"Fredrick ahh …, "
"Elena?!" Fredrick bergegas menuruni tangga dan menuju kamar tidur mereka. Dia begitu takut mendengar teriakkan istrinya.
"Elena, baby, ada apa?" ucap Fredrick dengan nafas terengah-engah dan perasaan khawatir bercampur takutnya .
Elena masih sibuk mengatur pernapasannya. Dadanya berdebar-debar dan nafasnya tersengal-sengal hingga dia perlu menahannya dengan tangannya.
"Ada apa?" tanya Fredrick panik.
"Anak-anakmu,” Elena menunjuk kearah tempat tidur mereka dimana Leo dan Letty sedang berjingkrak-jingkrak sambil tertawa.
"Oh God, kupikir telah terjadi sesuatu padamu sayang, aku takut setengah mati, oh ...," Fredrick yang tadinya berdiri di ambang pintu mendekati Elenab. Dia berjongkok dengan lutut sebagai sandarannya lalu meraih badan Elena dan memeluknya.
"Sayang aku takut sekali, jantungku rasanya mau meledak. Jika terjadi sesuatu padamu, aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan," ucap Fredrick. Dia meraih kedua sisi lengan isterinya lalu memeluk erat isterinya. Elena menarik diri dan menangkupkan wajah suaminya.
"Maafkan aku sayang, aku lelah dan aku tidak tahu harus bagaiman tadi. Mereka lari kesana kemari dan tidak mau mendengarkan aku. Maafkan aku telah membuatmu cemas," ucap Elena kemudian mendaratkan bibirnya di bibir Fredrick. Seolah larut dalam ciuman mereka, mereka berdua lupa jika ada dua pasang mata yang sedang mengawasi mereka.
"Euw … tutup matamu Leo," ucap Letty saat melihat adegan mesra di depannya. Dia menutup matanya dengan tangan kanannya dan menutup wajah adiknya dengan tangan kirinya.
Fredrick langsung menarik bibirnya saat mendengar keluhan dua anakknya. Elena dan Fredrick saling menatap, mereka terkekeh kecil.
"Lihat anak-anak kita sayang, mereka mulai nakal. Mereka mengintip sekarang. Kemari kalian bocah nakal." Fredrick berdiri kemudian mengejar Letty dan Leo. Tapi, dua bocah itu terlalu lincah, mereka langsung berlari berlawanan arah untuk mengecoh ayah mereka.
"Aaa ... dapat, sini kalian bocah nakal," ucap Fredrick. Dia terguling di atas karpet berbulu halus, sementara Letty dan Leo di pelukannya. Dia megelitik mereka dengan dagunya yang berkumis.
"Dad lepaskan." Leo berusaha meloloskan dirinya dengan menendang-nendangkan kakinya, berharap dia bisa meloloskan diri namun, Fredrick malah makin genjar menggelitik perutnya. Mereka hanya bisa tertawa bahkan terbahak-bahak sambil terus memohon ampunan ayahnya.
"Awh …!" Fredrick meringis kesakitan saat merasakan sengatan dari kuku Letty. Sedangkan Leo mengikuti tingkah kakanya dengan menggigit dagu Fredrick.
"Rasakan itu Dad, ayo gelitik Daddy Leo," ucap Letty meledek ayahnya. Kemudian mereka membawa jari-jari mereka ke perut sixpack Fredrick. Fredrick tertawa sambil berguling layaknya anak kecil.
"Oh lihat siapa yang seperti bocah sekarang.” Elena menggelengkan kepalanya.
"Mommy ...," teriak kedua bocah itu sambil berlari dan menghampiri ibu mereka.
"Mommy peluk aku," ucap Leo sambil mengulurkan tangannya. Elena menarik Leo dan membawanya ke pangkuannya.
"Mommy, aku juga mau. Kenapa kau selalu memeluk Leo," rengek Letty dengan wajah sedihnya.
"Oh sayang, mommy pikir kau lebih menyayangi Ganggamu, dari pada mommy,” ledek Elena yang berhasil membuat Letty makin sedih.
“Mom jahat,” keluh Letty sambil memayunkan bibirnya. Wajahnya berubah masam.
"Mommy hanya bercanda sayang, ayo kesini." Elena mengulurkan tangan kirinya. Letty menyambut tangan ibunya yang terulur lalu bergabung ke dalam pelukan ibunya.
"Apa kalian menyayangi Mommy?" ucap Elena menatap wajah kedua anaknya yang sedang memandangi Elena.
"Ya tentu,” jawab Leo dan Letty serentak.
"Kalau begitu beri mommy kecupan." Elena memajukan wajahnya. Leo dan Letty langsung mengecup pipi Elena.
"Sayang, jangan lupakan Daddy." Fredrick berdiri dan menghampiri mereka, "Ayo jagoan, Mommy kalian sedang mengandung bayi calon adik kalian, jangan sampai kalian merepotkan Mommy kalian lagi." Fredrick menarik Letty dan Leo dan menggendongnya dengan tangan kekarnya secara bersamaan.
Fredrick, Elena dan kedua anak mereka begitu menikmati waktu bersama mereka. Mereka seolah larut dalam canda tawa dan kelakuan konyol ayah mereka, Fredrick. Mereka masih berada di dalam kamar, kemudian seseorang mengetuk pintu kamar mereka.
“Permisi, tuan, nyonya, makan malam sudah siap,” seru seseorang dari luar kamar.
"Baik Marie kami akan ke bawah," ucap Fredrick. Dia menurunkan kedua anaknya, mereka langsung berlari menuju ruang makan. Sementara Fred membantu Elena berdiri.
"Sayang, biarkan aku menggendongmu," ucap Fredrick pada Elena yang sedang berdiri sambil memegang perut buncitnya.
"Tidak apa-apa Fred, aku masih bisa berjalan. Ayo kita ke meja makan mereka sudah menunggu kita," ucap Elena. Walau pun begitu, Fredrick tetap melilitkan tangannya ke pinggang Elena dan memeluknya dari samping. Fredrick bahkan mengecup puncak kepala Elena. Dia begitu menyayangi istrinya yang sedang mengandung anak ketiganya. Fredrick dengan sabar membantu Elena berjalan hingga ke ruang makan.
"Kak, kenapa perut Mom dan bibi Angelie membesar? Apa mereka makan marshmallow kebanyakan?" tanya Leo dengan polosnya kepada sang kakak. Letty selalu berkata pada Leo bahwa perutnya akan membesar seperti kungfu panda jika terlalu banyak memakan marshmallow. Itulah sebabnya Leo mengira bahwa ibu dan bibinya sudah keseringan memakan marshmallow dengan porsi banyak sehingga perut mereka membesar. Lelucon Leo berhasil membuat seisi ruangan makan tertawa. Fredrick dan Elena juga tertawa lepas.
Fredrick masih menunjukan perhatiannya dengan menarikan kursi untuk Elena. Elena tersenyum, dalam hati dia tersentuh walau pun hampir setiap harinya dia mendapat perlakuan seperti ini dari suaminya.
Elena beralih menatap kedua anaknya yang duduk berhadapan dengannya. "Mommy dan aunty Angelie sedang mengandung nak, kami membawa calon adik kalian di perut kami," jelas Elena pada Leo. Leo hanya mengangguk seakan mengerti ucapan ibunya.
Sementara mereka berbincang, para pelayan mulai menyajikan makan malam mewah dengan menu utama adalah daging rusa yang telah di olah menjadi makanan dengan berbagai macam menu. Lucas berdecak kagum saat melihat betapa banyaknya menu daging rusa di atas meja mereka. Dia langsung melirik keponakannya Letty lalu mengusap kepala Letty.
"Kau hebat nak, ini kali ketigamu berburu dan kau sudah mendapat seekor rusa besar? Waw …, " ucap Lucas sambil menggelengkan kepala, dia sangat kagum.
"Kau harus belajar pada Letty Luke, dia hebat dalam segala hal." tambah Fredrick.
"Tidak, sebelum aku mengajarinya cara bergulat dan menembak." ucap Lucas.
Elena berdehem dan membenarkan posisi duduknya. "Itu tidak akan terjadi Lucas." tukas Elena dengan tatapan tajam pada adik iparnya.
"Apa maksudmu Lucas, dia wanita. Dia seorang gadis. Kau bisa menunggu Leonard besar dan melatihnya," tukas Angelie sambil melototi suaminya.
"Hei, nyonya-nyonya, Letty memanglah seorang wanita tapi dia adalah penerus bisnis ayahnya. Dia harus tangguh layaknya prajurit. Dia tidak akan berakhir dengan menjadi ibu rumah tangga seperti kalian. Dia kuat, dan itu juga demi kebaikannya. Dia bisa memukul lelaki hidung belang yang berani menggodanya saat dia dewasa nanti,” ujar Lucas.
Elena mendengus kesal lalu melempar tatapan tajam pada suaminya.
Fredrick hanya tersenyum konyol lalu berkata, "Lucas benar sayang." Fredrick kembali menyantap makanannya.
"Aku tidak percaya ini Fred,” Elena menggelengkan kepala, “Mungkin sebentar lagi kau akan mengubah kelamin puterimu. Ini sungguh menyedihkan” ucap Elena. Elena melempar alat makannya lalu berdiri dengan kasar dari tempat duduknya.
"Darling ...," panggil Fredrick. Namun, Elena tidak menghiraukannya.
Fredrick menarik napas panjang, dia menggelengkan kepala lalu berdiri dan mengejar isterinya. Sementara yang lain mengentikan makan mereka.
"Uncle, ada apa dengan Mom dan Dad? Apa mereka bertengkar karena aku?" tanya Letty menatap Lucas dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Bukan sayang, itu urusan orang dewasa. Jika kau sudah besar kau akan mengerti. Sekarang lanjutkan makan kalian," ucap Lucas pada kedua keponakannya. Mereka kembali melanjutkan makan malam mereka.
Sementara di kamar utama mansion ini, Elena duduk dengan kasar di sofa yang terletak di balkon kamar. Elena merasa sangat kesal akan kelakuan suami dan adik iparnya. Fredrick yang sedari tadi membuntuti istrinya lalu menghampiri Elena.
"Hei, sayangku," panggil Fredrick dengan nada lembut. Fredrick duduk di samping Elena dan membungkusnya dengan setengah tangannya.
Elena membuang mukannya, dia hendak berdiri namun dengan sigap Fredrick menarik tangannya. Elena terduduk di atas pangkuan suaminya. Elena memberontak namun,Fredrick menggulung kaki Elena dengan kakinya dan memeluk Elena dari belakang.
"Hei, tenanglah sayang. Ingat kau sedang mengandung. Jangan sampai kau melukai bayi kita sayang,” bujuk Fredrick. Perkataan Fredrick akhirnya berhasil membuat Elena berhenti memberontak.
Fredrick menyelipkan rambut Elena ke belakang pundaknya lalu mengelus pipi isterinya. Fredrick sangat tahu bagaimana cara yang tepat untuk membujuk Elena.
Elena menutup matanya. Perlahan, Elena mulai menikmati sentuhan yang di berikan suaminya. Sentuhan Fredrick seolah menyihir Elena, sekejap menghapus gejolak dalam hatinya dan membuatnya diam, tenang, hingga tanpa sadar, Elena telah menyenderkan punggungnya ke belakang, pada d**a bidang Fredrick.
"Fred,” lirihnya, “Kau tahu, saat aku masih kecil, aku sangat senang bermain dengan bonekaku dan aku begitu senang saat nenekku mengajak aku memasak. Aku harus duduk dengan sopan, bahkan untuk mengangkat sendok makan dan cangkir teh pun, ada aturannya. Ibuku selalu bilang jika wanita itu tidak bisa jauh-jauh dari kata anggun,”
"Aku tahu sayang, ibumu selalu menceritakannya padaku saat kita pacaran dulu." Fredrick membawa tangan kirinya membelai perut buncit Elena.
"Aku tumbuh dan besar dengan nilai-nilai yang di ajarkan keluargaku, kau tahu itu,” ujar Elena.
"Itulah sebabnya aku mencintaimu sayang, kau bisa membuat aku tenang dengan sifatmu. Aku tergila-gila padamu,” ucap Fredrick memuji sifat istrinya. Dia mengecup pipi istrinya dengan penuh kasih sayang.
"Aku ingin puteriku tumbuh dan besar sebagai seorang gadis manja dan anggun."
Elena memutar tubuhnya menghadap Fredrick, mereka saling bertatapan.
"Ayo, kita lanjutkan di dalam saja sayang. Di luar udaranya sangat dingin," ucap Fredrick.
Fredrick mengangkat tubuh Elena, menggendongnya dan membawanya ke dalam kamar. Elena mengalungkan tangannya di tengkuk Fredrick, Fredrick tersenyum saat matanya menabrak mata Elena. Mereka masih saling menatap, tak ada satu pun dari mereka yang rela melepas tatapan sampai Fredrick membaringkan Elena ke ranjang. Dia mengecup puncak kepala Elena. Elena menutup matanya saat merasakan bibir Fredrick yang mulai berpindah ke kening dan pipi Elena. Fredrick seolah tidak ingin meninggalakan satu inci pun dari kulit wajah Elena. Fredrick terus melakukannya hingga bibirnya mendarat tepat di bibir Elena. Fredrick menyalurkan perasaannya lewat ciuman yang dia berikan pada isterinya. Melepas ciuman, Fredrick lalu bergabung bersama Elena. Dia berbaring di samping istrinya. Tangan kanannya menopang kepalanya, sementara tangan kirinya dia lilitkan di pinggang Elena. Mereka tidur saling berhadapan. Fredrick menatap mata istrinya sambil memainkan rambut Elena,
"Elena, sayangku,” panggil Fredrick. Elena hanya bergumam. “Kau tahu, jika Letty adalah pewarisku? Saat dia dewasa nanti, dia akan memimpin perusahaanku dan aku harus membentuknya sedini mungkin. Bukan hanya cerdas yang di butuhkan oleh seorang pemilik perusahaan besar. Tapi, dia juga harus kuat, mental dan fisik.”
"Tapi Fred,"
"Ssshhh ..." Fredrick kembali membungkam mulut Elena dengan bibirnya. Kali ini dia melumat bibir itu lebih lama, lebih dalam, membuat Elena melepaskan desahannya.
Fredrick kembali menarik wajahnya, membiarkan Elena menghirup udara sambil membawa jarinya membelai paha wanita di sampingnya.
"Letty adalah kakak Leo dan calon anak ketiga kita. Letty harus bisa melindungi dua adiknya. Siapa yang tahu di masa depan nanti Letty harus menghadapi orang-orang yang ingin menjatuhkan bisnisnya. Sekarang katakan padaku, apakah kau ingin Letty hanya diam saja, meringkuk ketakutan saat seseorang datang dan mengancam nyawanya?” ucap Fredrick.
Dia masih terus membelai lembut paha Elena. Tangannya mulai naik ke atas, mencari sesuatu yang padat dan berisi di atas sana. Elena mengerang saat merasakan sentuhan Fredrickan di sana.
"Tentu kau tidak ingin itu terjadi kan, sayang?" lagi tanya Fredrick sambil menjelajahi tubuh isterinya dari balik bajunya.
Tidak satupun dari pertanyaan Fredrick yang di jawab Elena. Dia hanya mengangguk sambil menggit bibir bawahnya menahan gejolak dalam diri yang semakin membludak. Fredrick semakin intim menyentuh istrinya, memberinya ciuman yang berubah menjadi lumatan. Dia sengaja memberi jeda pada ciumannya untuk kembali bertanya pada Elena,
"Apa kau akan membiarkan aku menjadikan putri kita seorang wanita yang tangguh sayang?" ucap Fredrick di sela-sela ciuman panas mereka.
"Y-yah .., yah sayang, lakukan semaumu. Aku tidak tahan lagi," desah Elena.
Elena sudah tidak peduli lagi tentang pertengkaran mereka sebelumnya. Ia bisa mengatasi ini nanti. Sekarang yang ada dalam pikiranya hanya Fredrick dan feromonya yang membuat Elena bagaikan tersengat beribu lebah. Getaran dan gejolak yang menginginkan Fredrick seutuhnya dalam diri Elena sudah tidak dapat di pendamnya lagi.
Elena membalas ciuman Fredrick, mengalungkan tangannya di tengkuk suaminya lalu mengunci tangannya di tengkuk Fredrick. Ciuman mereka semakin dalam, semakin basah dan semakin intim. Elena tak kuasa menahan erangan yang sedari tadi berusaha di kuasainya namun, seolah hanyut oleh perlakuan intens suaminya Elena seakan tak peduli lagi bahkan jika erangannya terdengar hingga ke luar kamar mereka.
"Aku mencintaimu Elena," gumam Fredrick kemudian menindih Elena dengan hati-hati takut menyakiti bayi mereka.
"Aku juga, Fred … " ucap Elena, dengan pandangan sayu menatap mata suaminya yang dipenuhi hasrat dan sedang menatapnya intens. Elena membiarkan Fredrick melakukan apa yang dia mau di tubuhnya. Punggungnya naik turun sedang napas mereka saling beradu seolah memenuhi ruangan besar ini dengan kenikmatan mereka. Fredrick membuat Elena melayang dengan sentuhannya.
"Oh … Elena sayangku," lenguh Fredrick saat menemukan pelampiasannya.
Fredrick membaringkan tubuhnya ke samping Elena.
"Kau menikmatinya?" tanya Fredrick. Elena hanya mengangguk sambil mengatur nafasnya yang masih memburu, Fredrick membawa tangannya mengelus rambut Elena dan membawanya di belakang telinga Elena.
"Kau membuatku bahagia sayang. Kau tahu, kau adalah seorang istri yang di idam-idamkan banyak lelaki. Aku bersyukur karena diriku-lah yang beruntung mendapatkanmu. Kau memberiku kehidupan. Aku memujamu sayang, aku memujamu," ucap Fredrick lalu mendaratkan kecupan di puncak kepala istrinya.
Mereka tidur berhadapan sambil berpelukan.
"Berjanjilah bahwa kau akan menjaga Letty Fred, berjanjilah padaku," ucap Elena wajahnya tetap berada di depan d**a bidang Fredrick.
Fredrick tidak menjawab dan malah kembali mencium puncak kepala Elena. Tangan kirinya mengusap lembut punggung Elena.
Elena mendongakan kepalanya menatap suaminya, "Sayang berjanjilah." Fredrick masih diam. Elena meraih rahang Fredrick dengan tangannya lalu mengecupnya kilat.
"Fred, kau membuatku sakit dengan diammu," ucap Elena sambil menempelkan keningnya di kening Fredrick. Fredrick meraih tangan Elena di wajahnya lalu mengecup bibir istrinya sekali lagi.
"Aku," Fredrick mengambil nafas sambil menutup matanya, "Aku tidak bisa berjanji sayang, tapi aku akan berusaha." Fredrick langsung memutar tubuhnya dengan hati-hati agar Elena bisa kembali berbaring.
"Tidurlah sayang, kau sudah cukup menguras tenagamu hari ini. Istirahatlah agar bayi kita juga tidak kelelahan," ucap Fredrick. Dia menarik selimut dan memakaikannya pada Elena. Mencium bibir Elena sekali lagi, kemudian beralih ke pelipis Elena dan terakhir dia mencium perut Elena. "Selamat tidur sayang."
Elena yang sudah kelelahan, tidak bisa menahan kelopak matanya yang mulai menutup. Elena meraih lengan Fredrick lalu memeluk lengan kekar suaminya. Fredrick merangkul isterinya dan menemaninya hingga Elena tertidur.
Elena kemudian menutup matanya, dia juga tidak bisa berbohong bahwa dia sangat lelah hari ini. Apalagi yang tadi cukup menguras tenaga Elena, Elena memeluk lengan kekar suaminya. Fredrick merangkul isterinya dan menemaninya tidur.
Beberapa saat kemudian Elena telah tertidur pulas sementara Fredrick masih terjaga. Fredrick menarik lengannya secara perlahan dari genggaman Elena, dia berusaha sebisa mungkin agar tidak membangunkan Elena.
Fredrick berdiri dan memakai pakaiannya. Dia berjalan meninggalkan kamarnya dengan langkah yang tidak menimbulkan suara. Dia berjalan menuju kamar anak-anaknya dan mendapati kedunya sudah tertidur pulas.
Fredrick menghampiri ranjang putranya. Leo tertidur sambil memeluk boneka beruang kesayangannya. Fredrick duduk di tepi ranjang, lalu mengelus lembut kepala putranya. “Leonard puteraku,” gumam Fredrick.
Kemudian Fredrick beralih menatap Letty. Dia berdiri dan berpindah ke ranjang Letty. Dia membawa tangannya mengelus lembut rambut pirang putrinya.
"Putriku, putri kesayanganku," gumamnya lalu mengecup puncak kepala Letty.
"Dad?" ucap Letty dengan suara kecilnya terdengar parau.
"Maaf, Dad mengganggu tidurmu sayang,” ucap Fredrick pelan.
"Dad tidak menggangguku, aku memang belum tertidur, kenapa dad belum tidur?" Letty lalu bangun dan duduk di ranjangnya.
"Daddy akan pergi tidur setelah ini sayang.” Fredrick mengelus lembut rambut puterinya.
"Apa mom marah padaku?" tanya Letty dengan wajah polosnya.
"Itu tidak mungkin sayang, mom sangat menyayangimu. Apa dia pernah membentakmu?" tanya Fredrick. Letty hanya menggeleng tanda tidak pernah.
"Dia sangat menyayangimu. Dia hanya ingin agar kau tidak terluka, makanya dia melarangmu melakukan hal apa pun yang bisa melukaimu karena dia begitu mencintaimu.” Fredrick meraih kedua tangan anaknya dan sambil mengelus punggung tangan anaknya, dia menarik senyum di wajahnya.
“Aku juga begitu sayang, aku tidak ingin kau terluka. Kau harus menjadi wanita yang kuat dan tangguh karena kau akan melindungi kedua adikmu,” ucap Fredrick.
Fredrick meraih tubuh Letty lalu memeluknya.
“Aku mengerti Dad, aku janji akan melindungi adik-adikku,” ucap Letty.
"Kau berjanji akan selalu menuruti perintahku?" tanya Fredrick
"Ya, aku berjanji dad," jawab Letty.
Fredrick tersenyum. Dia memegang kedua sisi lengan puterinya lalu perlahan membaringkan kembali puterinya.
"Baiklah, kalau begitu sekarang tidurlah. Besok hari beratmu akan di mulai. Untuk menjadi seorang hero sang warrior harus melatih dirinya. Dia harus di bentuk dengan gagah dan berani, agar dia bisa menjadi hero yang tidak terkalahkan,” ucap Fredrick. Dia menarik selimut dan menutupi tubuh putrinya.
"Selamat tidur prajurit," ucap Fredrick lalu mengecup puncak kepala Letty.
"Selamat malam ayah," ucap Letty dengan serius dan meletakan telapak tangannya di pelipisnya layaknya seorang prajurit memberi hormat pada panglima perangnya.
Fredrick kembali mengecup puncak kepala Letty lalu dia berdiri untuk mematikan lampu kamar mereka sebelum dia meninggalkan kamar ini. Fredrick beranjak dari kamar anak-anaknya lalu beralih ke lantai dua. Dia menuju ke ruangan lain rumah mewahnya. Fredrick memasuki sebuah ruangan, seperti ruang kerja namun ada meja billiard dengan dua lemari besar dekat meja billiard yang di penuhi dengan berbagai jenis minuman beralkohol. Lucas adik Fredrick ada di sana. Dia sedang duduk di depan laptopnya dengan wajah serius namun, Lucas juga menyadari keberadaan kakaknya.
"Kau belum tidur Fred?" tanya Lucas.
Fredrick tidak menjawab. Dia berjalan ke arah mini bar dan mengambil salah satu koleksi wine-nya.
"Katakan Luke," ucap Fredrick menghadap ke jendela tanpa menatap adiknya.
"Jhony berhasil melakukan kesepakatan dengan pemimpin Yakuza. Dia baru saja meneleponku katanya, kita akan bekerja sama dengan gengster dari Jepang itu. Mereka bersedia membeli produk kita bahkan juga mengedarkannya. Kita akan berbagi keuntungan dengan mereka, 60:40 itulah kesepakatannya,” ujar Lucas.
Fredrick kembali mengisi selokinya sebelum meletakan botol wine ke meja. Dia berjalan ke arah Lucas, menaruh selokinya ke atas meja kemudian beralih untuk memasang cerutu mahalnya. Fredrick diam dan menikmati nikoti dari dalam cerutunya selama beberapa saat sebelum kembali berkata, “Lalu?
"Bruce sedang berusaha menyuap seorang senator Inggris agar mau bekerja sama dengan kita. Sialnya, dia membunuh salah seorang anggota FBI yang memergokinya sedang bernegosiasi dengan petinggi Inggris di sebuah kamar hotel. Tapi, Bruce dan anak buahnya bisa mengatasinya dengan rapi tanpa tercium oleh siapapun. Dia juga berani mengancam petinggi Inggris itu dan membuatnya tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran kita,” ujar Lucas panjang lebar.
"Siapa namanya?" tanya Fredrick.
"William Horman. Dia memiliki kedudukan yang bisa di bilang cukup berpengaruh di kepemerintahan Inggris. Dia bisa sangat membantu melancarkan bisnis kita jika dia bersedia bergabung,” ujar Lucas.
Fredrick menganggukan kepala, "Bagus. Terus pengaruhi dia dan berikan apa yang dia mau, tapi jika dia berani buka mulut," Fredrick memutar wajahnya dan menatap adiknya sebelum melanjutkan, "Jangan segan-segan untuk melenyapkannya.”
“Itu perkara kecil Fred, kita punya racun mematikan yang dapat membunuh siapapun dalam hitungan detik. Tidak butuh waktu lama untuk menghabisi serangga sperti mereka," ucap Lucas.
"Bagaiman perusahaanku? Apa kita perlu menyudahi liburan ini?” tanya Fredrick.
Lucas menggeleng pelan. Dia menuangkan wine ke dua seloki di depannya.
"Kau benar saat menunjuk Delinda sebagai direktur umum perusahaan kita. Dia bisa meng-handle semua urusan perusahaan dengan baik. Semua direksi juga memuji kehebatannya. Sejak dia bergabung dengan perusahaan kita, dia sudah sangat membantu memajukan bisnis kita jadi, kita tidak perlu khawatir berlama-lama meninggalkan perusahaan kita. Lagi pula, aku terus memantau perusahaan dari sini. Kau tidak perlu khawatirkan apa pun oke,” ucap Lucas sambil mengangkat selokinya ke udara. Lucas memberi isyarat pada kakaknya sebelum dia meneguk minumannya.
"Sebenarnya aku tidak terlalu perduli dengan keuntungan dari perusahaan itu. Hanya saja, perusahaan itu harus terus berdiri kokoh dan membuat semua pasang mata di dunia mengetahui bahwa Van Der Lyn Group adalah perusahaan batu permata dan perhiasan terbaik dan termahal di dunia. Van Der Lyn Group harus terus bersinar untuk menutupi jejak Black Glow. Aku juga harus menghancurkan mimpi seorang Martin Oliver untuk menjadi orang paling kaya di dunia,” Fredrick berdecih sebelum melanjutkan “Lelaki pengecut itu tidak bisa menandingiku."
Lucas kemudian tersenyum miring menanggapi perkataan kakaknya.
"Fredricken Van Der Lyn, kadang aku berpikir jika kau memiliki kepribadian ganda,” cibir Lucas dengan nada menghina kepada kakanya.
Fredrick memalingkan wajahnya dan menatap tajam Lucas.
"Well, kau begitu mengerikan di mata musuhmu yang bahkan hanya mendengar suaramu. Tapi, saat kau bersama isterimu kau bagaikan seorang pecundang Fred," lagi cibir Lucas sambil menggelengkan kepala, dramatis.
"Inilah yang perlu kau belajar dariku Luke, aku bisa menempatkan diriku antara bisnis dan keluarga. Aku seorang mafia yang dianggap monster oleh semua lawanku. Namun, aku adalah suami dan ayah yang dapat bertingkah konyol dan gila sekalipun hanya untuk melihat anak dan istriku tertawa. Bisnis hanyalah sebuah kesenangan bagiku tapi, keluarga adalah segalanya bagiku. Keluarga jauh lebih berharga dari apapun, camkan itu!” kecam Fredrick.
Lucas hanya menaikan kedua bahunya dan meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda.
"Kau harus mendidik Letty sebaik mungkin Luke, dia harus menjadi sosok yang menakutkan bagi semua musuhnya nanti. Agar kelak, tidak ada seorang pun yang berani melukainya bahkan walau hanya dalam pikiran mereka sekalipun," ucap Fredrick.
"Itu sudah pasti Fred," ucap Lucas masih berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
Fredrick berdiri dan mematikan certunya. Dia berjalan meninggalkan ruang kerjanya. menuju kamarnya dan mendapati Elena tengah tertidur pulas. Fredrick merebahkan dirinya di samping Elena dan berbaring menghadap punggung isterinya. Dia memeluk Elena dari belakang lalu mengubur wajahnya di dalam leher Elena.
"Maaf sayang, sepertinya aku tidak bisa menepati janjiku. Letty harus menjadi penerusku. Puteri kita berbeda dari anak yang lain sayang, entah kau menyadarinya atau tidak tapi putrimu memiliki intuisi yang istimewa. Aku … harus membuatnya menggunakan insting indahnya untuk meneruskan bisnisku.”