira itu." ucap Katie menyakinkan. Julia dengan tegas menganggukkan kepalanya dan membuat Katie seketika tersenyum, memukul bahu Julia, membuat Julia kesakitan dan menatap tajam pada Katie. "Maaf, refleks." Katie tersenyum dan mengusap bahu Julia yang ia pukul tadi. "Lagian kamu malah senyum, aku loh lagi sedih gak ada yang lucu." ucap Julia memajukan bibirnya. "Gak begitu. Aku tuh senang aja karena teman cantik aku ini akhirnya menemukan cinta pandang pertamanya." "Apa tadi, cinta pandang pertama. Maksudnya Katie? sumpah aku gak paham, jelasin." "Ya ampun Julia, yang kamu rasain waktu pertama kali ketemu sama Gira pasti hati kamu berbunga-bunga, jantung kamu berdetak kencang, terus muka dia pasti kamu terbayang terus kan. Itu namanya cinta pandang pertama, cinta yang datang secara tiba-tiba walaupun sebelumnya kalian belum pernah ketemu. Paham." jelas Katie dengan lancar, Julia yang mendengarkan sesaat terdiam, kedua pipinya memerah dan kemudian ia tersenyum salah tingkah. "Beneran gak Katie, nanti kamu tahunya dari film-film aja, di kenyataan dan film beda tahu." kata Julia yang tidak banyak berharap dari perkataan Katie. "Percaya sama aku Julia, teman kamu ini pacar cinta, haha." Katie tertawa pelan, diikuti oleh Julia yang tersenyum dan tertawa setelahnya. "Terus yang aku rasain apa juga di rasakan sama Gira." ungkap Julia sembari menatap keluar kelas. Katie mengangkat bahunya, ia lalu mengusap bahu Julia menguatkan temannya itu. *** "Pak, maaf menganggu waktu istirahat bapak. Tapi diluar ada dua orang pria pak, badannya besar-besar dan lengannya berotot mencari bapak." "Siapa mereka, dan apa kepentingannya?" "Saya tidak tahu Pak, apa saya usir saja." "Biarkan, setelah saya makan siang akan saya temui." Perempuan yang menjabat sebagai sekretaris pribadi pria tersebut hanya mengangguk dan berlalu menuju ruangannya. "Bagaimana Mba. Apa Pak Gira bisa kami bawa?" tanya spontan Kim kepada perempuan dengan nametag Elliot yang baru sampai dan menutup pintu ruangannya itu. "Setelah makan siang Pak Gira akan menemui bapak semua. Mungkin sebelum itu bisa menunggu di ruang tamu saja Pak, nanti beliau akan menemui disana." ucap Elliot yang sedikit takut tidak berani berlama-lama menatap mata apalagi tubuh besar dua pria di depannya itu. Kim dan Bobby hanya mengangguk, mereka lalu mengikuti Elliot untuk berpindah menuju ruangan yang disediakan untuk tamu PT. All Mine. "Mba, siapa itu, ngeri banget badannya gede?" perempuan dengan nametag Iggy menghampiri Elliot setelah ia menutup pintu ruang tamu. "Tamunya Pak Gira, sudah jangan ikut campur, kembali bekerja." "Yahh, Mba Elliot gak seru. Tapi Mba, ganteng juga meskipun badannya serem." ucap Iggy dengan senyumnya yang lebar, Elliot hanya menggelengkan kepalanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD