25 - Kecurigaan Crisstian!

2035 Words
1 Jam sudah berlalu sejak Rose pergi meninggalkan kantor Crisstian, dan sampai saat ini, Crisstina masih berada di ruangan sang saudara kembar. Crisstian memutar jengah kedua matanya, merasa sangat kesal karena sejak tadi, Crisstina terus memberinya tatapan sinis. Crisstian melepas kacamata yang sejak tadi membingkai mata indahnya, kemudian memijat pelan keningnya. "Jadi ... sampai kapan kamu akan terus berada di sini, Crisstina?" tanyanya sambil menyandarkan punggungnya di kursi. "Jangan lagi berhubungan dengan wanita itu, Crisstian." Crisstina tidak menjawab pertanyaan Crisstian, dan malah meminta sang kembaran untuk tidak lagi berhubungan dengan Rose. "Apa alasan sebenarnya kamu tidak menyukai Rose, Crisstina?" Ini bukan kali pertama Crisstian mengajukan pertanyaan tersebut, tapi sudah yang kesekian kalinya, dan Crisstian harap, kali ini Crisstina mau menjawab jujur pertanyaannya, supaya dirinya tidak terus menerus merasa sangat penasaran. "Karena dia bukan wanita baik-baik." Crisstina menjawab cepat pertanyaan Crisstian. "Tolong jawab secara spesifik, Crisstina." Crisstian menyahut ketus. "Intinya karena Rose bukan wanita baik-baik, karena itulah aku tidak pernah menyukainya." Crisstina membalas dengan tak kalah ketus. Pembicaraan antara Crisstian dan Crisstina harus terhenti ketika pintu ruang kerja Crisstian diketuk sebanyak 3 kali, di susul oleh suara Olivia yang meminta izin untuk masuk. "Masuk!" Teriak Crisstian menggelegar. Setelah itu, Crisstian kembali memakai kacamatanya, lalu melanjutkan pekerjaannya. Olivia membuka pelan pintu, lalu melangkah mendekati meja Crisstian. "Kenapa suasananya terasa sangat tegang?" ucap Olivia dalam hati. Sebelum mendekati Crisstian, Olivia terlebih dahulu menyapa Crisstina yang sedang meminum teh. Crisstina tersenyum sebagai balasan atas sapaan Olivia. "Ini dokumen yang tadi pagi Bapak minta." Olivia menyerahkan beberapa dokumen yang sudah selesai ia kerjakan. "Ok, terima kasih." Crisstian menerima dokumen tersebut, dan langsung memeriksanya. Olivia menunggu dengan jantung berdebar hebat, bahkan kini kedua telapak tangannya sudah mulai mengeluarkan keringat. Sebelum menyerahkan semua dokumen-dokumen tersebut pada Crisstian, Olivia sudah berulang kali memeriksanya, tapi tetap saja, Olivia takut kalau ada yang salah. "Semoga enggak ada yang salah!" Dalam hati, Olivia terus berdoa. "Olivia!" Panggilan bernada teguran dari Crisstina mengejutkan Olivia. "Iya," jawab Olivia sambil menoleh ke arah Crisstina. "Sebentar lagi jam makan siang, bagaimana kalau kita makan siang bersama?" "Aduh, bagaimana ini?" Olivia membatin, seketika merasa sangat bingung, apa ia harus menerima ajakan makan siang dari Crisstina, atau justru menolaknya? Tapi ketika melihat betapa antusiasnya Crisstina, Olivia jadi merasa tak tega untuk menolak ajakannya. Olivia akhirnya mengangguk. "Ok, ayo kita makan siang bersama." "Semoga gue enggak akan menyesali pilihan gue," ucap Olivia dalam hati. Senyum di wajah Crisstina semakin lebar. Luar biasa bahagia karena Olivia tidak menolak ajakannya. Crisstina mengalihkan pandangannya pada Crisstian. "Kak, kamu mau ikut?" Raut wajah Olivia berubah menjadi tegang. Pertanyaan Crisstina pada Crisstianlah yang membuat Olivia terkejut. "Ya Tuhan semoga Crisstian menolak ajakan Crisstina." Doa Olivia dalam hati. "Ikut." Crisstian menjawab tegas dan singkat pertanyaan Crisstina. Sekarang pupus sudah harapan Olivia. Crisstian memutuskan untuk ikut, dan Olivia tidak mungkin tiba-tiba menolak untuk ikut, karena Crisstina pasti akan sadar kalau ia tidak mau berdekatan dengan Crisstian jika ia menolak ikut. "Ok, kalau begitu, kita berangkat sekarang." "Ayo." Crisstian berdiri dari duduknya, lalu meraih jas. Crisstian melewati Olivia begitu saja, dan sebenarnya Crisstian tahu kalau Olivia tidak menyukai keputusannya untuk ikut makan siang bersama Crisstina. Olivia menghela nafas panjang, lalu mengikuti langkah Crisstian dan Crisstina. "Bagaimana kalau kita pergi dalam 1 mobil yang sama?" Secara bergantian, Crisstina menatap Crisstian dan Olivia. "Terserah kamu." Crisstian terlebih dahulu menjawab pertanyaan Crisstina. "Bagaimana Olivia, apa kamu tidak keberatan kalau kita pergi menggunakan mobil yang sama?" Kali ini Crisstina ingin mendengar pendapat Olivia. Olivia mengangguk. "Aku sama sekali tidak keberatan, Crisstina." Olivia memilih untuk mengikuti kemauan Crisstina. "Ok, kalau begitu kita pakai mobil aku aja." Crisstina memarkirkan mobilnya di dekat loby, jadi lift yang mereka naiki berhenti di loby, bukan di area basement. Crisstian terlebih dahulu keluar dari lift, disusul oleh Crisstina dan juga Olivia yang keluar secara bersamaan. Kedatangan ketiganya langsung menarik perhatian dari orang-orang yang saat ini ada di loby. "Sebentar." Crisstina menghentikan sejenak langkahnya, begitu juga dengan Crisstian dan Olivia. Crisstina bergegas meraih ponselnya yang berdering nyaring. Crisstina kembali melanjutkan langkahnya, setelah mengangkat panggilan dari Sein. "Sayang, kamu di mana?" "Crisstina masih di kantor Kak Crisstian, Mom." "Oh, kamu masih di sana." "Iya, memangnya kenapa, Mom?" "Kalian sudah makan siang?" "Belum, Mom." "Bagaimana kalau kita makan siang bersama?" "Memangnya sekarang Mommy di mana?" "Mommy dan Daddy di dekat kantornya Kak Crisstian." "Ya sudah, ayo kita makan siang bersama." Crisstina akan menolak ajakan makan siang dari Sein kalau Sein masih berada di mansion, mengingat letak mansion cukup jauh, jadi pasti akan memakan waktu lama, namun karena saat ini posisi Sein dekat dengan kantor Crisstian, jadi Crisstina menyanggupi ajakan makan siang tersebut. Ucapan Crisstina didengar jelas oleh Crisstian dan Olivia. Keduanya sama-sama terkejut. Crisstina lantas memberi tahu Sein, restoran mana yang ia pilih. "Mommy?" Crisstian bertanya tanpa menoleh ke arah Crisstina yang berjalan tepat di belakangnya. "Iya, Mommy," jawab Crisstina sesaat setelah mengakhiri panggilannya dengan Sein. "Mommy dan Daddy mengajak kita makan siang bersama," lanjutnya sambil tersenyum lebar. Tanpa sadar, Olivia meneguk kasar ludahnya. Tak menyangka kalau Anton dan Sein akan ikut makan siang bersamanya dan juga si kembar. Kalau tahu akan seperti ini, tadi Olivia pasti akan menolak ajakan Crisstina. "Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini?" Olivia bergumam, beruntungnya gumamannya hanya didengar oleh dirinya sendiri. Crisstina dan Olivia duduk di bagian depan, sedangkan Crisstian duduk sendiri di bagian belakang. Lokasi restoran yang Crisstina pilih dekat dengan posisi Anton dan Sein, jadi keduanya tiba terlebih dahulu. Selang beberapa menit kemudian, barulah Crisstian, Crisstina, dan Olivia sampai. Sein tidak tahu kalau Olivia juga ikut, jadi saat melihat Olivia datang bersama kedua anak kembarnya, Sein terkejut sekaligus bahagia. Kedatangan Olivia di restoran tersebut berbarengan dengan kedatangan Felix. Felix mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil ketika melihat siluet dari seorang wanita yang sangat ia kenal. "Olivia," gumamnya tanpa sadar ketika akhirnya bisa melihat wajah dari wanita tersebut. Felix terus memperhatikan Olivia. Felix pikir, Olivia datang sendiri, jadi luar biasa terkejut ketika melihat Felix datang bersama Crisstian dan Crisstina. "Ah, jadi dia makan siang bersama mereka berdua." Felix bergegas meraih ponselnya, lalu menghubungi orang yang awalnya akan ia ajak makan siang di restoran yang baru saja Olivia masuki. "Kita batalkan janji makan siang kita." "Loh, kenapa?" Sang wanita menyahut dengan nada ketus. "Nanti aku jelaskan, sekarang kita atur ulang pertemuan kita, jangan di restoran." Felix berbicara tegas, itu artinya Felix tidak mau dibantah. "Baiklah." Kali ini si wanita menyahut pasrah. Felix lalu mengirimkan alamat baru melalui pesan, setelah itu pergi meninggalkan area restoran. Anton, Sein, dan Crisstian duduk di sofa yang sama, sedangkan Crisstina dan Olivia duduk tepat di hadapan ketiganya. Tanpa sadar, Olivia mencuri pandang ke arah Anton dan Sein. Setelah melihat keduanya, sekarang Olivia tahu, gen siapa yang paling dominan di warisi oleh Crisstian dan Crisstina. Olivia tidak mau jika Anton dan Sein sadar jika keduanya sedang ia perhatikan, jadi Oliva segera mengalihkan pandangannya. "Astaga! Kenapa gue harus berada di sini sih?" Olivia membatin, merasa jika tidak seharusnya dirinya berada di antara keluarga Crisstian, rasanya benar-benar canggung. Olivia tak tahu harus apa, jadi lebih banyak diam. Pelayan datang menghampiri. Anton, Sein, si kembar Crisstian dan Crisstina, termasuk Olivia pun secara bergantian mulai memesan menu makan siang mereka. Olivia yang merasa canggung lebih memilih untuk diam, sesekali menanggapi ucapan Sein dan Crisstina ketika keduanya mulai meminta pendapatnya, atau bertanya padanya. Sedangkan Anton dan Crisstian mulai terlibat dalam obrolan serius seputar perusahaan. "Nick, saya akan turun terlebih dahulu." "Baik, Pak." Hamond keluar dari mobil, meninggalkan Nick yang kini mulai mencari tempat parkir mengingat tempat parkir di dekat pintu restoran sudah penuh. Hamond memasuki restoran, dan secara naluriah kedua matanya langsung mencari tempat duduk untuknya dan juga Nick. Atensi Hamond tiba-tiba tertuju pada sebuah meja yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. "Bukankah itu Olivia?" gumam Hamond sambil terus memperhatikan siluet dari sang wanita. Posisi wanita tersebut membelakangi Hamond, membuat Hamond tak tahu, apa tebakannya benar atau salah. Olivia akhirnya menolehkan kepalanya ke samping saat merasa jika ada orang yang terus memperhatikannya, binar bahagia terihat jelas di kedua matanya saat melihat Hamond. "Daddy!" Secara spontan, Olivia memanggil Hamond sambil melambaikan telapak tangan kanannya. Hamond tersenyum lebar, senang karena ia tidak salah menebak. Wanita yang sejak tadi ia perhatikan memang benar Olivia, putrinya. Atensi Anton, Sein, dan si kembar langsung tertuju pada orang yang baru saja Olivia panggil. Hamond melangkah mendekati Olivia. Cukup terkejut saat tahu kalau saat ini, Olivia sedang bersama keluarga Anton. Hamond terlebih dahulu menyapa Anton, setelah itu barulah menyapa Sein, dan juga yang lainnya. Anton, Sein, Crisstian dan Crisstina membalas ramah sapaan Hamond. Anton meminta Hamond untuk bergabung, dan dengan senang hati, Hamond menerima ajakan Anton. Hamond duduk di samping Olivia. "Daddy ke sini sama siapa?" "Daddy bersama Nick." Hamond menunjuk ke arah Nick yang baru saja memasuki restoran. "Mommy?" "Mommy sedang pergi bersama teman-temannya, Sayang." Anton kembali memanggil pelayan untuk melayani Hamond juga Nick yang baru saja bergabung. Awalnya suasana terasa canggung, tapi semakin lama semakin mencair. Anton dan Hamond mulai terlibat dalam obrolan, begitu juga dengan Sein, Crisstina, dan Olivia. Sedangkan Crisstian yang awalnya mengobrol dengan Anton jadi lebih banyak diam. "Situasi macam apa ini?" Crisstian membatin, sama sekali tak menyangka kalau siang ini, dirinya akan makan bersama kedua orang tuanya, dan orang tua Olivia. Tanpa sadar, Crisstian sesekali mencuri pandang ke arah Olivia. Olivia sadar kalau Crisstian terus memperhatikannya, dan jujur saja, Olivia merasa risih. Olivia ingin sekali menegur Crisstian, namun sayangnya situasinya tidak memungkinkan. *** Crisstian dan Olivia kembali ke kantor setelah selesai menikmati makan siang bersama. Crisstina memutuskan untuk pulang bersama Anton dan Sein, jadi Crisstian dan Olivia kembali ke kantor menggunakan mobil milik Crisstina. Awalnya Olivia menolak untuk kembali ke kantor bersama Crisstian, tapi Crisstian berhasil membujuk, atau lebih tepatnya memaksa Olivia. Sejak memasuki mobil, Olivia terus menatap ke luar jendela, sedangkan Crisstian fokus menyetir meskipun sesekali mencuri pandang ke arah Olivia. "Sebaiknya Anda fokus menyetir, Pak." Secara halus, tapi dengan nada tegas, Olivia menyindir Crisstian. Olivia sadar kalau sejak tadi Crisstian sering melirik ke arahnya. "Kamu tahu, saya sangat ingin mencium kamu, Olivia," ucap Crisstian dengan santainya. Dengan cepat, Olivia menoleh ke arah Crisstian, menatap sang atasan dengan mata melotot. "Tenang Olivia, saya tidak akan mencium kamu." Olivia memilih untuk tidak menanggapi semua ucapan Crisstian. Olivia tidak mau merusak suasana hatinya. "Saya jadi penasaran, kenapa tadi Felix tiba-tiba tidak jadi makan siang di restoran yang sama dengan kita?" Crisstian tahu kalau Olivia tidak akan bersuara, karena itulah Crisstian sengaja menyinggung hal yang pasti akan membuat Olivia bersuara. Pertanyaan Crisstian berhasil mengejutkan Olivia. Olivia kembali menoleh ke arah Crisstian, kali ini dengan kening yang penuh kerutan. "Ma-maksudnya?" tanyanya terbata. "Kedatangan kita ke restoran tadi berbarengan dengan Felix, apa kamu tidak melihat kedatangannya Olivia?" Crisstian sudah tahu apa jawaban dari pertanyaan yang baru saja ia ajukan pada Olivia, tapi Crisstian hanya ingin memastikannya saja. Secara spontan, Olivia menjawab pertanyaan Crisstian dengan gelengan kepala. "Ah, jadi kamu tidak melihat kedatangan Felix, Sayang sekali," gumam Crisstian sambil tersenyum sinis. Olivia memilih diam, otaknya sibuk memikirkan Felix. Ada banyak sekali pertanyaan yang kini memenuhi pikiran Olivia. Apa Crisstian tidak berbohong? Apa benar kalau tadi Felix datang ke restoran yang sama dengannya? Itulah beberapa pertanyaan yang ada dalam benak Olivia, dan yang paling mengganggu pikiran Olivia, jika memang benar tadi Felix datang ke restoran yang sama dengannya, lalu kenapa Felix tidak jadi makan siang di restoran tersebut? Kira-kira, apa alasannya? "Saya jadi penasaran, apa alasan Felix tiba-tiba mengurungkan niatnya untuk makan siang? Apa karena dia melihat kamu? Atau justru karena dia melihat saya? Atau justru karena dia melihat kamu dan saya?" "Apa itu penting?" Olivia bertanya sinis, pura-pura tak menganggap kalau itu semua tak penting. "Kenapa kamu bisa menganggap kalau itu tidak penting, Olivia? Bukankah itu sangat penting?" Olivia diam, dan mulai memikirkan pertanyaan yang baru saja Crisstian ajukan padanya. "Menurut saya itu sangat penting, dan saya juga tahu kalau kamu juga penasaran. Iya, kan?" Crisstian bertanya dengan nada mengejek. Olivia tidak menyangkal ucapan Crisstian. "Saya akan mencari tahu apa alasan Felix langsung pergi meninggalkan restoran setelah dia melihat kita, dan kalau saya sudah tahu apa alasannya, saya pasti akan memberi tahu kamu Olivia." "Mungkin dia ada urusan mendadak karena itulah dia langsung pergi meninggalkan restoran." Olivia mencoba berpikir positif. Kali ini giliran Crisstian yang diam. Crisstian yakin, pasti ada yang Felix sembunyikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD