14. I'm, the real Me.

2038 Words
    Setelah keributan semalam, Letty memilih untuk mengurung dirinya di sebuah tempat di mana tak seorang pun bisa menemukannya. Kemewahan pesta ulang tahun semalam, seolah menjadi sebuah bencana ketika Letty mencoba mengutarakan kenginannya. Gadis itu sungguh tidak menyangka jika ayahnya akan menolak menerima keputusannya. Lebih-lebih reaksi yang di tunjukan ayahnya, terkesan berlebihan.     Air mata, menggenang di pipinya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Letty melihat sesuatu yang mengerikan dari tatapan mata ayahnya. Sesuatu yang seolah tak pernah dan tak menyangka akan di lihatnya. Bayangan yang kuat dan mengerikan seolah berdiri di belakang sana. Menatapnya, dan memaksanya bungkam dan takluk. Hati Letty begitu sakit.     Sementara Letty mengurung dirinya di ruang pribadi yang hanya di ketahui olehnya dan sahabatnya Chester, di sisi lain mansion milik Van Der Lyn, Fredrick tampak begitu kacau. Di atas meja, berjejer banyak minuman keras. Fredrick menghabiskan banyak miras. Pikirannya berubah kacau hanya karena sepatah kata yang di ucapkan putrinya.     “Aku ingin menjadi anggota CIA. Cih …!” Fredrick berdecih sambil menggelengkan kepala. “Kau tidak melihat bagaimana wajahnya ketika dia mengucapkan itu dan saat aku membantah dia mengatakan lagi, aku ingin menghancurkan semua sindikat mafia,” ucap Fredrick menirukan cara berbicara Letty lalu di akhir kalimat dia tertawa hambar sambil menggelengkan kepalanya.     “Bisa kau bayangkan? Akhirnya CIA berhasil mengungkap dalang di balik sindikat narkoba dan kejahatan khusus yang telah lama di buru. Sindikat criminal internasional ini ternyata di kepalai oleh seorang pengusaha terkenal dengan julukan Mr. Triliuner. Tuan Fredrick Van Der Lyn. Ironisnya anggota CIA yang berhasil mengungkap sindikat yang telah lama di buru itu adalah Leticha Van Der Lyn yang merupakan putri kandung dari sang kepala sindikat. Begitu yang akan tertera di halaman depan New York news. Ck … ck!”     “Letty pasti bergurau,” gumam Lucas. Dia juga ikut terkejut saat tiba-tiba kakaknya mendatanginya di ruang kerja mereka dengan umpatan dan makian yang menyertai Fredrick ketika tangannya sibuk  membuka satu per satu botol minuman keras yang ada dir ruangan kerja mereka.     “Ku harap juga begitu. Namun, aku tahu putriku tidak pernah main-main dengan perkataannya. Seperti yang aku bilang, matanya pun ikut berbicara ketika dia mengatakan itu. Dan lebih gilanya, aku sangat terusik dengan kalimat itu,” ucap Fredrick lalu kembali menyesap alkoholnya. Entah yang ini sudah botol yang keberapa, hanya saja Fredrick tidak bisa merasakan efek samping dari alkohol tidak serta merta meredakan gejolak di kepalanya.     “Lalu, apa yang akan kau lakukan, Fred?” tanya Lucas.     Fredrick menggeleng lalu kembali meneguk mirasnya. “Menurutmu, apa yang akan terjadi jika Elena dan Angelie mengetahui bisnis illegal kita?” ucap Fredrick.     Lucas menaikan kedua bahunya. “Mungkin Angelie akan langsung  menceraikan aku dan kembali ke LA,” ucap Lucas dengan santai. “Tapi, aku tidak tahu dengan Elena,” lanjut Lucas.     Fredrick terkekeh lagi. “Aku ingat, sepuluh tahun yang lalu, dia pernah mengatakan jika hidup sebagai gelandang lebih menyenangkan ketimbang hidup bergelimang harta tetapi di kelilingi banyak musuh. Hah … mungkin, kali ini dia akan langsung meninggalkan aku,” ucap Fredrick.     “Fred, kau ingat dulu ibu pernah menasehati kita. Dia tidak ingin keluarga kita hancur seperti keluarganya tapi ….” Lucas memberi jeda pada kalimatnya. Dia menarik napas panjang sambil menggelengkan kepala.     “Sepertinya Albert telah menyeret kita bahkan keturunan kita untuk semua ini. Kau, aku dan keluarga kita. Kita mungkin bisa hancur tapi, kita tidak akan mungkin terpecah seperti Albert Van Der Lyn. Kau bukan suami yang rela melakukan KDRT demi memuaskan hasratnya dan aku, aku bukan ayah yang mendidik anak-anakku dengan kekerasan.”     “Hanya saja, kita tetap membawa keluarga kita pada bahaya,” tukas Lucas.     Fredrick mengangguk. Dia sadar jika dirinya semakin mirip dengan ayahnya.     “Fred ….”     Di sementara Fredrick dan Lucas berbincang, Elena tiba-tiba datang. Seperti biasa, sang  nyonya besar tidak membutuhkan izin untuk masuk kedalam ruang kerja suaminya.     “Oh, hai.” Fredrick berbalik. Menatap Elena dengan was-was. Berharap istrinya tidak menangkap sedikit pun pembicaraannya dengan adiknya.     “Kau lihat Letty?” tanya Elena.     Fredrick berdiri. Dia menaruh botol mirasnya lalu berjalan menghampiri istrinya.     “Apa terjadi sesuatu antara kau dan Letty?” lagi tanya Elena. Fredrick tidak menjawab. Dia hanya terus berjalan menghampiri istrinya.     “Ikut denganku. Ada yang ingin aku katakan padamu,” ucap Fredrick. Dia meraih pinggang Elena dan membawanya dari sana. Elena sempat menoleh ke belakang namun, Lucas tidak memberi ekspresi apa pun sebelum dia ikut memalingkan wajahnya.     Fredrick membawa Elena ke kamar mereka, dimana di sana mereka bisa mendapat privasi untuk bisa berbicara. Fredrick terus menuntun Elena dengan tidak melepaskan lilitan tangannya di pinggang Elena hingga mereka tiba di balkon luar kamar.     “Fred, ini hampir pagi. Bukankah harusnya kita istirahat saja?” ucap Elena. Fredrick tidak langsung menjawab dan malah memilih untuk menatap lurus kedepan. Meninggalkan Elena di belakangnya.     “Elena,” panggil Fredrick. Elena tidak menjawab dan memilih untuk mengambil satu langkah kedepan. Dia mendekati suaminya dan berdiri di sisi Fredrick.     “Aku tahu, ada sesuatu yang terjadi antara kau dan Letty. Anak bungsumu melihat kakaknya berlarian ke halaman belakang sambil menitikan air mata.” Elena memutar tumitnya. Dia menatap Fredrick sebelum melanjutkan, “Apa yang telah kau lakukan, Fred?”     Fredrick menarik napas panjang, dia menunduk sambil mempererat pegangannya pada railing  yang menyanggah badannya. Fredrick tidak bisa memungkiri bahwa saat ini dia begitu kalut. Perkataan Letty benar-benar mengusik pikirannya. Dia gusar. Dan sekarang, Fredrick sedang mengumpulkan kekuatan untuk mengatakan sesuatu hal yang besar dan bahkan mungkin akan mengubah kehidupan antara dirinya dan Elena kedepannya.     “Elena, maukah kau terjaga semalaman untuk mendengarkan ceritaku?” ucap Fredrick. Perlahan, dia mulai memutar kepalanya. Dia menatap Elena yang terus memperhatikannya dari samping.’ Elena mengerutkan dahi. Dia menangkap sesuatu dari tatapan Fredrick. Tatapan yang tak pernah di lihat Elena selama ini. Dari raut wajahnya, Fredrick tampak begitu gelisah. Matanya seolah memancarakan kesengsaraan namun juga rasa takut. Elena sempat bingung namun, perlahan dia mulai menganggukan kepalanya. Dia meraih lengan suaminya dan melilitkan tangannya di sana.     Fredrick kembali memalingkan wajahnya kedepan. Menarik napas sekali lagi, untuk terakhir kalinya dia akan membutuhkan tarikan napas panjang sebagai kekuatannya.     “Elena, sudah berapa kau mengenal aku?” tanya Fredrick.     Elena terkekeh, “Apa-apaan pertanyaan itu,” ucap Elena sambil menggoyangkan kepalanya.     “Tolong jawab saja,” tukas Fredrick.     Elena menarik napas lalu berucap, “Dua puluh tahun.”     Kali ini, giliran Fredrick yang terkekeh. “Dua tahun berpacaran, delapan belas tahun hidup sebagai suami istri.” Fredrick kembali memutar kepalanya. Kali ini, lututnya ikut berputar. Dia memutar tubuhnya menghadap istrinya.     “Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu, Fred?” tanya Elena. Dia benar-benar bingung dengan perubahan sikap yang di tunjukan suaminya.     “Kita sudah hidup bersama selama delapan belas tahun. Kau mengenal sifatku lebih baik dari diriku sendiri. Kau tahu aku sangat mencintaimu. Jika ada alasan yang membuatku hidup sampai sekarang itu adalah dirimu.”     Elena tersenyum. Dalam hati, dia senang suaminya kembali mengungkapkan  perasaannya. Namun, berbeda dari sebelum-sebelumnya. Kali ini, raut wajah Fredrick begitu tegang saat mengatakannya dan itu membuat Elena semakin di landa kebingungan.     “Fred, aku tidak tahu apa yang terjadi padamu mala mini tapi, kau juga tahu bahwa kau sangat berati untukku. Kau ….” Elena meraih kedua tangan suaminya dan menggenggamnya dengan sangat erat. “Kau, yang telah menarik aku dari maut. Kau menyelamatkan aku, dan kau juga yang menjadikan aku ratu di istanmu. Adakah yang lebih beruntung dariku?” Elena melarikan wajanya menuju d**a bidang suaminya. Dia memeluknya.     “Apa kau ingat, dulu kau pernah berkata jika walau aku seorang penjahat kau tetap akan bersamaku?” ucap Fredrick.     Elena mengerutkan dahi lalu perlahan menarik wajahnya. Mendongak ke atas, matany bertemu dengan    mata abu-abu milik suaminya.     “Sepuluh tahun yang lalu, saat aku memutuskan untuk mengajarkan Letty bela diri. Kau menentangku. Kita bertengkar saat itu dan kau membandingkan hidupku dengan gelan-“     “Ya.” Elena memotong kalimat Fredrick. Hatinya mendadak menjadi kesal. Dalam hati dia berpikir, apakah Fredrick mulai mengungkit kesalahannya di masa lalu. Dia melepaskan dekapannya dari tubuh Fredrick.     “Apakah kau mengajakku berbincang selarut ini hanya untuk mengungkit masa lalu?” ucap Elena. Nada suaranya sedikit meninggi.     Fredrick menggeleng. “Aku hanya ingin bertanya apakah alasan itu masih berlaku hingga sekarang? Maksudku, ucapanmu yang mengatakan walau aku seorang penjahat sekalipun kau akan tetap bersamaku dan tidak akan meninggalkan aku. Apakah sampai sekarang kau masih mengingat kalimat itu?” lagi ucap Fredrick.     “Sebenarnya ada apa denganmu, hah?”     “Kumohon, jawab saja aku,”     Elena menggelengkan kepalanya. Dia berkacak pinggang sambil berdecak kesal.”Ya, Fred. Aku masih memegang kalimat itu. Lagi pula, ka-“     “Aku seorang penjahat Elena,” tukas Fredrick memotong ucapan Elena.     Elena mengerutkan alisnya dan tidak langsung menggubris ucapan suaminya. Dia malah terkekeh sebab ucapan Fredrick seolah menggelitiknya.     “Kau tertawa?” sindir Fredrick.     “Ya, sebab perkataanmu sangat konyol,” ucap Elena.     Fredrick terkekeh kecil. Dia membuang muka sebentar lalu kembali menatap istrinya. “Kau tahu, kau menambah kekesalanku hari ini selain dari ucapan Letty yang mengatakan jika dia ingin bergabung dengan CIA,” ucap Fredrick yang sontak membuat Elena berhenti terkekeh. Wajahnya berubah serius saat mendengar ucapan suaminya.     “Apa? CI, maksudmu, putriku ingin menjadi CIA?” tanya Elena, tidak percaya.     “Ya. Katanya dia sudah memiliki cita-cita ini sejak berumur delapan tahun dimana dia telah mantap memakai sabuk hitam Taekwondo,” ucap Fredrick.     Elena mendengus. Dia bisa membaca raut wajah Fredrick yang seolah tidak senang ketika mengatakan profesi mata-mata khusus itu.     “Lalu apa masalahmu, Fred?”     “Masalahnya adalah aku mafianya. Aku penjahat yang telah di buru agen-agen sialan itu. Lalu putriku mengatakan jika dia ingin menjadi CIA?!” Nada suara Fredrick meninggi. Elena masih bingung. Separuh jiwanya tidak percaya jika Fredrick sedang dengan gambling menyebut dirinya sebagai seorang kriminal namun, Elena juga tidak bodoh. Matanya tidak buta saat melihat betapa Fredrick begitu serius mengucapkan kalimat barusan.     “Kau sadar yang sedang kau katakan, Fred?” ucap Elena yang hampir terdengar sebagai gumaman.     “Albert sejak awal hidupku, menginginkan aku dan Lucas menjadi mesin pembunuh untuknya. Di umurku yang terbilang muda, Albert telah menyeretku ke bisnis propertinya dan kami berhasil menaikan saham perusahan sebanyak 80%  dalam waktu setahun. Itulah untuk pertama kalinya Albert Van Der Lyn tersenyum padaku dan mengatakan jika dia bangga punya putra seperti aku dan Lucas. Dua tahun menjalani bisnis properti, Albert kembali mengajak kami. Katanya, bisnis yang dia kelola kali ini keuntungannya hingga sepuluh kali lipat. Dia memberi kami fasilitas kelas atas dan banyak pengawal namun, di situlah aku tahu jika bisnis yang kami geluti adalah sebuah sindikat mafia.”     “Ap, apa?”     “Sindikat yang teroganisir dan telah berdiri sejak lama dan Albert, ayah kamilah ketuanya. Narkoba, jual beli senjata ilegal dan bahkan racun yang bisa membunuh seseorang dalam hitungan detik. Bisnis yang katanya memberi keuntungan sepuluh kali lipat menjadi seratus kali lipat ketika aku dan Lucas bergabung dan menjadi bagian dari mereka.”     “Fred...!”     “Dengan taruhan nyawa sebagai gantinya. Namun, aku dan Lucas berada di rantai utama dimana tak seorang pun di luar sepuluh anak buah kami yang mengetahui identitas asli kami. Aku dan Lucas adalah bayangan, dimana kami hanya menerima sesuatu dari anak buah kami dan yang menjalankan bisnis adalah para bawahan. Mereka b***k, dan bersedia mati untuk kami. Mereka seperti robot yang di program untuk menjalankan bisnis sekaligus melindungi tuan mereka. Mereka akan siap mati jika ada yang berani mencurigai bos mereka. CIA, Mdan MI6, CIAO, BIN, dan apa pun julukan mereka. Mereka menamai kami teroris yang terorganisir.”     “Kau pikir leloconmu lucu?” Elena tidak sanggup lagi menahan suaranya. Dia berteriak di depan wajah suaminya namun Fredrick tidak memberi reaksi apa pun.     “Bisnis ini telah berjalan selama puluhan tahun dan kami harus mewariskannya kepada anak-anak kami dan Letty a-“     PLAK !     Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Fredrick.     “Kau….” Tangan Elena bergetar dengan hebat namun, hatinya jauh lebih bergetar. Jantungnya ingin meledak sekarang juga. “Apa yang kau pikirkan saat mengatakan itu, Fred. Hah?! Kau sudah gila?!” bentak Elena.     “Terserah apa sebuatanmu untukku, Elena. Butuh keberanian yang besar bagiku untuk mengatakan semua ini. Aku tidak tahu apakah … aku pantas mengatakan aku minta maaf-“     PLAK.     Elena kembali menapar Fredrick. Kali ini lebih kuat membuat telinga Fredrick pening.     “Apakah kau pikir hidupku lelucon? Kau menyembunyikan semua ini selama dua puluh tahun? Lalu dengan gampang kau mengatakan akan menyeret putriku kedalam bisnis sialmu?” Elena menarik kerah baju suaminya. Sekejap, amarah menguasainya. Darahnya berdesir menghantarkan sengatan ke seluruh syarafnya. Tubuhnya seolah bertindak sendiri sementara dia tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan saat ini.     “Elena,”     “Dengarkan aku b******n gila, aku tidak menyangka jika kau memakai topeng selama ini. Jika semua yang kau katakana benar, aku benar-benar akan gila. Aku tidak menyangka akan hidup bersama seorang penjahat yang memakai topeng tebal selama dua puluh tahun. Dan asal kau tahu, jika kau berani menyeret putriku kedalam bisnismu, aku.” Elena menunjuk dadanya sementara tangannya yang lain masih meremas kerah baju suaminya. “Aku yang akan membunuhmu dengan tanganku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD