Episode 8. Afrah ( Rasa Syukur Dan Harapan Pada Allah )

606 Words
Jakarta Utara, Pukul 18.00 Petang.  Perumahan Komplek Pelita Indah. Blok A. Senja menjelang. Aku menatap langit yang indah. Sebuah karunia dan ciptaan Allah yang begitu patut kita syukuri. Aku mengucapkan Alhamdulillah dalam hati. Perjalanan dari Aceh ke kota Jakarta membuatku sedikit lelah. Sebagai hamba Allah, Aku tidak boleh mengeluh. Aku harus mensyukurinya. Aku menatap rumah minimalis yang sederhana dan insya Allah akan nyaman untuk di tinggali. Kata Ayah rumah ini sudah disediakan untuk kami selama masa kontrak kerja Ayah masih berjalan. Aku memasuki rumah baru kami setelah mengucapkan salam Asalamualaikum dan aku memperhatikan sekitar serta suasananya. "Bagaimana? Kamu suka?" Tiba-tiba Ayah datang. Beliau merangkul bahuku. Disebelahku juga ada Bunda. "Alhamdulillah Afrah suka yah. Ini akan menjadi tempat kita berteduh yang nyaman." "Kita patut bersyukur ya. Atasan Ayah itu benar-benar baik. Dia menyediakan rumah untuk kita sekeluarga meskipun hanya sederhana. Tapi bagi Bunda ini lebih dari kata sederhana" sela Bunda dengan rasa syukur. "Allah Maha Baik. Semoga Atasan Bapak itu diberi rahmat dan rezeki berlimpah ruah dari Allah SWT. Aamiin." ucap Ayah lagi. "Aamiin." "Aamiin." Ucapku bersamaan dengan Bunda. Lalu aku dan Bunda mulai melihat-lihat seisi ruangan yang sudah lengkap dengan fasilitasnya. Rumah ini hanya memiliki dua kamar. Satu ruang tamu. Ruang keluarga, dapur, Mushola dan halaman belakang. Aku berdecak kagum. Rumah ini benar-benar luar biasa. Dalam hal ini yang paling terpenting adalah bersyukur. Bersyukur adalah ibadah kepada Allah.  Allah SWT dalam banyak ayat di dalam Al-Qur'an memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-Nya. Maka syukur adalah ibadah dan bentuk ketaatan atas perintah Allah. Allah Ta'ala berfirman, فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون "Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar" (QS. Al Baqarah: 152) *** Jakarta Utara. Pukul 10.00 pagi. Seminggu kemudian. Waktu terus berjalan. Hari berganti demi hari. Hal yang pertama kali kita syukuri saat ini adalah bahwa Allah masih memberikan kita kesehatan, rezeki dan umur yang panjang. Butuh waktu seminggu aku membiasakan diri dikota metropolitan ini yang penuh dengan kepadatan penduduk. Hari ini adalah opening pembukaan restoran keluarga yang baru saja selesai di bangun selama berbulan-bulan yang lalu. Menurut berita yang aku dengar, tenyata pembangunan restoran ini sudah berjalan lama. Tapi siapa sangka rezeki kali ini begitu berkah jatuh ke tangan Ayah kalau sebelumnya atasan Ayah itu belum menemukan seorang koki seperti Ayah. Aku menatap keramaian banyaknya orang-orang didepan pintu restoran itu. Disana ada beberapa orang yang tidak aku kenal sama sekali. Mereka terlihat seperti pengusaha-pengusaha sukses yang saling bertemu. Posisiku pun tak jauh dari depan restoran itu. Aku hanya bersyukur kembali dalam hati. Aku juga hanya bisa berharap semoga suatu saat aku bisa sukses seperti mereka. Semua wajah orang-orang beralih ke satu titik. Aku ikut menoleh kearah yang mereka lihat. Sebuah mobil hitam mewah tiba di depan restoran itu. Beberapa orang-orang yang membawa kamera datang mendekati mobil tersebut. Sepertinya mereka wartawan yang sedang meliput acara opening ini. Salah satu pria paruh baya berdiri disamping mobil itu. Tubuhnya tinggi tegap. Lalu pria itu membukakan pintu mobilnya. Kamera-kamera mulai menyoroti kearah pintu mobil tersebut. Kilatan blitz mulai terlihat. Aku melihat seorang pria bertubuh tinggi keluar dari mobilnya. Seketika aku terkejut. Masya Allah! Bukankah itu si pria beriris biru yang menolongku waktu di Aceh? Ngapain dia kemari? Apakah dia ingin makan? Oh iya. Dia kan orang kaya. Ponselnya aja ponsel canggih sampai akupun tidak mengerti cara menggunakannya. Aku hanya menghela napas. Orang kaya rupanya bebas macam Sultan ya?  Sedikit berlebihan. Masya Allah. Mau numpang makan aja harus pakai sewa wartawan lalu di foto-foto gitu begitu keluar dari mobil. Aku hanya bisa berdoa. Semoga suatu saat aku bisa jadi orang kaya banyak rezeki seperti dia. Aamiin. **** Author :  Rupanya kamu mikir dia numpang makan Afrah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD