jingg 11

1226 Words
Mobil mewah itu melaju kembali ke tempat di mana Jingga tinggal. Angkasa terlihat menikmati perjalanannya ini dengan lebih rileks dari sebelumnya. Dalam pikirannya sudah terbayang bagaimana lancarnya pertemuan di antara dirinya dan pihak asuh  panti asuhan itu, arena saat ini Kasa telah memiliki kartu as mereka. Akan dirinya pastikan bahwa mereka tidak akan bisa menolak permintaannya. Senyum miring Kasa mengembang sempurna memikirkan cara licik yang sudah diperhitungkannya dengan matang ini. Bukan licik sih, tapi cerdik. Itu adalah salah satu istilah dalam dunia bisnisnya bukan. Tidak ada kata licik dalam kamus mereka, melainkan hanya cerdik. Tengah fokus pada jalanan di depan, tiba-tiba ponsel kasa berdering menampilkan nomor Beni dari layarnya. Angkasa mendengus jengah menebak apa yang mungkin akan disampaikan pria cerewet itu. ditekannya tombol terima  pada satu layar yang ada di dashboard mobil dan langsung tersambung dengan telepon mereka. “Ya?” sapa Kasa dengan nada malasnya. “Hai, my Bro! Bagaimana kencanmu kemarin?” tanya Beni di seberang sana tanpa basa-basi lagi. Sudah Kasa duga, pasti pria itu akan menelponnya anya untuk menanyakan pertanyaan yang tidak penting ini. “Biasa saja.” “Bukankah menurutmu dia cantik? Dia wanita terpelajar dan kurasa dia memiliki kelas yang sama dengan kita, tuan Kasa. Benar begitu kan.” “Hm.” “Hei, apa cuma itu saja tanggapanmu tentangnya?” protes Beni dari seberang sana. Kasa yakin pasti temannya itu sedang menahan emosi karena jawabannya. Tak apa. Toh Kasa sendiri juga masa bodoh dengn gadis itu. “Lalu kau mau aku harus bagaimana, Ben.” Kasa memutar kemudi dan memasuki sebuah gang sempit arah menuju panti asuhan itu. “Katakan padaku, apa kau tertarik padanya atau tidak.” “Sedikit, tapi itu sudah tidak penting lagi bagiku.” jawab Kasa dengan sekenanya. “Apa maksudmu, Kasa?” “Aku sudah menemukannya, Ben. Gadis yang selama ini aku cari-cari, aku sudah menemukannya!” seringai Kasa kembali melebar seiring pria itu menceritakan perkembangan dalam pencariannya selama ini kepada temannya, Beni. Terliha sekali betaa bahagianya pria itu saat ini.. “Apa? Benarkah? Lalu di mana dia sekarang?” “Aku sedang menjemputnya saat ini. Jadi lebih baik sekarang kau jangan menggangguku dulu sebelum aku membawanya pulang nanti.” “Ha? Membawanya pulang? Apa maksudmu?” Kasa bisa membayangkan adanya kerutan bingung di wajah teman dekatnya itu saat ini. “Nanti akan kuceritakan lagi. Sekarang aku tutup dulu, oke!” putus Kasa begitu saja dan lalu menutup sambungan telepon mereka. Jarak dirinya dengan panti asuhan milik Jingga sudah cukup dekat, karena itu Kasa perlu fokus pada kepentingannya saat ini. Sampai pria itu berhenti tepat di depan pagar panti asuhan, Kasa mematikan mesin mobilnya dan duduk diam sejenak untuk beberapa saat. Dihembuskannya napas pelan bersiap untuk memulai acara pertemuan mereka yang akan dilakukan sebentar lagi. Angkasa telah berada di depan panti asuhan tempat di mana Jingga tinggal selama ini. Diperhatikannya sejenak bagian depan panti asuhan kecil itu. Terlihat sepi tanpa ada seseorang pun yang keluar atau berada di pekarangan panti mereka untuk bermain-main. Saat ini masih cukup pagi untuk memulai bisnis mereka, dan Angkasa tahu bahwa Jingga saat ini masih mengajar di TK seperti biasanya. Mungkin sebentar lagi gadis itu akan pulang, batin Kasa. Pria itu memang sengaja datang di saat Jingga tengah berada di luar. Kasa ingin bercakap-cakap sejenak dengan ibu asuh Jingga yang bernama Virda, sebelum akhirnya dirinya bertemu dengan gadis itu nanti. Di saat dirinya tengah memerhatikan bangunan yang dianggapnya sudah reyot dan tidak layak pakai itu, tiba-tiba seseorang keluar dari dalam panti. Sosok anak kecil yang bernama Didi itu tengah membawa keranjang cucian kecil di sebelah tangannya sebelum kemudian anak itu menyadari sosok Kasa yang tengah berdiri memerhatikan panti asuhan tempatnya tinggal. Didi mengerutkan alis merasa heran dengan sikap Kasa yang terlihat mencurigakan di matanya. Dengan wajah herannya Didi meletakkan keranjang cucian itu di atas tanah dan lalu datang menghampiri Kasa meski tetap menjaga jarak di antara mereka dengan Didi yang masih berada di balik pagarnya. “Paman, apa yang sedang paman lakukan di sini? Kenapa memerhatikan tempat kami tinggal? Paman mau mendaftar untuk tinggal bersama kami?” celetuk anak itu dengan wajah mendongak ke atas menatap Kasa yang tinggi menjulang di hadapannya. Kasa terlihat terkejut karena dirinya tidak menyadari seseorang tengah memergoki dirinya. Pria itu memerhatikan Didi yang tingginya tidak sampai setengah pinggangnya itu. Anak kecil dengan hanya memiliki satu lengan itu terlihat memerhatikan dirinya dengan wajah penuh rasa ingin tahu. “Tidak. Paman tidak ingin mendaftar di sini. Tapi paman ada urusan dengan ibu asuhmu. Bisakah paman menemui beliau?” tanya Kasa kemudian. “Ibu asuh kami? Ah maksud paman ibu Virda?!” tanya Didi dengan kedua mata melebar. Kasa mengangguk kecil sembari melempar senyum tipis ke arahnya. “Iya. Ibu Virda. Bisakah paman menemui beliau?” tanya Kasa lagi. Didi langsung mengangguk-anggukkan kepalanya dengan semangat. “Bisa, paman. Ayo, Didi antar paman untuk menemui ibu Virda!” seru anak itu. Didi membuka lilitan kawat yang menutup pintu pagar panti dan mempersilahkan Kasa memasuki panti asuhan mereka. Kasa mengikuti langkah kecil Didi di belakangnya dalam diam. “Ibu! Ibu Virda! Ibu!” seru Didi memanggil-manggil ibu asuhnya. Tidak lama terdengar suara langkah kaki dari dalam panti diikuti munculnya sosok Virda. “Ada apa, Di? Kenapa manggil-manggil ibu?” tanya Virda sembari menghampiri Didi, lalu kemudian langkahnya terhenti ketika melihat sosok Kasa yang ada di belakang anak itu. “Ibu, paman ini datang ingin bertemu dengan ibu Virda.” ucap Didi kemudian sembari menunjuk Kasa dengan jemari telunjuknya. Mereka kini tengah duduk berdua di ruang tamu. Virda memerhatikan penampilan Kasa yang terlihat sekali dari orang berada, sedangkan Kasa sendiri tengah duduk tenang memerhatikan bagian dalam interior panti asuhan ini yang terlhat tidak jauh berbeda dengan bagian luarnya. Kemudian pandangan mata Aska  tertuju ke arah di balik dinding yang menampilkan beberapa kepala kecil, yang tengah memerhatikan dirinya dengan pandangan penuh rasa penasaran. Kasa mengangkat kedua alisnya melihat tingkah anak-anak kecil itu. Dan Virda juga akhirnya menyadari tingkah tidak sopan yang ditunjukkan oleh anak-anak asuhnya itu, sontak Virda segera menegur anak-anak itu. “Apa yang kalian lakukan di sana? Ayo masuk. Tidak sopan menguping pembicaraan orang tua seperti itu.” tegur Virda yang sontak membuat anak-anak itu langsung berlarian meninggalkan tempat itu. Selepas kepergian mereka, Virda menghembuskan napasnya lelah, lalu kembali menoleh ke arah Kasa. Dilemparnya senyum maklum ke arah pria itu. “Maaf, tuan. Anak-anak suka penasaran dengan orang baru seperti anda. Lalu ada apa gerangan tuan Aska datang kemari?” tanya Virda memulai pembicaraan di antara mereka. “Tidak apa-apa, bu. Perkenalkan, nama saya Angkasa Array Gunawan, pemilik baru dari Panti Asuhan Nungun Pangestu ini.” “Pe-pemilik baru anda bilang? Bu-bukannya pemiliknya adalah....” Virda tergagap untuk mengatakannya. Pasalnya baru kemarin wanita itu mendapat berkas kontrak panti asuhan ini dari pemilik sebelumnya, dan sekarang dirinya mendapat kabar bahwa kepemilikan panti asuhan ini sudah berpindah tangan. Lalu bagaimana dengan anak-anak? Bagaimana dengan nasib panti asuhan ini? “Saya sudah membeli tanah beserta isinya kemarin, jika Ibu masih bertanya-tanya tentang itu.” potong Aska dengan mantap. Pria itu mengeluarkan sebuah berkas yang berisi bukti atas kepemilikan dirinya mengenai tanah beserta isinya itu. dengan teliti Virda membaca tiap kalimatnya untuk memastian sekali lagi bahwa ucapan pria itu adalah sebuah kebenaran. Dan ternyata memang benar. Pemilik sebelumnya telah menjual panti ini tanpa mengatakan apapun kepadanya sebagai ibu pengasuh terlebih dahulu. Virda menutup bibirnya dengan rasa tidak percaya. Lalu bagaimana dengan nasib anak-anaknya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD