"Dad, kenapa kita harus kembali secepat ini? Kau sudah berjanji untuk mengajak kami berlibur. Kita belum ke Miami beach, kenapa kita harus kembali ke New York. Kami tidak mau," rengek Leo kepada Fredrick saat mengetahui bahwa mereka harus kembali ke New York.
"Ya, aku masih ingin berburu dan menembak. Aku belum ingin pulang," tambah Letty dengan wajah cemberut. Dia membawa kedua tangannya dan menyilangkannya di d**a.
"Sayang, maafkan daddy, ini urusan mendadak, kita bisa kemari lagi di lain waktu,” bujuk Fredrick kepada kedua anaknya. Dia berlutut agar mengimbangi tubuhnya dengan kedua anaknya.
"Sayang, dad tidak bisa membiarkan kalian disini. Kalian harus ikut kemanapun aku pergi," ujar Fredrick.
Tiba-tiba seseorang menginterupsi pembicaraan mereka. "Fred, kita harus bicara," ucap Lucas.
Fredrick berbalik melihat ke arah Lucas, dia menganggukan kepala meng-iyakan ucapan adiknya lalu kembali menatap kedua anaknya.
"Dad akan kembali," ucap Fredrick. Kemudian dia berdiri dan berjalan meninggalkan kamar Letty dan Leo kemudian menuju ruang kerjanya. Di sana sudah ada Lucas yang menunggunya.
"Ada apa?" tanya Fredrick. Dia duduk di sofa sementara Lucas berdiri sambil mematikan ponselnya.
"Fred, biarkan saja Elena dan Angelie tetap tinggal disini. Mereka tidak perlu ikut," ucap Lucas. Dia melangkah mendekati kakaknya dan duduk di sampingnya.
"Kau gila? Bisa saja ini jebakan, bodoh. Saat kita pergi mereka akan menyerang keluarga kita," ucap Fredrick.
"Kau tidak perlu khawatir. Bruce dan anak buahnya akan mengawasi mansion ini. Penjagaan akan di perketat dengan CCTV. Bruce akan membawa serta isteri dan anaknya. Anaknya seumuran Letty dia sudah mahir memakai pedang dan menembak. Dia bisa menjadi pengawal pribadi untuk Letty sekalian bisa menjadi teman berlatih baginya. Kau tahu Bruce juga sangat kuat dan dia tidak ada bedanya dengan kita. Pikirkan Fred, jika kau membawa isteri dan anakmu ke rumah, mereka akan bertanya mengapa rumah mereka seperti baru di bom? dan, di saat bersamaan bisa saja mereka kembali menyerang. Kita harus benar-benar menyelesaikan masalah ini sendiri, atau kita akan menyeret keluarga kita dalam masalah ini,” tutur Lucas.
Fredrick berdecak kesal lalu menabrakan punggungnya ke belakang. Dia mendesis sambil membawa tangannya mengusap dagu. Fredrick tampak mempertimbangkan perkataan adiknya.
"Baiklah, aku ikut perkataanmu," ucap Fredrick setelah beberapa saat berpikir.
"Bagus. Bruce dan keluarganya sedang dalam perjalanan kemari. Aku juga sudah memanggil dokter dan beberapa perawat untuk berjaga-jaga kalau Elena dan Angelie akan melahirkan," ucap Lucas.
Fredrick bernapas berat. Sepertinya usulan barusan begitu berat baginya.
"Kita harus melakukannya dengan cepat, Lucas. Aku tidak ingin Elena melahirkan tanpa aku. Kau juga. Kau tidak tahu betapa menderitanya saat seorang istri berjuang untuk melahirkan anakmu, dan aku tidak ingin kau tidak ada bersama Angelie saat dia melahirkan," ucap Fredrick. Lucas hanya mengangguk kemudian Fredrick berdiri dan meninggalkan ruang kerjanya.
Fredrick berjalan menuju halaman belakang, di sana ada Elena yang sedang menemani Leo dan Letty. Elena tertawa lepas melihat tingkah Letty dan Leo yang berlarian dan saling mengerjar. Fredrick tersenyum melihat isterinya, dia mengambil langkah demi langkah kemudian mendekati Elena..
"Hei, nyonya Van Der Lyn," sapa Fredrick sambil memeluk Elena dari belakang dan mengecup pipi Elena.
"Hei, apa kita akan brangkat sekarang?" balas Elena. Dia menatap wajah suaminya dengan senyuman.
"Mm, sebenarnya ada perubahan rencana," ucap Fredrick. Elena menaikan setengah alisnya tampak bingung. Kemudian Fredrick melepas pelukannya dan menghadap Elena.
"Sayang, kata Lucas kami akan pergi sekitar dua hari saja. Kami akan kembali secepatnya. Jadi, kalian tidak perlu ikut. Aku tahu kalian masih ingin menghabiskan waktu liburan kalian di sini. Anak-anak juga masih ingin bermain disini, jadi aku putuskan bahwa kalian tidak perlu ikut," jelas Fredrick menatap Elena, Elena hanya diam tampak mencerna kata-kata Fredrick.
"Fred, apa terjadi sesuatu di New York?" tanya Elena. Dia tahu bahwa suaminya sedang menyembunyikan sesuatu.
"Tentu tidak sayang, ini hanya urusan bisnis. Kau tidak perlu menghawatirkan apa pun," ucap Fredrick berusaha memasang ekspresi datar.
"Baiklah, berhati-hatilah dan segeralah kembali," ucap Elena, kemudian melarikan dirinya ke dalam pelukan Fredrick. Elena memejamkan matanya di depan d**a bidang Fredrick.
"Aku tahu kau akan sangat merindukan aku. Aku terlalu sexy dan tampan untuk di lupakan, iya kan?" ucap Fredrick dengan nada menggoda. Elena menarik wajahnya, dia mendongak dan mendapati seringaian c***l suaminya. Elena pura-pura memasang senyum sinis sambil melarikan tangannya ke hidung Fredrick dan mencubitnya dengan gemas.
"Awh …!" Fredrick meringis. Elena tertawa melihat tingkah suaminya kemudian dia mengecup bibir Fredrick. Mereka berciuman dengan mesrah dan basah, lagi-lagi mereka lupa bahwa ada mata yang mengawasi mereka.
"Oh c'mon, seriously, again?" Letty memutar bola mata dengan malas saat matanya kembali memergoki adegan romantis kedua orang tuanya dan itu membuatnya, sedikit jengkel.
"Selalu saja ada pengganggu." Fredrick bergumam di depan wajah Elena dan Elena hanya tersenyum menanggapi protes suaminya. Mereka melepas pelukan. Lalu Fredrick berjongkok di depan tubuh puteri sulungya.
"Hmm ... jadi, ayah harus kembali mengalah dan mengikuti kemauan kalian. Well, sepertinya ayah harus kembali sendirian di New York,” ucap Fredrick memasang tampang sedih yang tentu saja di buat-buat.
“Apa itu artinya kami tetap disini?” tanya Letty. Fredrick memayunkan bibirnya sambil menggangguk dengan putus asa.
"Really?" tanya Letty dengan suara yang hampir memekik.
"Of course baby girl, kau menang kali ini.”
“Yes ….” Teriak Letty begitu senangnya.
“Tapi, kau harus ingat kau harus menjaga adik dan ibumu selama dad pergi, oke?" ucap Fredrick.
"Tidak masalah, dad bisa mengandalkanku," ucap Letty sambil mengangkat ibu jarinya.
"Buktikanlah. Dan," Fredrick menatap wajah putrinya lalu membawa kedua tangannya di pundak Letty. "Kau akan mendapat teman berlatih mulai hari ini. Dia sedang dalam perjalanan kemari. Dia juga akan menjadi pengawal pribadimu," lanjut Fredrick.
Letty kebingungan akan perkataan ayahnya, dia diam dengan wajah yang bingung tampak mencerna kata-kata ayahnya.
"Siapa?" tanya Letty penasaran.
"Rahasia, dia akan kemari, mungkin nanti sore, bersabarlah." ucap Fredrick, kemudian dia berdiri meninggalkan Letty dan Elena dan berlari ke arah Leo yang sedang mengelus-elus seekor doberman.
"Hei jagoan," ucap Fredrick saat mendekati Leo. Leo kaget, dia yang tadinya berjongkok spontan berdiri.
"Oh my God, dad! You scared me!" pekik Leo dengan wajah kagetnya.
"Ouh, forgive me son," ucap Fredrick kemudian mengangkat tubuh Leo dan memuatarkannya ke udara, Leo yang tadinya agak takut kini tertawa lepas.
"Turunkan aku dad, ini menggelikan," teriak Leo di sela-sela tawanya. Fredrick tidak berhenti dia malah menggelitik leher Leo dengan kumisnya membuat Leo tertawa menahan gelinya. Elena dan Letty yang melihat tingkah mereka tertawa dari kejauhan.
"Please stop." Kali ini Leo memohon. Dia tidak tahan lagi dengan perlakuan ayahnya. Akhirnya Fredrick berhenti dan menurunkan Leo.
"Dad, jangan bermain lagi. Bukannya kita akan pergi?" Kali ini Leo menggunakan kalimat peringatan untuk membuat Fredrick berhenti namun, alih-alih berhenti, Fredrick malah semakin membuat Leo tertawa.
Fredrick akhirnya berhenti saat Leo mencapai batas kegirangannya dan dia mulai mengeluh sebab perutnya mulai sakit. Fredrick akhirnya menghentikan ke-jahilannya lalu menurunkan Leonard.
"Mmm … bagaimana kalau kau, kakakmu dan mom tetap tinggal disini?" ucap Fredrick dengan ekspresi bingung yang di buat-buat.
"Benarkah?" pekik Leo, antusias.
"Ya, dad dan paman Lucas saja yang ke New York. Kau dan kakakmu akan menemani aunty Angel dan mommy. Kalian masih akan berlibur di sini. Wuhu ...." ucap Fredrick sambil menepuk tangannya. Dia terlihat seperti orang t***l namun, beginilah Fredrick ketika bersama keluarganya. Dia akan bertingkah konyol sekalipun apalagi terhadap puteranya Leo, sebab hal itu akan membuat Leo tertawa kegirangan akan ucapan ayahnya, Leo sampai melompat-lompat saking senangnya.
"Kau dengar Boney, kita masih akan bersenang-senang di sini," ucap Leo pada doberman kesayangannya. Fredrick tertawa, dia membawa tangannya mengelus anjing kesayangan puteranya ini.
"Jaga Leo, Boney. kalau dia nakal," Fredrick melirik kecil ke arah Leo saat jemarinya masih sibuk mengelus peliharaan puteranya. "Gigit saja bokongnya," sambung Fredrick, tidak sampai di situ. Dia bahkan menarik Leo dan menggelitik perut Leo. Leo tertawa terbahak-bahak.
"Fred, Lucas memanggilmu. Berhentilah menggelitik Leo," ucap Elena. Fredrick tidak menyadari keberadaan Elena dan Letty yang sudah berdiri di dekatnya. Dia melepaskan Leo dan berdiri sambil merapikan pakaiannya.
"Baiklah kawan-kawan, daddy kalian yang tampan ini akan pergi, tolong jangan merindukan daddy." Fredrick masih sempat-sempatnya menggoda kedua anaknya. Leo dan Letty mendekat kemudian memeluk ayah mereka. Elena hanya diam dia melipat kedua tangannya di d**a namun bibirnya tidak bisa menyembunyikan senyumannya.
"Sayang, apa kau tidak ingin memeluk suamimu yang tampan ini?" goda Fredrick pada Elena lengkap dengan seringaian cabulnya. Elena hanya menggeleng tapi dia juga tak kuasa menahan dirinya untuk tidak memeluk Fredrick. Mereka berempat saling berpelukan.
"Baiklah, Daddy harus pergi sekarang, jaga diri kalian," ucap Fredrick melepas pelukan mereka. "Kalian mau daddy bawakan apa saat pulang?" tanya Fredrick pada ketiga orang di sampingnya.
"Aku ingin anjing baru dan aku ingin seekor rottweiler, agar Boney punya teman bermain," ucap Leo.
"Baiklah seekor rottweiler jantan, Letty?" ucap Fredrick sambil mengelus dagunya tampak berpikir seolah bos besar itu harus benar-benar memperhatikan apa pun yang di katakan puteranya sebab, jika salah sedikit saja Fred tahu, konsekuensi apa yang akan dia terima dari puteranya. Dan oh, Fredrick akan sangat merasa bersalah ketika melihat wajah suram Leonard saat menerima apa pun yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Kali ini Fredrick beralih pada puteri sulungnya yang sedang terlihat berpikir keras dan itu mulai membuat Fredrick was-was mengingat pemikiran puterinya sangat berbeda dari kebanyakan anak gadis berusia tujuh tahun pada umumnya.
"Mmm … aku ingin memelihara bayi beruang. Apa kau bisa membawakannya?" jawab Letty. Fredrick terkekeh mendengarnya. Benar saja yang di pikirkan Fredrick, pasti sesuatu yang tidak gampang.
"Oh sayang, ayah akan ke New York bukan ke hutan, oh my .... " Fredrick menggelengkan kepala, bahkan memijat kepalanya dramatis. "Tapi ayah akan membawakannya itu sudah pasti," lanjut Fredrick.
Fredrick menyadari bahwa permintaan puterinya memang bukan hal yang lumrah bagi kalangan anak seusia Letty namun, Fredrick hanyalah seorang ayah yang tidak mau mengecewakan anaknya untuk itu walau dengan cara apa pun Fredrick akan selalu memberikan apa yang di inginkan anaknya, selagi itu hal yang menurut Fredrick pantas di berikan.
"Yey … terima kasih, dad," ucap Letty dengan girangnya.
"Kau ingin sesuatu sayang?" Sekarang Fredrick beralih menatap isterinya yang sedang berusaha menyembunyikan tawanya saat melihat tingkah anak-anak mereka.
"Bawakan saja dirimu yang utuh," ucap Elena. Fredrick kembali berseringai.
"Apa kau ingin aku sekarang, heh? Aku bisa menunda keberangkatan, lagi pula Stephen akan bersabar jika hanya setengah jam. Bagaimana, hah?" Lagi-lagi Fredrick menggoda Elena. Elena hanya menaikan setengah alisnya.
"Fred, ayo. Kita harus pergi," seru Lucas dari kejauhan.
"Enyahlah!" jawab Fredrick sarkastik.
"Fred …." Elena mendengus sambil mengisyaratkan wajahnya melirik kedua anaknya. Seakan berusaha mengatakan 'Kau tidak boleh berbicara seperti itu di depan anak-anak'.
"Aku pergi dulu sayang, jaga diri kalian," ucap Fredrick kemudian dia mengecup pipi mereka satu per satu.
Fredrick berjalan ke arah pintu utama mansion mewah ini di temani Letty, Leo dan Elena. Di depan sudah ada mobil limousine dengan supir beserta Lucas. Ada juga anak buah Lucas dan Fredrick yang akan ikut serta ke New York.
"Bruce ….” gumam Fredrick saat melihat sebuah mobil mercedez hitam baru tiba di halaman depan mansion ini diikuti seorang pria berbadan kekar. Lelaki itu turun dari sebuah mobil berwarna hitam beserta seorang bocah lelaki memakai celana jeans dan kaos hitam beserta jaket kulit berwarna hitam, seperti ayahnya.
Bruce berlari kecil mendekati Fredrick. Kemudian disusul dengan beberapa mobil mewah di belakang mobil Bruce yang ternyata mereka semua adalah anak buah Bruce, mereka sekitar tiga puluh orang. Bruce bertanggungg jawab atas keamanan anak dan isteri Van Der Lyn brothers. Bisa di bilang Bruce adalah kepala keamanan mansion.
"Apa semua sudah siap?" tanya Fredrick.
"Ya tuan, kami akan mengurus keadaan di sini. Percayakan semuanya pada kami,” jawab Bruce.
Fredrick mengangguk kecil. Raut wajahnya sontak berubah menjadi tegas layakanya seorang pemimpin yang di takuti anak buahnya. Fredrick menarik napas sambil memperbaiki jasnya. Dia kembali berpamitan kepada anak dan istrinya lalu berbalik dan menuruni anak tangga, dengan sedikit bergegas menuju ke mobil. Bruce ada di sana untuk membukakan pintu mobil dan Fredrick, sebelum dia memasuki limo-nya, dia berdiri di samping Bruce dan tanpa melihat lawan bicaranya Fredrick berucap, "Tolong jaga mereka Bruce, jika terjadi sesuatu pada mereka," Fredrick memiringkan kepalanya dan membawa tangan kananya di pundak Bruce. "Kau, dan keluargamu, mereka akan bertanggung jawab jika sehelai rambut jatuh dari kepala isteri dan anak-anakku."
Bruce menelan salivanya susah payah. Ucapan itu bagikan sebuah peringatan untuknya.
"Te-tenang saja tuan kami akan berusaha," ucap Bruce dengan suara bergetar.
"Baiklah. Oh ya, jangan lupa untuk terus melatih Letty. Aku ingin melihat kemajuannya saat aku kembali," ucap Fredrick. Dia berbalik dan melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah isteri dan kedua anaknya. Mereka membalas lambaian tangan ayah mereka. Lalu Fredrick memasuki mobil limo-nya, di situ sudah ada Lucas dan dua anak buah mereka.
Mobil limousine berwarna hitam itu melaju meninggalkan mansion megah milik Van Der Lyn. Elena, Angelie beserta Letty dan Leo mengikuti arah mobil itu hingga tidak terlihat lagi.
"Ehem …" Seseorang berdehe lalu melanjutkan, "Maaf nyona besar, saya di percayakan tuan besar untuk menjaga kediaman Van Der Lyn selama tuan besar tidak ada, dan saya membawa serta anak buah saya untuk memperketat keamanan di mansion ini. Jika anda ingin berpergian kumohon beritahukan kepada kami, karena keselamatan kalian adalah tanggung jawab kami,"ucap Bruce pada Elena dan Angelie.
"Baiklah Bruce, masuklah," ucap Elena kemudian mempersilahkan Bruce dan anak buahnya untuk masuk.
"Terima kasih nyonya besar, dan sebelumnya perkenalkan ini putera saya." Bruce menunjuk seorang bocah lelaki yang sedari tadi berdiri di sampingnya.
"Selamat siang nyonya besar, perkenalkan nama saya Chester Peterson," ucap bocah lelaki tersebut. Dia membungkuk memberi hormat pada majikannya.
"Oh hai, nak. Tidak perlu begitu, anggap saja aku bibimu," ucap Elena. Dia mengulurkan tangannya menyambut bocah lelaki itu. Namun tangannya terhenti saat Leo memegang lengan Elena. Leo tampak kesal akan kehadiran bocah lelaki di hadapannya.
"Halo tuan muda, perkenalkan nama saya Chester Peterson. Saya akan menjadi pengawal pribadi anda," ucap Chester. Dia mengulurkan tangannya menyapa Leo. Namun Leo hanya cemberut. Dia malah menyembunyikan wajahnya di balik ibunya.
"Bukan dia Chester," seseorang muncul dari samping Elena. "Tapi aku, Letty Van Der Lyn. Kupikir ayahku sudah menjelaskan padamu sebelumnya." Letty menyilangkan tangannya di d**a sambil menatap bocah lelaki di depannya. " Dia Leo, adikku. Tapi kau tidak perlu memanggilnya tuan muda dia masih mengompol," ucap Letty. Dia akhirnya menyambut uluran tangan Chester yang awalnya ditujukan untuk Leo.
"Selamat siang nyonya muda, terima kasih sudah menyambut saya," ucap Chester pada Letty dengan senyuman yang membuat bocah itu terlihat sangat tampan dan berwibawa layaknya lelaki dewasa.
"Anakmu sangat sopan dan tampan Bruce, dia ramah sama seperti mu," sanjung Angelie.
"Selamat siang, nyonya Lucas Van Der Lyn." Chester kembali memberikan sapaan hangat. Angelie tersenyum melihat perlakuan manis Chester.
"Selamat siang untukmu, Prince charming. Kau bisa melapaskan genggaman tanganmu dari Letty, kurasa?" ucap Angelie sedikit menggoda. Chester kemudian melepaskan tangannya. Letty tersipu malu, sedangkan Elena dan Angelie terkekeh melihat tingkah kedua bocah ini.
"Bruce, silahkan masuk, Marie akan menunjukan kamar kalian," ucap Elena. Kemudian mereka semua masuk ke dalam mansion megah ini.
"Hei, apa nama panggilanmu?" tanya Letty pada Chester mereka berjalan berdampingan menuju ruang tengah.
"Terserah pada anda nyonya muda," ucap Chester.
"Panggil saja aku Letty, dan aku akan memanggilmu, mmm ..., " Letty bergumam sambil mengulum bibirnya dan membawa jari telunjuknya di depan bibirnya tampak berpikir. "Cade. Bagaiman kau suka?" tanya Letty.
"Baiklah nyonya muda, anda bisa memanggilku … Cade," ucap Chester.
"Oke Cade, kau akan menjadi temanku dan Leo. Oh ya, berapa umurmu Cade?" Lagi tanya Letty pada Chester
"Sembilan tahun, nyonya Muda," jawab Chester.
"Ouw, kau lebih tua dua tahun dariku," ucap Letty.
Langkah kaki mereka semakin membawa mereka menjauh dari kerumunan orang-orang dewasa dan tanpa di sadari Letty, dia sedang mengajak Chester teman barunya berkeliling di istana megahnya
"Apa kau tidak sekolah?" tanya Letty.
"Tentu saja ada, nyonya Muda."
"Tolong Letty saja," sergah Letty.
"Maaf, aku harus tetap memanggil anda nyonya muda. Jika tidak ayahku akan memarihiku," ucap Cade.
"Ayahmu tidak berada disini Cade. Lagi pula kau lebih tua dariku. Tidak usah terlalu formal. Oh iya, dimana sekolahmu? Aku tidak pernah melihatmu dengan paman Bruce sebelumnya," ucap Letty.
"Ya. Aku tinggal bersama ibuku di Los Angles, dan ayahku mengajak kami untuk pindah dan menetap di New York. Tapi, saat ini ayahku mengajak aku ke Jacksonville," ujar Chester.
Saat ini mereka sedang berada di halaman belakang mansion ini.
"Benarkah? Kalau begitu ajak saja ibumu tinggal dengan kami,” ucap Letty.
"Aku tidak tahu, itu tergantung ayah dan ibuku. Tugasku adalah menjadi pengawal pribadi untukmu nyonya muda, dan jika kau mengijinkan aku akan melatihmu." ucap Chester.
Letty diam dan menatap Chester kebingungan “Memangnya apa keahlian bocah ini?” batin Letty.
" Aku sudah mahir dalam hal menembak, memanah bahkan bela diri," ucap Chester seakan mengerti isi kepala Letty. Letty menganga tidak percaya akan perkataan Chester.
"Apa kau juga bisa membaca pikiran orang lain?" tanya Letty dengan tampang herannya.
Chester terkekeh. "Apa nyonya muda berpikir aku tidak bisa apa-apa? Aku hanya bocah ingusan?" lagi tambah Chester makin membuat Letty malu.
"Bu-bukan begitu. Yah, kau tahu kita baru dua menit saling mengenal aku belum melihat kemampuanmu," ucap Letty.
"Jika mau, kau bisa mengujiku," ucap Chester.
Letty mengangkat setengah bahunya, "Well, aku perlu sedikit pembuktian."
Kemudian Chester mengambil sebuah besi yang terletak di dekat kandang kuda milik Letty.
"Perhatikan ini, nyonya muda," Chester mengambil sebatang besi agak panjang dan memegangnya di kedua sisi ujung besi itu lalu Chester memajukan kaki kanannya seakan memasang kuda-kuda. Dia menatap besi di depannya kemudian menarik nafas panjang.
TAKKK
Besi yang awalnya panjang itu kini terbelah dua. Letty kaget dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Oh my Goodness, he so strong …," pekik Letty dengan wajahnya yang tercengang.
"Ini belum seberapa nyonya muda, aku belum menujukan cara menembak dengan mata tertutup padamu," ucap Chester.
"Oke, oke. Kau harus mengajariku. For the God sake, i can't believe this! Kau sangat terlatih." Lagi puji Letty. Chester hanya terkekeh mendengar pengakuan Letty.
"Chester ...," seru seseorang dari kejauhan. Chester dan Letty menoleh mendapati Bruce sedang berdiri di pintu belakang mansion.
"Aku di panggil, mohon undur diri nyonya muda," ucap Chester sambil berpamitan pada Letty. Letty hanya mengangguk sambil menatap Chester yang berlalu meninggalkanya.
"Aku harus menjadi kuat sepertinya. Aku sangat membutuhkan latihan," gumam Letty.
Letty merasa terintimidasi oleh kemampuan yang dimiliki Chester. Entah mengapa, gadis itu begitu merasa bahwa dia harus lebih kuat dari teman barunya. Letty langsung bertindak dengan memanggil Scarlett, anak buah Lucas yang juga memiliki kemampuan bertarung. Scarlett juga di percayakan Lucas untuk mengenalkan seni bela diri.
"Nonya muda memanggil saya?" ucap Scarlett.
"Scarlett, aku ingin kau melatihku seperti paman Lucas melatihku," ucap Letty.
"Ya, nyonya muda. Segera."
"Sekarang!" tukas Letty.
Scarlett mengangguk dan langsung Letty ke latihan. Scarlett mengganti bajunya bersama Letty kemudian mulai melatih Letty.
"Pukul sekeras mungkin nyonya muda, keluarkan semua tenagamu," ucap Scarlett. Letty terus memukul dan menendang samsak di depannya dengan kuat namun tetap mengikuti instruksi Scarlett dengan baik.
Letty terus berlatih hingga dia tidak menyadari hari sudah semakin malam. Elena menugaskan Chester untuk mencari Letty. Chester langsung menuju halaman belakang. Sesampainya disana, dia tidak mendapati jejak Letty. Kemudian dia mendengar teriakan seseorang dari ujung lorong dekat halaman belakang. Dia mengikuti Sumber suara tersebut.
"Oh my ..., " gumam Chester saat melihat Letty memukul dan menendang samsak dengan kuat. Letty mengeluarkan peluh di sekujur tubuhnya. Dia tidak terlihat lelah sedikitpun walau sudah seharian memukul dan menendang samsak berukuran besar itu.
Saat Letty masih asik memukul dan menendang samsak tiba-tiba seseorang membuka pintu tanpa mengetuknya.
"Maaf mengganggu anda nyonya muda, saya di perintahkan nyonya besar untuk mencari anda. Anda di tunggu nyonya besar untuk makan malam," ucap Chester dengan bahasa fromal.
Letty langsung berhenti memukul dan menendang samsak dan melirik ke arah pintu. Nafasnya terengah-engah. "Baiklah aku akan kesana," ucap Letty.
*****
Sementara itu, di sisi lain belahan benua Amerika,
Manhattan, New York, USA.
Kediaman Van Der Lyn.
Di sebuah ruang rahasia bawah tanah milik Fredrick, berkumpul seluruh anak buah Fredrick. Jumlah mereka sekitar lima puluh orang dan mereka hanyalah pimpinan teritori atau ketua wilayah tugas dari seluruh anak buah Fredrick yang jumlahnya sekitar seribu orang. Anak buahnya langsung berkumpul saat menerima pesan yang di sebarkan Lucas dan tak butuh waktu lama bagi Fredrick untuk mengetahui siapa dalang di balik kericuhan yang menyeret rumah mewahnya.
Fredrick berdiri satu tangga di atas para anak buahnya sehingga mereka bisa melihat bagaimana raut wajah bos besar mereka sekarang. Suasana mencekam saat pria itu mulai mengeluarkan suara walau sebatas berdehem.
"Ku dengar, b*****h itu sudah meninggalkan New York tadi siang. Jadi kita terlambat, hah?" ucap Fredrick. Tak ada satupun dari mereka yang sanggup menyahuti perkataan bos besar itu. Semuanya diam. Tampak tegang dan menantikan lanjutan perkataan bos mereka.
"Oliver telah berani menyemburkan granat di rumahku, bahkan juga di tambangku. Seseorang telah memberitahukan bisnis ilegalku padanya dan aku telah berhasil melenyapkan mata-mata Oliver. Jika di antara kalian masih ada mata-mata Oliver, ku pastikan tak seorang pun akan lolos dari tanganku," lagi ucap Fredrick.
Seluruh anak buah Fredrick tampak tercengang saat mendengar kalimat mata-mata. Itu artinya ada penyusup di antara kelompok mereka namun mereka tentu tahu seperti apa kekuatan bos besar mereka, dan itulah yang kadang membuat mereka bergidik ngeri.
"Kita akan membalas perbuatan Oliver. Namun, itu hanya akan menjadi urusanku. Tugas kalian hanya merenovasi kembali rumahku dan waktu kalian hanya satu pekan. Jangan sampai ada polisi atau CIA mengetahui bahwa rumahku baru saja di bom. Beberapa orang dari kalian akan ikut serta bersamaku ke London, dan sebagian tetap tinggal dan berjaga di sini. Jika kalian sampai lengah, rumah dan tambangku akan kembali di serang dan akibatnya adalah kalian semua akan ku bakar hidup-hidup," ucap Fredrick, wajahnya menampakan keseriusan bak seorang singa yang ingin menerkam musuh-musuhnya. Matanya memancarkan kobaran api, urat-urat di sekucur tubuhnya mengeras menegaskan bahwa saat ini Fredrick tidak main-main dengan ucapannya.
Ucapan Fredrick membuat seluruh anak buahnya ketakutan, tidak satupun di antara mereka yang berani mengeluarkan sepatah kata.
"Jhony, kau akan tetap tinggal disini. Perketat keamanan di tambang dan di rumahku. Ku percayakan rumah dan tambangku padamu." Fredrick menunjuk seorang pria berkepala plontos dengan badan kekar. Jhony Black, si praktisi systema. Dia menunduk menerima perintah majikannya.
"Cyclops perketat pengaman di perusahaan dan di toko perhiasanku. Perintahkan anak buahmu untuk menjaga perusahaanku siang dan malam. Kalau perlu, pasang alat pengamanan paling canggih. Ku percayakan perusahaanku padamu," ucap Fredrick pada pria berjanggut lebat, Cyclops si kepala peretas sistem keamanan. Dia juga kerap kali menyamar dan berbaur di antara musuh-musuhnya. Anak buahnya di juluki Demond Ghost.
"Lucas dan aku akan ke London. Kami akan membawa sepuluh anak buah saja," lanjut Fredrick. Dia menatap Jhony dan Cyclops dengan tatapan keras. Jhony dan Cyclops hanya membungkukan badan mereka pertanda mereka setuju akan keputusan bosnya.
"Dan untuk kalian semua, terus produksi barang dagangan kita, dan edarkan semuanya kepada para pelanggan. Teruslah beraktivitas seperti biasanya. Jangan sampai produksi kita terhambat karena masalah sepeleh ini. Bunuh, setiap orang yang mengetahui bisnis kita. Siapapun mereka, meski kerabat kalian sekalipun," seru Fredrick kepada seluruh anak buahnya yang terkumpul di ruang bawah tanah ini.
Fredrick kemudian turun lalu memanggil adiknya, “Kita ke London mala mini. Aku harus memberi b*****h itu pelajaran. Tunggu saja!” ucap Fredrick sambil mengepalkan tangannya.