18. Wrong Decision

1271 Words
JAKARTA, Indonesia.       Sudah tiga hari Fredrick menyembunyikan Elena di Indonesia. Setelah keluar dari rumah sakit, Fredrick pun membawa Elena di sebuah apartemen mewah yang sengaja di beli Fredrick jauh hari sebelum mereka datang ke Indonesia. Selama tiga hari juga Fredrick membujuk Elena agar dia mau mendengarkan Fredrick. Fredrick juga berusaha memperbaiki sifatnya yang sempat meradang beberapa hari yang lalu. Namun, selama di Indonesia sifat lembut Fredrick kepada Elena seolah kembali. Rasa cintanya pada istrinya tidak berkurang sedikitpun tapi, di balik sifatnya yang lembut Fredrick masih tetap berdiri pada pendiriannya untuk membuat Letty menjadi penerus bisnis ilegalnya.     Bagi Fredrick, Letty adalah satu-satunya orang yang dapat dia percayai untuk meneruskan bisnis gelapnya. Letty terlahir dengan kemampuan telepati dan Letty memiliki fisik yang kuat dengan berbekal ilmu bela diri. Itu sudah menjadi alasan dasar bagi Fredrick untuk tidak menyerah pada istrinya dan melanjutkan rencananya.     Sementara itu, Elena, dia masih berdiri pada pendiriannya. Selama di Indonesia, Elena tidak pernah menyahuti ucapan suaminya. Dia terus mengurung diri di kamar. Fredrick menambah hukuman Elena dengan tidak memberikan akses baginya untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya sampai Elena bersedia menyetujui permintaan Fredrick.     “Aku telah membuat kesalahan. Seharusnya aku tidak membuat sumpah seperti itu,” gumam Elena ketika dia kembali mengingat janji yang dia buat dua puluh tahun yang lalu. Elena teringat hari dimana dia bersumpah akan mengabdikan seluruh hidupnya kepada pria yang telah menyelamatkan hidupnya.     Elena juga tidak bisa membohongi dirinya. Dia marah, kecewa dan bahkan putus asa namun, yang lebih mengesalkan bagi Elena adalah ketika dia tahu bahwa rasa cintanya pada suaminya tidak berkurang sedikit pun.     “Bisakah aku mati saja?”     Belakangan ini, Elena terus menangis. Dia stress dan juga frustasi. Pernah suatu kali Elena berencana untuk melarikan diri namun, belum sempat dia melakukannya, Fredrick sudah lebih dahulu mengurung Elena di apartemen ini. Fredrick sengaja membeli apartemen di lantai 103 dimana dia juga menempatkan pengawalnya di sana. Dengan keamanan yang di perketat Elena tentu tidak bisa berbuat apa-apa.     “Kau pikir kau bisa selamanya mengurungku seperti ini? b******n!” ucap Elena lalu membuang mukanya. Dia menatap keluar jendela sambil melipat kedua tangannya di depan d**a.     Pagi, Fredrick kembali menghampiri Elena. Dengan kalimat yang sama dan dengan permohonan yang sama dan jawaban yang di terimanya juga sama.     “Lebih baik aku mati dari pada melihat putriku menjadi kriminal sepertimu.”     Fredrick mengulum senyumnya. Dia duduk di sofa dekat jendela. Perlahan, dia mulai memajukan badannya. Menaruh tangannya di atas paha, Fredrick beralih menarik tengkuknya. Dalam posisi seperti itu, Fredrick sebenarnya tengah berusaha mencari cara lain untuk bisa membujuk Elena. Dia juga sudah sangat ingin kembali ke New York dan menemui anak-anak mereka namun, sebelum itu terjadi dia harus membuat Elena menyetujui permintaannya.     “Dengar ….” Fredrick mengangkat kepalanya. Dia menarik dirinya dan berdiri dari duduknya.     “Aku tidak akan lagi membujukmu, Elena. Sudah cukup.” Fredrick berjalan menghampiri Elena.     “Jika kau ingin kembali ke New York, kau harus menurut pada perkataanku. Tapi … jika kau masih berkeras hati dan berdiri pada prinsipmu … maka kau akan tetap disini sampai kau mau mendengarkan aku,” ucap Fredrick.     Sontak Elena membalikan wajahnya. “Hah!!” Elena terkekeh sinis sambil menggelengkan kepalanya.     “Sebegitu inginkah dirimu menjadikan putrimu krimnal, Fred?” Elena masih menggeleng tidak percaya.     “Apakah kau tidak puas dengan kekayaan dan kekuasaan yang kau miliki saat ini? Serius Fred, aku bahkan masih berharap semua ini hanya mimpi tapi, kau benar-benar membuatku sadar jika aku telah membuat kesalahan sejak dua puluh tahun yang lalu.”     “Ck!” Fredrick berdecak kesal. “Sudah ku katakana jika ini bukan tentang harta dan keuntungan yang selama ini aku peroleh dari bisnis itu. Ini tentang ,,,” Fredrick berhenti.     Elena berbalik dan menatap Fredrick dengan tatapan sinis. “Tentang apa, Fred?”     Fredrick berkacak pinggang sebentar lalu tangan kanannya meremas dahinya cukup kuat. “Elena aku sudah katakana jika aku sudah terlanjur masuk kedalam Sindikat itu dan tidak ada jalan untuk keluar dari sana kecuali aku mati. Jadi, jika kau ingin aku menghentikan semua ini maka kau harus membunuhku,” ucap Fredrick.     “Jadi, apa kau juga ingin mengorbankan putrimu hanya demi bisnis kotormu? Kau juga ingin agar musuh-musuhmu mengejar anakmu dan menginginkan darahnya? Ataukah … kau akan berhenti ketika melihat putrimu terbunuh?”     “Elena!” bentak Fredrick, Elena tidak menanggapinya. Dia bahkan tidak bergeming dan terus menatap suaminya.     “Elena, sudah kukatakan Letty memiliki kemampuan sejak dia lahir. Dia seorang telepati, kau tahu apa artinya? Dia bisa mengetahui isi pikiran orang lain. Dia bahkan bisa menebak apa yang hendak kau lakukan. Jadi, kau tidak perlu khawatir. Letty kita bisa tahu jika sesuatu yang berbahaya sedang menghampirinya. Dia tahu apa yang bisa dia lakukan jika dia sedang dalam bahaya.”     Elena hanya berdecih sambil menggelengkan kepalanya. “Aku tidak perduli dengan semua itu Fred, apa pun kelebihan putriku itu bukan alasan bagimu untuk menjadikannya seorang kriminal.”     Fredrick lagi-lagi menarik napas panjang. Dia berbalik, mengambil ponselnya lalu kemba;I lagi pada Elena. “Lihat ini,” ucap Fredrick sambil menyerahkan ponselnya pada Elena.     Elena tidak menggubris. Dia terlalu serius menatap keluar bangunan.     “Elena …,” panggil Fredrick.     Elena akhirnya berbalik. Dengan malas dia meraih ponsel di tangan Fredrick.     “Sekelompok pria yang di duga kelompok Geng motor di temukan tewas di kawasan Pennsylvania pada Jumat pukul 04.00 am. Apa ini, Fred?”     “Itu hari dimana Letty merayakan hari ulang tahunnya. Pesta tengah malam dan dia menghilang dari rumah untuk mencoba mobil barunya. Dia kembali saat pagi dan,”     “Demi Tuhan, Fredrick katakam dengan jelas.” Elena melayangkan tangannya ke udara.     “Bukankah itu sudah jelas? Putrimu mampu menghabisi  tujuh orang pria berbadan kekar. Aku bahkan sudah menanyakannya pada Chester. Dia berada bersama Letty di malam itu dan dia mengatakan jika Letty menghabisi mereka dalam hitungan menit.”     “Apa …,” gumam Elena pelan. Ingin sekali dia menolak mempercayai ucapan Fredrick namun, berita di internet itu tentu tidak bohong. Elena bergidik ngeri. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa sekarang.     “Ya. Putri kita yang melakukannya, Elena.”     Elena terdiam. Dia begitu bimbang. Di sisi lain dia tidak ingin putrinya menjadi seorang penjahat seperti suaminya namun, di sisi lain ada Fredrick yang terus mendesaknya. Dia tahu kali ini Fredrick tidak main-main. Bisa saja dia meninggalkan Elena di Indonesia dan memisahkan Elena dengan anak-anaknya. Elena juga harus mempertimbangkan resiko yang akan di hadapinya. Fredrick sudah menjelaskan jika dia memiliki banyak musuh dan akan sangat berbahaya jika Elena bertindak gegabah dengan membawa pergi anak-anaknya. Sekarang ini semua pilihan seolah tidak menguntungkan bagi Elena, untuk itu Elena telah mempertimbangkan pilihan apa yang harus di ambilnya sekarang.     “Jika … jika memang tidak ada cara untuk membuatmu berhenti, jika memang kau merelakan putrimu, Fred.” Elena menarik napas panjang. Begitu berat baginya untuk mengatakan hal ini namun, Elena terjabak. Tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini selain menyetujui kemauan suaminya.     “Aku menyerahkan putriku padamu,” ucap Elena pasrah. Dadanya bergetar hebat, dia sampai tak kuasa menahan air mata yang sejak tadi menggenang di pelupuknya. Elena menangis. Dia hancur. Dia merasa telah gagal menjadi seorang ibu. Lagi pula, ibu mana yang rela menyerahkan anaknya menjadi seorang penjahat.     “Kau memang membuatku menjadi ibu paling menyedihkan di dunia, Fred.” Elena ambruk namun, dengan cepat Fredrick meraih tubuhnya. Elena menangis tersed-sedu.     “Terima kasih Elena, kau memang istri terbaik.”     Seakan tak peduli dengan perasaan istrinya, Fredrick malah bahagia. Dia senang istrinya tak lagi menghalanginya. Segera dia menghubungi pengawalnya dan menyuruh mereka berkemas.     “Hari ini, kita akan kembali ke New York. Kau akan bertemu dengan anak-anakmu dan kita akan kembali pada situasi semula,” ucap Fredrick sambil tersenyum.                                 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD