49. When The Man Loves A Woman

1682 Words
     Alex dan Letty masih berada di mansion milik Oliver. Kali ini, Alex mengajak Letty untuk menuju ke lantai tiga. Letty kaget betul saat kakinya menginjak anak tangga terakhir. Matanya langsung menyapu sekeliling ruangan.     "Wow ...," gumam Letty. Dia berdecak kagum saat melihat ruangan ini. Hanya ada dua pintu dan Alex langsung menuntun Letty menuju pintu pertama.     Alex berdiri di samping pintu yang dilengkapi dengan keamanan canggih. Pria itu perlu meletakkan jarinya pada layar kecil yang ada pada alat canggih berbentuk kotak yang di tempel di pintunya untuk bisa membuka ruangan itu.     "Uwah ...." Mata Letty kembali di buat terkesan saat melihat ruangan di depannya. "Apa ini studio?" tanya Letty.     Alex berada di belakang Letty. Dia tersenyum dan terlalu asik memperhatikan punggung gadis di depannya.    Letty berjalan kedepan. Ada banyak macam alat musik di sini. Mulai dari piano, drum, dan di dinding yang luasnya hampir enam meter itu berjejer banyak sekali jenis gitar. Letty masih berjalan sampai dia melihat sebuah ruangan kecil. Layaknya studio rekaman, di dalam sana ada komputer, DAW, dan audio interface. Letty masih terus menggeleng pelan sambil tak henti berdecak kagum.    "Kau punya studio rekaman di dalam rumahmu?" tanya Letty. Dia berjalan menuju deretan gitar yang terpajang di dinding studio.    "Ya, dulu aku sering main band," ucap Alex.   Letty berbalik dan betapa kagetnya dia saat melihat Alex tepat berada di belakangnya. Alex melipat tangan di d**a dan yang lebih mengagetkan adalah manik berwarna coklat itu tepat berada di depan mata Letty. Detik seolah berhenti saat mata keduanya bertabrakan. Alex dan Letty terlalu sibuk memperhatikan manik mata masing-masing. Saling memuji betapa indahnya sepasang bola mata yang sedang bertatapan itu.     Alex maju satu langkah, tanpa melepas tatapan mata dia terus menambah langkah kecil untuk semakin mendekati Letty. Entah mengapa Letty jadi bisa merasakan feromon Alex dan itu membuatnya harus menelan ludah sambil menahan napas.    "Alex," panggil Letty dengan suara pelan hampir seperti berbisik. Dia memalingkan wajah saat dia mulai tidak sanggup berada terlalu lama di bawah matanya Alex. Deru napas Alex semakin terasa di kulit wajah Letty. Dia bahkan harus rela mengambil langkah untuk mundur sebab tubuhnya seolah tidak bisa melawan dan kakinya seolah tidak mau menurut untuk maju dan mendorong Alex. Tidak, sepertinya Letty tidak punya kekuatan untuk melakukan hal itu.     Alex semakin dekat. Letty bisa merasakan tangan Alex mulai bergerak. Dia menunduk dan menutup matanya. Lalu, kemudian terdengar suara di belakang punggung Letty. Gadis itu akhirnya membuka matanya lalu mendongak untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.     "Eh?" Letty mengikuti arah tangan Alex yang ternyata meraih gitar di belakangnya. Lalu Letty berbalik lagi untuk melihat wajah Alex. Pria itu tersenyum sambil tidak melepas tatapan matanya pada Letty. Gadis itu sedikit kecewa. Dia kembali mendapati dirinya yang terlalu berharap lebih. Sebenarnya apa yang dia pikirkan? Apa dia berharap Alex akan menciumnya?    'Gadis bodoh.'  Letty menghujat dirinya dalam hati.    Alex mengambil gitar itu. Dia langsung memutar tubuhnya dan duduk di salah satu sofa yang berada di samping tempat Letty berdiri. Tangan kirinya siap menekan fingerboard  lalu tangan kanannya mulai memetik senar gitar. . . . .   ? With every appearance by you, blinding my eyes I can hardly remember the last time I felt like I do You're an angel disguised And you're lying real still But your heart beat is fast just like mine And the movie's long over That's three that have passed, one more's fine . . . . Alex berhenti sejenak memetik gitar, memandang wajah gadis di hadapannya. Letty tersenyum. Kakinya perlahan mengambil langkah mendekati Alex. Dia berdiri sambil menatap kebawah. . . . . ?Will you stay awake for me? I don't wanna miss anything I don't wanna miss anything I will share the air I breathe I'll give you my heart on a string I just don't wanna miss anything . . . . Letty tersenyum. "Kenapa berhenti?" tanya Letty. Alex kembali memetik gitar . . . ? Say my name. I just want to hear you Say my name. So I know it's true You're changing me. You're changing me You showed me how to live So just say. So just say That you'll stay awake for me I don't wanna miss anything I don't wanna miss anything I will share the air I breathe I'll give you my heart on a string I just don't wanna miss anything     . . . . Letty tersenyum. Dalam hati dia sangat memuji betapa indahnya suara Alexander Oliver. Dia tidak tahu jika pria arogan itu ternyata memang bisa memainkan alat musik. Bahkan Letty sudah jatuh cinta pada cara Alex yang memainkan jemarinya dengan lihai memetik gitar dan menimbulkan bunyi merdu. Terlebih satu hal yang semakin membuat Letty terpukau adalah Alex memiliki suara yang serak berat pada nada rendah tapi melingking di nada tinggi, membuat irama yang memukau lewat permainan suara dan bunyi gitar yang sangat menyatu dan membuat gadis itu terharu. Terlebih pada makna dari setiap bait yang dinyanyikan Alex. "Apa kau yang buat lirik ini?" tanya Letty. Alex menggeleng. "Secondhand Serenade judulnya awake," ucap Alex. Letty mengulum bibir sambil mengangguk pelan. "Kau suka lagu akustik?" tanya Letty. Kali ini Alex mengangguk. "Aku suka semua genre," ucap Alex. "Kemari." Alex berdiri. Dia melepas gitar di atas sofa lalu menarik tangan Letty. Gadis itu kembali menggugup saat telapak tangannya bersentuhan dengan Alex. Namun kali ini dia tidak berniat melepaskan genggaman tangannya. Alex berpindah. Dia duduk di depan piano. Sebelumnya Alex sudah mencolokkan kabel piano. Setelahnya, dia mulai menaruh jemarinya di atas tuts piano. Letty berdiri di samping Alex. Dia kembali tersenyum saat melihat betapa mahirnya Alex memainkan piano. Hanya suara piano dari lagu lawas Michael Bolton, when the man loves a woman. Namun itu sanggup membuat Letty terhibur. Perasaan di dalam hatinya bercampur aduk. Dia ingin merasa tersentuh oleh setiap lirik dari lagu itu namun, ketika dia kembali memikirkan siapa Pria yang tengah memainkan lagu itu, dan seperti apa reputasinya, rasa-rasanya Letty hanya akan menelan kekecewaan jika dia berharap Alex sengaja memainkan lagu itu untuknya. Tapi, Letty sudah jatuh cinta pada mata Alex saat pertama bertemu. Lalu sedetik yang lalu dia jatuh cinta pada suara merdu Alex. Sekarang, dia jatuh cinta pada jemari Alex yang terlalu lihai menari di semua alat musik. Letty mulai berpikir, jika dia harus rela menarik perkataannya pada pria arogan di depannya. "Bagaimana?" tanya Alex saat jarinya menyelesaikan semua nada dalam lagu. Letty mengulum bibir. "Lumayan," ucapnya. Sepertinya gadis itu masih terlalu gengsi untuk memuji kehebatan Alex. "When the Man loves a Woman. Katanya para pria tak bisa mengingat apa pun. Dia akan menukar dunia demi hal baik yang dia temukan. Dia akan melepas semua kenyamanannya dan tidur di tengah hujan. Bukankah itu lucu?" kata Alex. Letty membawa tangannya di badan piano lalu bersandar dengan menopang dagunya. Dia menatap Alex sambil mengulum bibir dan mengerutkan dahi. "Apanya yang lucu?" tanya Letty. "Lirik lagunya. Mengapa seorang pria harus memberikan semua yang mereka miliki hanya untuk satu wanita?" tanya Alex lagi. Dia memutar tubuh dan menghadap Letty. "Mungkin karena dia menemukan kenyamanan pada wanita itu," "Seperti?" potong Alex buru-buru. "Yah ... seperti, misalnya walau pun si pria punya segalanya tapi dia tetap kesepian. Ketika dia bertemu si wanita, dia mulai merasakan sesuatu yang tidak bisa dia temukan selama ini meskipun dia punya segalanya," "Lalu?" Alex mulai merapatkan tubuhnya ke arah Letty. "Seperti kata pria itu, dia menemukan sesuatu pada si wanita yang bisa membuatnya bahagia. Itulah sebab-" "Maukah kamu menjadi wanita di lagu itu?" sergah Alex. Letty mengerutkan dahi. "Aku adalah pria itu dan kau wanita dalam lagu itu, bisakah kita seperti itu?" lanjut Alex. Letty ingin terharu tapi, perkataan Alex terdengar seperti sebuah lelucon. Maksudnya apa? Alex jadi si pria dalam lagu padahal detik sebelumnya dia mengolok si Pria dalam lagu karena terlalu memuja satu wanita. Jelas saja itu bertolak belakang dengan karakter Alex. Dia tidak pernah setia pada satu wanita. "Apa-apaan maksudmu," sangkal Letty sambil memutar tubuhnya namun dengan cepat Alex meraih tangan Letty lalu menariknya. Dia membuat Letty terduduk di atas pangkuannya. Mereka bertatapan dengan jarak yang sangat dekat. "Aku tidak tahu kapan aku menyadarinya, tapi aku benar-benar jatuh cinta padamu, nona Murphy." Letty terkekeh. "Semua gadis bisa tertipu ucapan itu tapi aku tidak," ucap Letty. Dia menyangkal, padahal sedetik yang lalu dia sempat berharap jika Alex memainkan lagu-lagu romantis itu untuk dirinya. Sepertinya citra Alex telah merusak harapan Letty. Sementara di tempat duduknya, Alex menelan ludah. Dia tidak menyangkal ucapan Letty. Hanya bola mata Alex yang bergerak untuk meyakinkan jika pria itu tengah serius sekarang. Letty menepis tangan Alex dan buru-buru berdiri dari pangkuan pria itu. "Jantungmu berdetak kencang," ucap Alex. Letty menghentikan langkahnya. "Aku tahu kau juga merasakan hal yang sama. Aku tahu kau selalu gugup saat berada di dekatku, aku bersumpah aku juga merasakan hal yang sama, Letty." Letty memutar tubuhnya. Dia menatap Alex sejenak namun tak tahan lalu dia memilih untuk memalingkan wajah. "Kau menatap semua gadis di kampus sama seperti kau menatapku," ucap Letty. Alex berdiri dari depan piano lalu mengambil langkah cepat menghampiri Letty. Dia meraih tangan Letty dan langsung menempelkan tangan gadis itu di depan dadanya. "Kau bisa merasakannya?" tanya Alex. Letty menelan ludah saat merasakan jantung Alex yang berdetak meningkat namun Letty masih terlalu takut untuk kembali menatap Alex. "Aku tidak pernah merasakan debaran seperti ini bahkan saat aku melakukan one night stand," ucap Alex. Letty langsung memutar bola mata dan menatap Alex dengan sinis. "One night stand?" ucap Letty. Gadis itu kembali dibuat kecewa oleh ucapan Alex. Alex mengangguk namun dengan ragu. "Y, yah ... bukankah semua pria melakukan hal itu?" tanya Alex. Dia merasa sangat percaya diri saat mengatakan one night stand dan itu sontak membuat Letty sedikit tersinggung. "Wow, tuan Oliver aku tidak menyangka jika semua pria ternyata akan sangat menyombongkan hal itu," ucap Letty sarkastik. Dia mendorong pelan tubuh Alex dan sambil menghindari kontak mata, Letty berusaha pergi dari tempat itu. Dia bergegas keluar dari dalam studio namun Alex tidak tinggal diam. Dia menyusul Letty. Menarik tangan gadis itu dari belakang dan langsung memberikan ciuman di bibirnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD