Desire

1106 Words
Kaylee bersiap untuk membuka pakaiannya, tapi sebelum itu Kaylee menoleh kearah belakang untuk memastikan jika Maxwell benar-benar menolehkan wajahnya. Dan Kaylee bersyukur Maxwell menepati janjinya. Sebenarnya Kaylee masih bingung kenapa pria itu memberikannya cuma-cuma uang dengan jumlah cukup besar. Apakah cara orang kaya memang seperti itu. Kaylee bahkan berpikir gila jika Maxwell tidak menyukainya. Tidak tertarik dengan tubuhnya seperti orang-orang yang tergila-gila meminta dipuaskan olehnya. Tapi segera Kaylee mengenyahkan pikiran gilanya itu. Lagipula tidak mungkin dia melakukan hal 'itu' dengan tamu nya. Dia mengenyahkan itu semua karena ingin menjaganya sampai menikah nanti. Setidaknya itu yang dia jaga sampai saat ini. Tapi melihat Maxwell, dari sekian banyak tamu yang sudah membelinya, tidak ada yang seperti Maxwell dari segi penampilan. Maxwell tampan, Maxwell kaya, Maxwell memiliki segalanya. Percaya atau tidak, seperkian detik runtuh akan pesona pria itu. Tapi tentu saja Kaylee dengan cepat membuat bentengnya kembali. Tanpa Kaylee sadari, Maxwell menoleh memperhatikan Kaylee yang sedang membuka pakaiannya dan kini sedang membuka bagian dalamnya. Dengan senyum tersungging menatap wanita itu. Entah apa yang ada dipikiran Maxwell, pria itu seolah ingin berkata sesuatu tapi tidak dia ungkapkan. Dan kini Maxwell kembali menolehkan wajahnya saat Kaylee sudah selesai membuka semua benang yang menempel pada tubuhnya. Dengan hati-hati Kaylee mendekati Maxwell dengan pakaian yang ia taruh di d**a untuk menutupi tubuh polos nya. "Kau sudah selesai?" Tanya Maxwell saat merasakan kasur itu bergoyang tanda Kaylee sudah mendekat. "Hmm." Jawab Kaylee sambil menutupi tubuh atasnya dengan selimut. Sungguh sesuatu yang canggung dilakukan oleh Kaylee. Ini kali pertamanya melakukan itu dengan keadaan pria yang membelinya saat sadar. "Boleh aku membalikan wajah?" Maxwell meminta izin. "Ya." Jawabnya lagi sambil merapalkan doa agar tidak terjadi yang iya-iya karena tadi Kaylee sempat goyah. Maxwell menatap Kaylee yang sedang menundukkan kepalanya dan juga sedang sibuk membenahi diri agar tubuh polosnya tidak terekspos. Lagi-lagi Maxwell tersenyum tanpa sepengetahuan Kaylee. Entah kenapa dimata Maxwell Kaylee wanita yang berbeda sekaligus aneh. Orang yang mengenalnya dengan julukan 'b***h kelas atas' kini sedang malu-malu disampingnya. Padahal Maxwell sering mendengar jika sosok L itu luar biasa memuaskan nafsu para tamu nya. Tapi sekarang Maxwell berpikir jika yang ada dihadapannya itu seperti wanita yang tidak pernah melakukan apapun di ranjang. Maxwell membiarkan Kaylee nyaman terlebih dahulu. Melihat Kaylee yang terlihat tidak nyaman didekatnya dengan memegang erat selimut yang menutupi tubuhnya tampak menggemaskan bagi Maxwell. "Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Tanya Maxwell memecah keheningan sejenak. "Hah?" Kaylee menjadi telmi saat bersama pria itu. Berdua dengan pria didalam satu ruangan, ditambah dengan tubuh atas mereka yang sama-sama polos membuat Kaylee berpikir kemana-mana. "Kita, harus apa, dan melakukan apa?" Tanya Maxwell lagi menutupi kekehannya. "Ah.. itu." Ingin sekali Kaylee membenturkan kepalanya ke tembok agar dirinya sadar akan kebodohannya. "Kita harus berfoto untuk bukti." Kaylee melanjutkan. "Lalu?" Maxwell dengan santai bertanya dan menunggu apa yang harus dilakukan. "Itu- kita harus berbaring." Jawabnya lagi dengan suara lirih namun masih dapat di dengar oleh Maxwell. "Begini?" Maxwell menuruti apa yang dikatakan oleh Kaylee. "Ya." Jawabnya singkat. Sungguh situasi seperti ini tidak pernah terbayangkan oleh Kaylee. "Lalu?" Tanya Maxwell kepada Kaylee apa yang harus dilakukannya setelah itu. Kaylee menggigit bibir bawahnya sebelum melakukan hal selanjutnya. Karena yang harus dia lakukan adalah tidur di tangan Maxwell dan berpura-pura jika dia sudah bercinta dengan pria itu. "Kau gugup?" Tebak Maxwell melihat gelagat Kaylee. "Ah.. itu- tentu saja tidak." Demi menjaga nama baik L si b***h kelas atas, Kaylee berpura-pura jika dia biasa-biasa saja. Padahal di dalam dirinya bergetar hebat karena takut. Dengan pelan Kaylee berbaring di samping Maxwell lalu mengeluarkan ponselnya untuk berfoto. Tapi karena tangannya sedikit bergetar, foto yang diambilnya tidak jelas. "Perlu bantuan? Seperti nya kau sedang tidak baik-baik saja." Maxwell melihat semua yang Kaylee lakukan. "Saya baik-baik saja." Jawabnya cepat. Kaylee pun mencoba untuk melakukannya lagi. "Biar aku saja." Maxwell merebut ponsel Kaylee dan mengambil alih. Kaylee hanya diam saja saat Maxwell merebut ponselnya dan kini dialah yang memegang alih untuk memotret mereka. 'oh.. sial. Kenapa begini.' kesal Kaylee pada dirinya sendiri karena tidak becus walau hanya sekedar mengambil foto. "Bukankah kita harus terlihat natural agar mereka percaya?" Maxwell gemas melihat Kaylee seperti itu. Dia pun mengarahkan tangan Kaylee untuk ditaruh di d**a Maxwell dan menyuruh Kaylee untuk menaruh kepalanya di lengan kekarnya. Kaylee pun menurut. Dia tidak mau jika b***h boss nya mengetahui triknya. Dengan terpaksa Kaylee menaruh kepalanya dilengkapi Maxwell dan memeluk Maxwell. "Nah begini sudah benar." Maxwell pun memotret dirinya dan juga Kaylee yang sedang memeluk tubuh polosnya. "L!!" Panggil Maxwell. Kaylee langsung menoleh. Tapi yang dilakukan Maxwell membuatnya terkejut. Maxwell mencium pipinya. Sekarang wajah Kaylee memanas dengan yang dilakukan Maxwell. "Begini pasti mereka percaya." Maxwell menunjukan hasil fotonya. "Y-ya." Jawab Kaylee gugup dan menyembunyikan wajah memerah tomatnya. "Sekarang sudah selesai? Apa ada yang harus dilakukan lagi?" Tanya Maxwell. Belum Kaylee menjawab, ada ketukan pintu. "Kau tunggu disini." Maxwell hendak melihat siapa yang datang, Kaylee buru-buru menahan lengan Maxwell. "Biar saya saja." Kaylee menawarkan diri untuk dia saja yang melihat siapa yang datang. "Baiklah." Maxwell membiarkan Kaylee yang melihat siapa yang datang. Kaylee menarik selimut itu dengan cepat dan melihat siapa si pengetuk pintu. Dan saat Kaylee melihat dari interkom, Kaylee sangat terkejut dengan kedatangan yang tak terduga. Boss b***h datang ke kamar mereka. Kaylee menjadi panik. Maxwell melihat gelagat Kaylee yang aneh langsung menghampiri wanita itu untuk bertanya. "Ada apa?" Tanya Maxwell. Tapi Kaylee tidak menjawab, dia sibuk berpikir sesuatu. "Dia siapa?" Tanya Maxwell melihat wanita lanjut usia di depan kamarnya. "Dia-" "Mereka yang kau maksud?" Tebak Maxwell. Kaylee mengangguk sebagai jawaban. "Lalu apa yang membuatmu menjadi panik?" Tanya Maxwell. "Itu-" Kaylee benar-benar tidak bisa mengatakan apapun. "Apa?" Maxwell bingung sekaligus tidak mengerti apa yang dimaksud Kaylee. Kaylee pun memberanikan diri untuk berbicara. "Jadi aku harus memiliki tanda agar lebih meyakinkan dia." Kaylee menunjuk interkom yang memperlihatkan wajah b***h boss. "Tanda?" Maxwell tidak paham. "Itu, kissmark." Jawab Kaylee cepat. Ya, selain foto, Kaylee harus memiliki tanda kissmark di lehernya agar lebih meyakinkan b***h boss jika dia sudah bercinta. Jika sebelumnya Kaylee menggunakan make up sebagai tanda, tapi sekarang dengan adanya b***h boss yang langsung datang ke kamar mereka membuatnya kesulitan untuk membuat makeup seperti itu. Karena cukup memakan waktu untuk membuat tanda itu menjadi seperti sungguhan. "Kalau begitu aku buatkan." Maxwell menawarkan diri untuk membuat kissmark untuk Kaylee. "Hah?" Sungguh bodoh Kaylee saat ini. Tanpa menunggu Kaylee menjawab, Maxwell mendorong tubuh Kaylee ke tembok lalu menyingkirkan rambut Kaylee yang menutupi leher jenjangnya. Setelah itu tanpa ragu Maxwell menghisap leher Kaylee bagaikan vampir yang sedang menghisap darah. Sesuatu dalam diri Kaylee seperti tersengat aliran listrik sangat hebat. Kaki nya bergetar karena Maxwell kini sedang menghisap lehernya. Tanpa sadar Kaylee memejamkan matanya menikmati hisapan lembut dari Maxwell dilehernya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD