Sendu. Daffa berjalan gontai dengan bantuan tongkatnya. Tetesan air masih saja menetes dari tubuhnya. Sekujur badannya kini terasa dingin, tapi hatinya benar-benar terasa panas. Daffa jadi bertanya-tanya apakah dia sudah melakukan sebuah dosa yang tidak bisa dimaafkan hingga mama Mita menjadi bersikap seperti itu. “Haaaah .…” helaan napas Daffa terdengar berat. Langkah dia pun terhenti di depan sebuah lapangan basket yang dipenuhi oleh hiruk pikuk di depan sana. Daffa menatap nanar, lalu beralih menatap kakinya yang cedera. Rasanya ujian begitu datang bertubi-tubi dan menyerangnya dengan bersamaan. Dia harus mengecap pahit kenyataan tentang perceraian orang tuanya. Daffa juga mengalami kecelakaan yang membuatnya tidak mengikuti ujian nasional. Kabarnya pihak sekolah akan memberikannya k