Stupidity

1546 Words
"Bisa kita mulai?" *** Pria bernama Maxwell ini mendekati Kaylee yang sedang membeku seakan terkena sihir oleh suara bariton dari pria itu. Bahkan sampai Maxwell sudah di depannya pun Kaylee masih tidak sadar, hingga pria itu mengibaskan tangannya di depan wajah cantik Kaylee. Kaylee pun tersadar akan lamunan nya. Ia pun segera bangun dari hipnotis itu dan mengatur wajahnya seperti biasa. "Ah.. Maaf saya melamun." Kaylee mencoba untuk biasa saja meskipun ia tahu di dalam dirinya meronta-ronta saat melihat wajah pria itu. Pria yang diketahui bernama Maxwell, pria dengan tubuh tinggi sekitar seratus sembilan puluh centi, dengan rahang tegas dengan bulu halus tumbuh dengan epicnya dan lagi, mata hansel itu menghipnotis nya tanpa ampun. Double kill untuk Kaylee. Kaylee rasa pria itu belum terlalu tua dan tidak muda juga. Perkiraan Kaylee mungkin Maxwell masih berumur awal empat puluhan atau masih akhir tiga puluhan. Tapi itu tidak bertahan lama saat otaknya kembali berkerja untuk agar dirinya sadar jika pria yang ada dihadapannya itu tamunya yang sudah siap untuk untuk dia puaskan meski dalam halusinasi. Akal sehatnya kembali menyadarkannya jika dia harus berlaku sebagai p*****r yang memuaskan tamu yang membayarnya. "Kau sudah siap?!" Maxwell kembali bertanya kepada Kaylee yang lagi-lagi membeku saat mendengar pria itu berbicara. Tanpa sadar Kaylee mengatupkan kedua bibirnya saat aroma itu melewati indera penciuman nya. "Hah?" Tapi nyatanya Kaylee seperti orang linglung saat sudah berhadapan dengan sosok Maxwell. "Pfftt." Maxwell tertawa melihat reaksi Kaylee. Kaylee mengernyitkan dahinya tidak mengerti kenapa Maxwell tertawa. Jantung Kaylee kembali berpacu saat otaknya berpikir jika Maxwell memiliki kelainan kejiwaan. Karena jika orang yang memiliki kelainan jiwa dengan obat yang dipunya tidak akan bisa ampuh. "Anda baik-baik saja?" Tanya Kaylee memastikan. "Apa saya terlihat tidak baik-baik saja?" Maxwell bertanya balik kepada Kaylee. Kaylee tidak menjawab. Kaylee tidak yakin apa pria dihadapan nya ini memiliki kelainan jiwa atau tidak, jika ya sangat disayangkan dengan wajah tampan yang dimiliki Maxwell. Kaylee mencoba bersikap biasa saja dan bersikap profesional sebagai b***h kelas atas. "Tadi anda bertanya apa?" Kaylee bertanya kembali. Maxwell lebih mendekat ke arah Kaylee dan berbicara dekat kupingnya. Kaylee terdiam membiarkan Maxwell lakukan, seolah pria itu memiliki kontrol ditubuhnya. "Kau sudah siap?" Bisik Maxwell. Bulu Kaylee meremang saat hembusan nafas pria itu mengenai kulitnya yang sensitif. Tapi Kaylee harus mengendalikan dirinya agar tidak terlihat aneh di depan pria yang akan menjadi korbannya. Tapi belum Kaylee berbicara, pria itu kembali tertawa kali ini sedikit lebih kencang dari sebelumnya. 'Mati aku.' Batin Kaylee yang benar-benar menganggap pria itu tidak waras. Tanpa di duga pria itu meletakan kepalanya diatas kepala Kaylee. Sambil menyeka air matanya akibat tertawa. "Inikah yang dimaksud rekan-rekanku?! L si p*****r nomer satu di Amerika?" Maxwell sedikit menunduk menyamakan tinggi tubuhnya dengan Kaylee. "Apa maksud anda?" Kaylee bingung apa yang dikatakan oleh Maxwell. "Berapa umurmu?" Tanya Maxwell kembali. Kaylee sedikit risih ditanya umur, karena menurutnya itu adalah hal privasi. Kaylee tidak menjawab pertanyaan Maxwell dan malah bertanya balik kepada pria itu. "Apa hanya bermain-main saja?" Kaylee kini berani menatap wajah Maxwell. Kaylee menyayangkan kalau pria setampan Maxwell tidak waras. Maxwell kembali menatap wajah Kaylee dengan tajam sampai membuat Kaylee risih. "Jika anda hanya ingin bermain-main, saya akan pergi dari tempat ini." Kaylee mulai jengah. "Sepertinya umurmu tidak jauh berbeda dengan anak saya." Ucap Maxwell. Kaylee tidak menjawab karena tidak perduli dengan siapa anak si pria itu. Dia pun memilih untuk pergi dari hadapan pria itu untuk mengambil minuman apapun untuk dia campur dengan obat yang biasa dia pakai untuk melakukan aksinya lalu diberikan kepada pria itu. Tapi saat dia mencari-cari obat yang ada di dalam tasnya, Kaylee tidak menemukan obatnya. Kaylee mulai takut. Bagaimana bisa dia melupakan hal penting itu. "Sstt sial." Kaylee memaki dirinya sendiri karena sudah melupakan hal yang seharusnya tidak dia lupakan. Lalu sekarang apa yang harus Kaylee lakukan tanpa obat itu. Tidak mungkin dia benar-benar melakukan hal 'itu' dengan Maxwell. Selain Kaylee tidak mau berhubungan seks dengan pria sebelum menikah, Kaylee juga takut diketahui jika dirinya masih virgin. Orang yang mengenal L adalah sosok p*****r kelas atas yang mampu memuaskan hasrat pria yang membelinya. Tapi jika ada yang mengetahui jika dirinya seorang virgin, apa yang akan dikatakan orang. Tentu saja Kaylee akan dipenjarakan karena kasus penipuan. Dan Kaylee tidak mau hal itu terjadi dengan cepat sampai ia mendapatkan sesuatu untuk tuanya nanti meskipun dia dipenjara. Dan sekarang kesempatan Kaylee mendapat uang besar dari pria bernama Maxwell. Lalu apa yang akan Kaylee lakukan jika obat yang s tidak selama ini membantunya melancarkan aksi tidak terbawa. Kaylee menggigit bibir bawahnya. Kesal karena kebodohan dirinya sendiri. Sekarang Kaylee harus memutar otak agar dia mendapatkan uang dari Maxwell tanpa harus menyerahkan tubuhnya. "Kau mencari sesuatu?" Suara Maxwell dari belakang mengagetkan Kaylee. Hari ini Kaylee diberikan terapi syok berkali-kali oleh Maxwell dengan hal sepele. "Ah.. tidak." Elaknya. Tentu saja, bagaimana mungkin Kaylee mengatakan jika dia m lupakan obat yang seharusnya dia berikan untuk Maxwell. "Kau panik?" Tebaknya. Kaylee mendesah dalam batinnya. Kenapa pria itu sangat peka, dan kenapa pria itu banyak bertanya. Itu ocehan yang ada di dalam hati Kaylee. Kaylee memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Maxwell. Pria yang membuat seluruh bulu kuduknya meremang. "Apa aku terlihat seperti itu?" Kaylee mencoba bersikap biasa saja. Dan kini dia mulai memainkan triknya tanpa obat kepada Maxwell. Setidaknya mengulur waktu agar Kaylee bisa berpikir bagaimana cara ia bisa lolos dan mendapat uang itu. Kaylee mencondongkan wajahnya menggoda Maxwell. Itu salah satu cara agar p****************g bisa takluk padanya. Sedangkan Maxwell hanya diam dan menatap Kaylee dalam diam. "Anda harus menunggu saya di sana sampai saya siap untuk anda." Ucapnya dengan suara dibuat-buat. Tapi Maxwell masih diam tidak menjawab. Kaylee menjadi kesal karena Maxwell tidak bereaksi apa-apa. Dia hanya dia menatapnya. Kaylee berharap Maxwell tidak menganggapnya aneh. "Sudahlah." Kata Maxwell dengan menghela nafasnya. Kaylee mengernyitkan kembali dahinya karena tidak mengerti dengan yang diucapkan Maxwell. Apa yang pria ini katakan? yangnya sudah? Tanya nya dalam hati Kaylee tidak mengerti. "Hah?" Kaylee tanpa sadar. "Temani saja saya disini beberapa saat." Maxwell berjalan menuju kasur dan duduk di sana. "Aku kesini bukan ingin melakukan hal 'itu'." Ucapnya Maxwell. Lagi dan lagi Kaylee tidak mengerti apa yang diucapkan pria itu. "Hah?" Hanya itu yang dapat Kaylee ucapkan, karena memang dia tidak mengerti. "Aku disini bukan ingin melakukan hal 'itu' denganmu. Tetua sialan itu yang memaksaku untuk kesini." Jawabnya. Ya, Maxwell memang datang bukan karena keinginannya, melainkan rekan bisnisnya yang memaksa Maxwell untuk menemui Kaylee dengan alasan Maxwell harus tidur dengan p*****r sekelas Kaylee. "Lagipula aku tidak mungkin melakukan itu padamu. Kau lebih pantas menjadi kekasih anakku." Ucapnya lagi sambil menatap Kaylee. "Duduklah." Maxwell menepuk tempat disebelahnya. Meminta Kaylee untuk duduk disampingnya. Kaylee pun menurut. Dia duduk disamping Maxwell. Ada sedikit rasa canggung mendera saat Kaylee bersebelahan dengan Maxwell. "Ambillah." Maxwell mengambil satu kertas berisi nominal yang tidak sedikit untuk diberikan kepada Kaylee. Kaylee tidak langsung mengambil cek uang itu karena bingung. Saking bingungnya, wanita cantik itu hanya menatap jumlah nominal yang tertulis didalam cek itu. "Ambillah." Maxwell meraih tangan Kaylee untuk mengambil cek yang ia berikan. "Apa maksud anda?" Kali ini kebingungan Kaylee semakin menjadi. Bukan menjawab, Maxwell malah mengacak-acak pucuk rambut Kaylee dengan gemas. "Itu untukmu karena sudah menemaniku." Maxwell dengan senyum tercetak diwajahnya. Kaylee memandang wajah Maxwell dengan aneh. Ini terasa mustahil untuknya karena tidak mungkin ada orang yang benar-benar memberikannya uang secara cuma-cuma tanpa melakukan apapun. "Tapi aku belum melakukan apapun untuk anda." Kata Kaylee masih tidak percaya. "Kau tidak perlu melakukan apapun untukku." Jawabnya dengan cepat. Kaylee mantap cek yang ada di tangannya. Jumlah itu cukup besar untuknya, dan Maxwell hanya memberikannya cuma-cuma. Seberapa kayanya pria itu. Batin Kaylee. Tapi tiba-tiba Kaylee teringat akan sesuatu. Ia melupakan jika dia harus memiliki bukti telah bercinta dengan tamunya kepada b***h boss nya. Seperti foto bersama. "Tapi maaf. Bisakah anda melakukan sesuatu untuk saya?" Kaylee minta dengan hati-hati. "Ya?" "Itu-, jika saya selesai melakukannya-, maksud saya, untuk tanda bukti jika saya melakukan tugas saya kepada orang itu (b***h boss) saya akan memberikannya foto sebagai tanda bukti." Kaylee berbicara dengan terbata. Jika biasanya Kaylee dengan berani membuka pakaian saat si p****************g itu sedang tidak sadarkan diri, tapi sekarang Maxwell yang sadar, dia sedikit ragu. "Sure!!" Maxwell tanpa ragu. Maxwell juga tahu siapa yang dimaksud 'orang itu' yang dikatakan oleh Kaylee. Kaylee menggigit bibir bawahnya karena takut meminta hal ini. Karena selain dirinya yang tidak mengenakan atasnya, si pria pun harus melakukan hal yang sama agar b***h boss percaya mereka melakukan 'itu'. "Tapi-" Kaylee bingung harus berbicara dari mana. "Bicaralah." Maxwell dengan sabar menunggu Kaylee. Kaylee menarik nafas dalam-dalam sebelum bicara. "Anda harus membuka pakaian anda agar orang itu percaya jika saya sudah melakukan tugas." Kaylee berbicara dengan cepat seperti sedang rap. Maxwell terkekeh pelan sebelum menyanggupi permintaan Kaylee. Tanpa banyak bicara, Maxwell membuka kemejanya hingga menampakkan tubuh proporsional nya. Kaylee meneguk saliva nya melihat tubuh Maxwell yang begitu indah. Kaylee menebak jika Maxwell tahun berolahraga. "Lalu?" Tanya Maxwell menyadarkan Kaylee yang sedang melamun. "Anda berbaring di kasur itu." Perintah Kaylee lagi. Dan Maxwell menuruti apa yang dikatakan Kaylee. Setelah melihat Maxwell berbaring, kini tugas untuk dirinya membuka pakaian nya juga. "Bisa anda memalingkan wajah anda?" Pinta Kaylee. Dan Maxwell dengan cepat menuruti apa yang Kaylee mau, lagi. "Jangan menoleh sampai saya selesai." Perintah Kaylee malu-malu. "Baiklah." Setelah melihat Maxwell memalingkan wajahnya, Kaylee sedikit menjauh untuk membuka pakaiannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD