Wanita itu melepaskan tangannya dari mulut laki-laki di depannya. Dia menatap was-was ke arah pintu. Antara takut, dan gugup berada di dekat laki-laki yang mampu membuat jantungnya tak beraturan.
Apa sebenarnya aku punya penyakit jantung. Tapi kenapa aku baru merasakannya sekarang. Mungkin orang tuaku menyembunyikan ini dariku. Aku harus periksa ke dokter.
"Aku akan bilang pada mereka." laki-laki itu beranjak. Dnegan cepat Queen mencengkeram erat lengan laki-laki itu dengan ke dua tangannya. Ia memasang wajah memelasnya.
"Jangan bicara, jika mereka tahu. Mereka pasti akan membunuhku. Jadi aku mohon padamu, sembunyikan aku, banti aku cari tempat sembunyi," Queen menguntupkan bibirnya dengan wajah mengernyit memohon pada laki-laki di depannya. Wajahnya memelas, ke dua matanya merembak, dan ke dua sudut bibirnya ditekuk ke bawah.
"Di sini tempat kosku, dan hanya ukuran satu petak. Gimana aku bisa menyembunyikan kamu di sini." jelas laki-laki itu kesal.
"Aku mohon padamu, bantu aku!!" ucap Queen memohon ke dua kalinya.
"Bantu, katamu? Gak akan!" jelasnya tegas. Memalingkan pandangannya berlawanan arah.
"Oke.. Oke. Kalau kamu gak mau," wajah yang semula cemberut, tiba-tiba berubah. Dia menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman licik. Terlintas cara instan agar dia mau menolongnya. Sebuah cara gila yang entah sejak kapan ada di pikirannya. Hanya itu yang bisa di lakukan sekarang.
Brakkk.... Brakk...
Brakkk... Brakkk..
"Tuan, ibu, bapak, Nona, entah siapa yang di dalam. Tolong keluarlah," suara gebrakan pintu di iringin sebuah pertanyaan itu terdengar lantang di penjuru ruangan. Suara pengawal itu membuat Queen hanya menghela napasnya kesal. Dia menatap ke arah pintu beberapa detik, lalu kembali menatap Laki-kaki di depannya. Wajah yang semula panik berubah seketika. Dia menarik sudut bibirnya, menarik ke dua alisnya bersamaan dengan tatapan menggodanya.
"Kalau kamu tidak keluar, maka jangan salahkan kami jika kami akan dobrak pintu ini," suara pengawal itu semakin lantang membuat semua yang mendengarnya pasti ketakutan. Bebeda dengan Queen yang sudah biasa dnegan suaranya.
"Oke, aku akan dobrak sekarang."
"Satu... Dua.... Tiga..."
Dengan sigap, tangan Queen meraih tangan kiri laki-laki itu Menariknya hingga jatuh di atas ranjang. Laki-laki itu hanya diam dengan tatapan terkejut di campur dengan kebingungan dalam pikirannya Queen menarik selimut tebal menutupi sekujur tubuh mereka. Laki-laki itu tepat di atasnya, tak mau melepaskan laki-laki itu, dia lingkarkan tangannya di lehernya menariknya hingga tubuh mereka saling menempel pada laki-laki yang belum dia ketahui namanya itu. Ke dua mata mereka saling tertuju, tatapan mereka terkunci. Saling menatap dalam diam. Perasaan gugup keringat dingin terlihat jelas pada laki-laki itu. Melihat wajah cantik Queen di bawahnya membuat dia hanya bisa menelan ludahnya susah payah. Mengerjapkan matanya berkali-kali. Tubuh seksinya terekspose bebas di depan matanya. Membuat hasratnya mulai tergoyahkan. Bagi laki-laki normal melihat tubuh seksi membuatnya sangat tergoda.
Braakkkk....
Pintu itu di dobrak begitu kerasnya. Bukan hampir saja membuat pintu kayu kecil itu hampir copot. Laki- laki itu terkejut, tetsadar dari lamunan kotornya. Ia ingin keluar dari dalam selimut itu Dengan sigap si wanita mendekapnya sangat erat.
"Ehh...."
Hampir saja mengeluarkan suara Queen menarik tengkuk laki-laki itu. Mengecupnya lembut. Membungkam mulutnya. Bibirnya menggulum bibir laki-laki yang baru dia temui. Laki-kaki itu hanya diam mengerjapkan matanya. Baginya ini kecupan pertama baginya dan bagi Queen juga sama. Pengalaman pertama dan kecupan pertamanya.
Dia melepaskan kecupannya. Mengatur napasnya sejenak. "Diamlah! Dan bantu aku," gumamnya lirih.
"Emmm.... Emmp" desah Queen membuat semua pengawal menatap selimut yang bergerak-gerak itu dengan wajah kikuk. Mereka menelan ludah bersamaan. Meraka mengira jika ada seseorang yang melakukan hubungan suami istri di sana. Di ranjang kecil di balik selimut yang membungkus mereka.
Wajah para pengawal semakin memerah saat mendengar desahan seorang wanita di dalamnya.
"Sepertinya kita salah kamar," ucap salah satu pengawal.
"Maaf, menganggu. Apa kalian melihat wanita masuk di sini?" tanya pengawal itu gugup.
"Empp... Cepat pergilah, apa kalian tidak taji jika aku masih sibuk," ucap Queen merubah seuaranya sedikit berat.
"Maaf, maaf"
Pengawal itu berjalan mundur dengan tubuh sedikit membungkuk.
"Anda lanjutkan saja, maaf menganggu malam kalian,"
"Em.. Ba-baik," jawab Queen sembari mendesah. Merasa langkah kaki pengawal itu sudah menjauh, Queen membuka sedikit selimut yang hampir membuatnya kepanasan. Napasnya benar-benar sesak di dalam. Dia menatap pintu sudah tertutup rapat. Dia melemparkan selimut itu, tiba-tiba wajah semula senang mula terdiam, menatap ke bawah. Sebuah tangan menyentuh dadanya. Seketika membuat ke dua atanya memerah penuh percikan api kemarahan.
"Aaaaaa....."
Queen mendorong tubuh laki-laki di depannya. Melompat berdiri. Membuat laki-laki itu jatuh tersungkur ke lantai.
"Aw--" desahnya.
"Apa yang kamu lakukan?" decaknya kesal laki-aki di depannya.
"Jangan cari kesempatan, dasar pria mesum."
"Aku punya nama, bukan pria mesum." pekiknya.
"Aku gak perduli. Bagi aku kamu memang m***m. Pria m***m, otak m***m, tangan m***m, bahkan sekujur tubuh kamu ini m***m semua," pekik Queen tak mau kalah. Dia menunjuk kepala hingga ujung kaki laki-laki itu. "Dan ingat jangan beraninya menyentuhku. Ingat itu, atau aku bisa mematahkan semua tulang kamu."
Laki-laki itu menarik sudit bibirnya, beranjak memukul pantatnya. Mengibaskan debu yang menempel di belakangnya. Dia mengangkat tangannya mengusap bibirnya dengan punggung tangannya.
"Eh... Dasar wanita m***m. Kamu yang cari kesempatan. Siapa yadi yang mengecupku. Dan bahkan kamu berani mengambil keuntungan. Apa kamu mau menodaiku," jawab laki-laki itu sembari bergidik ngeri.
"Ih.. Aku juga gak sudi kecupan dengan kamu. Lebih baik dengan kambing" pekiknya gak kalah kesal.
"Dasar w************n, mungkin kamu kabur dari langganan kamu ya?" hina laki-laki itu pada Queen.
"Enak saja. Memangnya aku wanita apaan." decaknya. Duduk di ranjang dengan napas tidak beraturan. Meski dia merasa lega. Tapi dia belum lega sepenuhnya karena tidak punya tempat tinggal. Semua uangnya juga tidak ada.
Wajahnya cemburut, bibirnya semakin ke bawah seperti anak kecil yang minta jajan.
"Hmmm... Hiks.. Hikss.." tiba-tiba Queen menangis sejadi-jadinya membuat laki-laki itu panik. Rasa pabiknya terhenti, dia terdiam sesaat menarik bibirnya sinis.
Laki-laki itu tahu jika wanita di depannya hanya mengeluarkan air mata buayanya.
Laki-laki itu berdengus kesal, "Cepat pergi dari sini," dia menarik tangan Queen beranjak dari ranjangnya.
"Keluar, aku tidak mau melihat air mata buaya kamu itu." ungkapnya kesal. Melemparkan tubuhnya keluar dari kamarnya. Hingga terjatuh tersungkur ke lantai depan kamarnya.
"Kalau mau tidur di luar, jangan tidur di dalam. Tidak ada tempat buat kamu tinggal." ancamnya dengan nada meninggi.
"Aku mohon! Kali ini saja, aku mau menginap di sini. 30 hari," Queen cemberut, dengan mata merembak, seakan ingin mengeluarkan air matanya.
"30 hari?" jawab laki-laki itu terkejut. "Gak mau!"
"20 hari aja, deh."
"Enggak!"
"Oke kalau gitu 15 hari,"
"Enggak mau,"
"10 hari?"
Laki-laki itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Oke. 5 hari saja," tawarnya.
"Enggak, sekali bilang enggak ya enggak. Lebih baik cepat pergi," ucap laki-laki itu sangat kasar.
Queen segera meraih kaki laki-laki itu. Memeluknya sangat erat sembari terus memohon padanya.
"Oke malam ini saja, aku mohon." Queen mulai memasang wajah memelasnya.
Laki-laki itu hanya diam, dia semakin kesal di buatnya. Melepaskan tangan Queen yang memeluk kakinya erat. Lalu berjalan masuk ke dalam mengunci rapat pintu kamarnya, Braakk...
Dia menutup sangat keras mengejutkan Queen yang sedari tadi duduk di depan pintu.
"Sialan! Dia tidak peduli denganku." Queen bangkit dari duduknya. Dia mengepalkan tangannya Menahan amarahnya. Ingin rasanya melawan dia. Tetapi, dia berusaha tetap tenang. Kali ini, dia tidka punya tempat tinggal. Terpaksa harus tinggal disini.
"Ehh.. m***m, buka pintunya. Aku mohon satu kali ini saja aku menginap di sini," Queen mengetuk pintunya berkali-kali.
Sementara laki-laki itu hanya diam, di meja belakangnya. Dia menutup telinganya dengan handset miliknya. Dengan tatapan mata tertuju pada buku yang ada di depannya. Dia adalah dokter muda. Baginya membaca buku lebih penting dari buang-buang waktu berjalan di luar.
"Ku mohon!" Queen masih terus memohon padanya. Mengetuk-ngetuk pintu kamar di depannya.