Hari sudah menjelang sore, jam sudah menunjukan angka tiga lewat sepuluh menit saat Alexander menyadari jika sampai saat ini Vario tak kunjung menghubungi dirinya padahal menurut jadwalnya, siang tadi seharusnya Vario harus menghadiri meeting penting dengan petinggi di kantornya, untuk meluruskan beberapa proyek yang sempat tertunda karena hilangnya Vega K Dwayne, tapi apa? Sampai hari beranjak sore Vario masih tidak bisa di hubungi, bahkan GPS yang dia selipkan di saku baju Vario pun tidak bisa dia deteksi keberadaan.
"Oh sial. Lu kemana Rio, apa lu lupa jika kita masih harus menyelesaikan urusan kita dengan para lintah darat di perusahaan wanita itu? Jika lu ceroboh seperti ini? Ini sama aja artinya lu gak konsisten ma tujuan lu!" Kesal Alex saat lagi-lagi panggilannya tidak bisa terhubung dengan Vario.
Alex kehabisan akal, jadi akhirnya Alex melacak di mana ke beranda mobil Vario, dan yes, berhasil. Mobil Vario ternyata masih di lobi parkiran kampus, tapi kemana Vario pergi? Pikir Alexander lagi, dan detik yang sama , Alex bergegas ke titik koordinat mobil Vario , dan ya, mobil itu masih stay di area parkir yang kemarin Vario tempati. Pikir Alex, Vario mungkin kembali kena bullying oleh para mahasiswanya, namun saat Alex turun dari mobilnya, Alex melihat dua unit mobil ambulan kampus stay di depan pintu utama kampus dan beberapa pekerja khusus dengan pakaian mekanik.
"Apa yang terjadi?" Tanya Alex pada salah satu kru yang berseragam mekanik.
"Lift mati dari tadi pagi, namun baru ketauan tadi siang, dan kami sedang mencoba memperbaikinya." Jawab mekanik itu.
"Apa ada orang di dalamnya?" Tanya Alexander lagi.
"Kami masih belum tau, dan sungguh kami berharap jika tidak ada orang di dalam sana!" Jawab mekanik itu lagi. Dan Alex langsung menghela napas cukup dalam.
"Ini lift khusus untuk para pengajar. Jadi kemungkinan memang tidak akan di gunakan oleh mahasiswa di kampus ini!" Tambah mekanik lain yang baru mengeluarkan tas berisi alat-alat untuk memperbaiki lift tersebut. "Jadi apa kau seorang pengajar di tempat ini?" Sambung mekanik itu lagi pada Alex, saat beberapa mahasiswa yang kebetulan memiliki klas sore tengah berdiri menyaksikan bagaimana para mekanik itu menangani baja kokoh berkualitas tinggi.
"Tidak." Jawab Alex saat ikut menunggu mereka melakukan tugasnya.
Hampir lima belas menit mereka mengotak atik besi baja itu, hingga akhirnya pintu kokoh itu terbuka , dan mereka di kagetkan saat melihat ada dua orang tergeletak tak berdaya di lantai lift itu.
"Ada orang di dalam. Cepat,, kami butuh tandu!" Teriak mekanik itu saat melihat dua orang sudah terbaring dan dia yakin jika orang itu sudah terjebak di dalam lift dari tadi pagi.
Alex masih berdiri di sisi dinding saat petugas ambulans membawa tandu dan dua orang lagi membantu mengangkat tubuh seorang laki-laki untuk naik di tandu itu, namun Alex tak begitu melihat wajahnya karena terhalang oleh tubuh para petugas, dan detik berikutnya kembali dua orang petugas mengeluarkan seorang perempuan berambut pirang dari dalam sana dan,,,, "oh shitt!" Umpat Alex saat melihat jika itu adalah Vario.
"Rio. Rio,,," panik Alex saat menyadari jika itu adalah Vario. Vario tak menjawab karena kesadarannya hampir saja menghilang.
"Selamatkan dia,,,!" Lirih Vario dengan sisa nafasnya pada petugas yang sedang mengangkat tandunya, dan detik yang sama , kesadaran Vario benar-benar menghilang, dan keduanya akhirnya di bawa ke rumah sakit untuk segara mendapatkan pertolongan.
Di tempat lain.
Perusahaan Monster kembali gaduh. Mr. Ducati marah besar ketika Vega kembali tidak menghadiri meeting mereka, padahal kemari mereka sudah sepakat untuk membicarakan masalah perusahaan. Ini adalah kali kesekian Vega mengabaikan pertemuan penting mereka tanpa konfirmasi lebih dulu.
"Lihat. Putrimu kembali tidak menghadiri pertemuan penting perusahaan? Benar-benar tidak bisa di harapkan! Lalu apa sekarang? Apa kau tetap akan membelanya?" Kesal Mr. Ducati saat menghampiri Hanzel ke kediamannya karena meeting siang tadi berakhir gaduh karena Vega tidak hadir bahkan wanita itu tidak bisa di hubungi sama sekali.
"Dia putriku. Putri satu-satunya yang aku miliki. Jadi apapun yang dia lakukan, sudah pasti aku akan tetap membelanya. Dan aku yakin kali ini Vega, putriku punya alasan sendiri kenapa dia tidak menghadiri meeting siang tadi! Tapi bukankah meeting itu bisa ditunda? Ingat putriku adalah pemegang tombak di perusahaan itu dan hal yang sangat wajar jika mungkin dia memiliki kesibukan lain saat ini." Tolak Hanzel acuh sambil membaca majalah di tangannya. Hanzel adalah seorang ibu, dan naluri seorang ibu akan tetap membela anaknya meskipun anak itu mungkin benar telah berbuat salah tapi bukankah hal itu wajar , mengingat dia hanya seorang ibu dan aku yakin semua ibu di muka bumi ini akan tetap membela anaknya tanpa harus dipertanyakan lagi, mau itu benar atau salah.
"Shitt. Ingat Hanzel! Aku juga memiliki saham di perusahaan itu. Dan aku tidak ingin hanya karena kecerobohan putrimu kita semua dalam masalah besar." Tolak Mr Ducati mengingatkan jika bisnis ini tidak hanya dimiliki oleh Hanzel dan putrinya.
"Aku tahu." Jawab Hansel singkat.
"Lalu apa?"
"Kita tunggu Vega pulang. Dan kita bisa menanyakan langsung kenapa dia tidak menghadiri pertemuan ini." Jawab Hansel semakin acuh, bahkan Hanzel tidak mengalihkan pandangannya dari majalah yang ada di tangannya dan itu membuat Mr Ducati sangat muak dengan sikap Hanzel itu. Hanzel dan Mr Ducati adalah sepupu dari pihak ibu, dan mereka sudah bersitegang dari ketika Hanzel memegang jabatan CEO, menggantikan posisi papanya Mr Dwayne, padahal posisi itu sudah lama Mr Ducati incar. Dan saat bersamaan seseorang masuk dan memberi isyarat pada Hanzel untuk bicara. Hanzel hanya mengangguk dengan isyarat lalu orang itu menghampiri Hanzel, sedikit membungkuk untuk merapatkan wajahnya ke telinga Hanzel lalu berbisik,,,
"Bodyguard Nona muda mengabarkan ku jika Nona muda sedang berada di rumah sakit!" Bisik orang itu yang tidak lain adalah pengasuh Vega K Dwayne.
"What,,,!" Syok Hanzel spontan. Namun dengan cepat Hanzel menormalkan emosi dan ekspresi wajahnya dihadapan Mr Ducati, karena bagaimanapun dia tidak ingin siapapun tahu jika saat ini putrinya sedang tidak baik-baik saja karena itu bisa membuka peluang bagi mereka yang ingin menyingkirkan putrinya dari jabatannya saat ini. "Oh,,, baik kita akan kesana!" Ucap Hanzel lagi dengan ekspresi biasa lalu meminta Mr Ducati untuk keluar dari ruangannya.
"Aku akan menghubungi mu nanti , jadi pulanglah, karena aku sedang ada urusan lain!" Sarkas Hanzel saat berlalu meninggalkan Mr Ducati yang masih ingin komplen dengan sikap tidak bertanggungjawab Vega di perusahaan mereka.
Tiga jam berlalu.
"Bagaimana kondisi pemuda itu?" Tanya Vario saat mendapatkan kesadarannya setelah tiga jam tidak sadarkan diri.
"Siapa?" Tanya Alex sinis.
"Mahasiswa yang terjebak di lift bersama gue?" Lirih Vario lagi.
"Oh,,, keluarganya sudah mengurusnya. Lu gak perlu khawatir. Pikirkan diri lu aja dulu. Lu juga belum bisa di katakan baik-baik saja ma dokter!" Jawab Alex sedikit kesal karena Vario justru menanyakan kabar mahasiswa yang dari kemarin membuat onar dengannya.
"Gue baik-baik aja Alex. Ingat bokap gue dah membekali gue dengan segala kemungkinan seperti ini. Jangan lupa itu!" Sarkas Vario lagi mengingatkan Alex jika mereka memang sudah di bentuk untuk tetap tenang meskipun dalam kondisi darurat seperti ini. Alexandre dan Vario memang sama-sama tumbuh dan di didik dengan sangat keras, maka jangan heran jika sikap penguasa dan anti intimidasi itu sudah Vario kuasai dengan sangat baik. Tentu selama itu tidak melibatkan hati.
"Bokap? Siapa maksudnya?" Timpal Hanzel yang baru sampai di rumah sakit di mana Vario di rawat dan baru saja putrinya mengatakan jika bokapnya sudah mendidiknya dengan sangat keras!
"Mama!" Seru Vario berusaha memperlihatkan senyum terbaiknya karena sungguh Vario tidak ingin jika ibunya merasakan kekhawatiran yang berlebihan.
"Nyonya." Alex membungkuk sebagai sikap hormatnya lalu mundur beberapa langkah untuk memberikan Hanzel jalan lebih dekat ke ranjang putrinya.
"Siapa yang kau sebut bokap, Vega?" Tanya Hanzel mengulang ucapan dia sebelumnya.
"Oh tidak Mama. Alex hanya mengatakan jika dia sudah di didik oleh bokapnya untuk siap siaga ketika menjalankan tugasnya dan sepertinya dia benar-benar melakukannya dengan sangat baik." Vario meralat ucapannya karena sungguh dia tidak ingin jika percakapannya tadi dengan Alex justru membuat Hanzel curiga jika sebenarnya dia bukan lah Vega K Dwayne, putri wanita itu.
"Oh,," jawab Hanzel lalu meraih punggung tangan Vario untuk dia tangkupkan di pipi dingin wanita itu, Hanzel. "Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa sampai seperti ini?" Tanya Hanzel saat menyadari jika saat ini putrinya sedang di infus dan di pasangkan selang oksigen.
"Tidak apa-apa Mama. Ini hanya insiden kecil. Gue,,, eh aku terjebak di lift dari pagi tadi," jawab Vario lirih saat mengusap bulir bening yang sudah merembes di pipi wanita cantik itu.
"Kau terus saja membuat Mama khawatir. Dan itulah alasan Mama ingin kalian cepat-cepat menikah, agar dia bisa menjaga mu lebih baik dari Mama yang hanya wanita cacat!" Ucap Hanzel lagi mengingatkan rencana pernikahan yang Vega tunda sampai tahun depan dengan alasan, ingin fokus dengan perusahaan lebih dulu. Vario langsung menatap ke arah Alex karena dia melewatkan hal ini, dan kali ini Vario tidak tau harus berkata apa lagi.
"Mama. Bukankah kita sudah membahas ini? Jadi please aku mohon, jangan mendesak ku dengan itu dulu sebelum perusahaan kita aman terkendali." Jawab Vario berusaha sesantai mungkin karena dari bahasa yang Hanzel ucapkan tadi, Vario menyimpulkan jika Vega, memiliki tunangan dan sudah punya rencana untuk segera menikah. Dan sungguh baik Vario ataupun Alex melewati bagian ini.
"Tapi sayang,,,"
"Hust,,, aku jauh lebih senang menjadi anak Mama, bukan menjadi istri seseorang! Oh,,, apa Mama mau bilang jika Mama bosen punya anak seperti ku?" Ucap Vario mencoba membalikkan situasi.
"Apa maksudmu, Vega. Bagaimana mungkin Mama bosen punya anak seperti mu." Tolak Hanzel dengan apa yang baru saja Vega ucapkan. Sejak kapan orang tua bosen dengan anak-anaknya terlebih lagi jika itu adalah anak satu-satunya yang dia miliki. "Dia adalah laki-laki baik, dan dari keluarga baik-baik, Mama hanya tidak mau jika dia menyerah dengan keputusan mu yang terus saja menunda pernikahan kalian. Ingat, kesempatan baik tidak datang berkali-kali, sayang!" Sambung Hanzel lagi dan kali ini Vario hanya bisa mengangguk karena ternyata dia kehabisan kata untuk menjawab ucapan ibunya.
Setalah berbicara banyak, Vario meminta Hanzel untuk kembali ke rumah dan istirahat, namun wanita cantik dengan rambut pirang itu mengatakan akan menjaga putrinya karena tidak mau hal yang buruk kembali terjadi ketika dia meninggalkan putrinya yang sedang tidak baik-baik saja, dan tentu mereka tidak bisa menentang keinginan Hanzel tersebut, hingga akhirnya malam itu Hanzel benar-benar bermalam di rumah sakit, dan Vario baru bisa meminta Alexander untuk mencari tau tentang laki-laki yang menurut Hanzel merupakan tunangan putrinya yang saat ini masih berada di California untuk memantau proyeknya, agar saat dia bertemu dengan laki-laki itu, Vario sudah siap menghadapinya, saat Hanzel sudah terlelap di ranjang lain di ruangan yang sama.
Keesokan paginya.
Jupiter baru tersadar setelah pingsan hampir dua puluh jam, dan sama seperti Vario, Jupiter juga langsung menanyakan kondisi sang dosen ketika dia tersadar dari pingsannya.
"Bagaimana dengan dosen baru itu? Apa dia selamat?" Tanya Jupiter saat mendapatkan kesadarannya dan langsung bertemu pandang dengan Reyza dan Noy Doris yang ternyata berjaga semalaman setelah seseorang mengabarkan jika Jupiter terjebak di lift selama sepuluh jam dan kehabisan oksigen.
"Jadi lu benar-benar terjebak ma dosen baru itu?" Reyza memastikan jika kabar yang beredar itu benar adanya, dan Jupiter langsung mengagguk. "Oh,,, setelah video m***m kalian menggemparkan dunia maya, sekarang kalian juga terjebak di lift berdua?" Sambung Reyza terlihat begok dan Noy Doris hanya menyimak apa yang sedang Reyza tanyakan pada Jupiter. Reyza dan Noy Doris adalah saudara. Noy Doris yang memiliki kecerdasan lebih dari Reyza membuat Noy Doris bisa menyamai studi kakaknya, Reyza, sayang Noy Doris justru terjebak di klas spesial itu dan akhirnya ikut kacau seperti dua laki-laki di depannya. Reyza dan Jupiter.
Pagi itu Vario sudah di bolehkah pulang karena kondisinya memang sudah cukup stabil tapi tidak dengan Jupiter, dan pagi yang sama, Vario meminta Lexi, sekertarisnya untuk mengatur ulang jadwal meeting mereka karena seperti yang ibunya bilang semalam, Mr Ducati menggencarnya untuk segera meluruskan masalah di perusahaan, dan siang itu juga meeting kembali di gelar dan kali ini Vario benar-benar datang dan mengatasi segala masalah yang tiga Minggu ini bergejolak di perusahaannya.
Ada sebelas pimpinan perusahaan lain yang tergabung di tender besar perusahaan Monster, dan sebelas pimpinan itu langsung mengatakan setuju dengan segala yang Vario ucapkan. Ucapan Vario bagaikan mantra, bahkan tak satupun dari anggota meeting siang itu bisa membantah atau menolak gagasan dan penjelasan Vario, termasuk Mr, Ducati sendiri. Mr Ducati justru terlihat seperti lintah yang tidak berkutik ketika terkena percikan air, lalu kemana arogansi laki-laki itu yang dari kemarin terus menuntut ibunya dengan segala hal yang bahkan bisa di selesaikan dengan pertemuan singkat.
***
Satu Minggu berlalu.
Semua kembali normal. Vario kembali aktif ke kampus dan Jupiter yang masih dengan masa skorsingnya. Sampai detik ini Vario dan King Orion masih belum bisa bertemu dan King Orion sempat mengabaikan perihal skorsing putranya setelah insiden putranya terjebak di lift dan hampir kehilangan nyawanya, selama sepekan ini, Jupiter hanya berdiam diri di rumahnya dan hanya menghabiskan waktu di atas ranjangnya.
Malam itu Opan dan Reyza datang mengunjungi Jupiter di kediamannya. Ternyata tanpa kehadiran Jupiter mereka merasa ada yang kurang pas. Laksana sayur oncom tanpa sambel terasi.
"Ada balap di kilometer tiga lima. Dan kali ini gue dengar mereka pasang taruhan sangat gede! Lu mo ikut gak?" Ucap Opan ketika duduk di sudut ranjang di kamar Jupiter saat Jupiter baru selesai mandi air hangat.
"Siapa? Jangan bilang dia anak-anak group langit. Basi. Karena ujung-ujungnya mereka,,,"
"Eets. Tahan. Bukan mereka. Gue dengar mereka group pendatang baru, dan dari info yang gue dapat, ketua geng mereka seorang billionare." Potong Opan buru-buru karena Jupiter baru saja menebak salah.
"Sapa?" Jupiter.
"Udah. Ikut aja. Lumayan buat adu skil. Jarang-jarang kan kita bisa battle dengan penantang yang cukup tangguh, di tambah taruhannya lumayan gede!" Timpal Reyza dan Jupiter hanya menghela napas tapi juga langsung setuju untuk ikut karena ternyata dia juga merindukan aktivitas yang satu ini, dan tanpa basa basi, mereka segera meluncur menuju kilometer tiga lima, dan saat mereka sampai di tempat itu sekumpulan anak geng motor dan mobil sudah memenuhi tempat itu, bahkan ada yang sudah lepas dan mulai pasang taruhan dan kali ini Jupiter dan para antek-antek nya hanya menonton karena mereka menunggu taruhan gede lainnya dan mungkin akan menantang pemenang dari race saat ini.
Sebuah mobil seri Mercedes Benz melaju kencang ke arah garis finis, dan Jupiter tau jika itu adalah pemenang race kali ini.
"Woow. That good, baby. I like that!" Seru seorang laki-laki pada pengemudi di balik kaca gelap Mercedes Benz itu. Jupiter tidak begitu melihat siapa pengemudi di balik kaca gelap itu, tapi yang pasti orang itu memiliki rambut panjang, dan Jupiter yakin jika itu adalah seorang wanita.
"Ayo siapa lagi yang mau battle? Gue pasang taruhan dua per satu." Teriak laki-laki tampan dengan rambut pirang di bagian keningnya. Jupiter hanya menyimak, dia tidak ingin buru-buru menerima tantangan itu, karena dia ingin memastikan siapa lawannya kali ini.
"Oh ayolah. Apa hanya ini kemampuan dari kalian? Kami sudah bela-belain datang dari luar kota ketika mendengar jika jalanan di sini di kuasai oleh Driver handal. Ayo tunjukan kemampuan kalian!" Tantang orang itu lagi tapi Jupiter tetap hanya diam dengan mata yang fokus hanya pada sosok di balik kemudi dengan helm yang menutup wajah orang itu.
Seseorang memberikan satu botol minuman pada sang pengemudi dan Jupiter benar-benar tidak berkedip saat melihat orang di balik kaca gelap dan helm hitam itu dan saat orang itu membuka helm untuk meminum minuman yang seseorang berikan padanya.
Senyum misterius langsung terbit dari bingkai wajah tampan Jupiter saat tau siapa orang di balik kemudi itu.
"Come on geng. Jangan membuat kebanggaan kalian malu dengan di kalahkan oleh seorang pendatang. Gue bahkan memberikan kalian taruhan dua per satu. Apa,,,!"
"Gue terima tantangan lu!" Jawab Jupiter santai sambil tersenyum misterius pada orang yang dari tadi terus berkoar-koar menantangnya. "Tapi gue gak butuh taruhan seperti yang lu tawarkan!" Sambung Jupiter lagi.
"Maksud lu?" Tegas orang itu.
"Gue mau taruhan yang lain, dan gue mau driver lu yang akan bernegosiasi dengan gue!" Jawab Jupiter santai, dan orang itu langsung terlihat tidak setuju dengan apa yang Jupiter katakan.
Orang itu, langsung menghampiri pengemudi Mercedes Benz itu, lalu menyampaikan keinginan Jupiter tadi. Dia turun namun tetap menggunakan helm untuk menutup wajahnya.
"Kau ingin bertaruh dengan apa?" Tanya orang itu lagi, laki-laki yang menjadi pemegang taruhan mereka.
"Perjanjian, atau kesepakatan!" Jawab Jupiter.
"Perjanjian, kesepakatan?" Kutip orang itu lagi.
"Ya. Gue pengen pemenang lu bikin kesepakatan ma gue. Jika gue kalah, dia boleh minta apapun dari gue, tapi jika gue menang, gue juga boleh minta apapun dari dia!" Jawab Jupiter sarkasme, dan pengemudi di balik helm itu juga mendengar apa yang Jupiter ucapkan, lalu melambaikan tangannya tidak setuju dengan tawaran Jupiter, bersiap kembali masuk ke dalam mobilnya.
"Oh sepertinya dia tidak setuju!" Seru orang itu dan Jupiter justru merasa tidak terima dengan penolakan tersebut. Bukankah tadi dia yang menantang lebih dulu? Lalu kenapa ketika dia, Jupiter menawarkan penawaran, dia malah tidak setuju.
"Jangan bilang nyali kalian hanya sampai di sini?" Sarkas Jupiter acuh. Dan kata-kata Jupiter tadi membuat langkah sang pengemudi berhenti lalu berbalik menatap mata sang lawan, Jupiter.
"Aku tidak punya waktu untuk omong kosong seperti ini!" Jawab sang pemenang tadi terdengar dingin tapi Jupiter justru terkekeh.
"Bilang saja Anda takut menghadapi kekalahan!" Jupiter kembali memprovokasi lawannya, tapi pemenang tadi terlihat tidak menanggapi ucapan Jupiter. "Next time, jangan pernah sok menantang jika kalian tidak punya penawaran menarik, karena itu sama artinya dengan pecundang!" Sambung Jupiter dan pemenang tadi kembali berbalik untuk menatap Jupiter dengan tatapan intimidasi.
"Jaga ucapanmu!" Ucapnya penuh penekanan, dan Jupiter langsung berekspresi terkejut, dan takut sambil menutup mulutnya.
"Wow. Jadi bagaimana? Terima tantangan ini?" Sarkas Jupiter lagi, sambil mengulurkan tangannya meminta di jabat untuk kesepakatan dealnya dan pemenang tadi terlihat ragu tapi sejujurnya dia merasa sangat tertantang.
"Oke. Satu permintaan lawan satu permintaan!" Tegas pemenang tadi menegaskan taruhan mereka.
"DEAL." Jawab Jupiter percaya diri lalu mempersiapkan diri di belakang kemudinya untuk segera menyelesaikan pertarungan mereka. "Kena lu. Kali ini gue gak akan biarin lu menang. Dan akan gue pastikan lu akan mengakui jika gue pemenang dan akan selalu menjadi pemegang kendali." Batin Jupiter dengan sebelah sudut bibirnya yang tertarik membentuk senyum yang tak kan ada satu orang pun yang paham arti senyum itu, dan sederet rencana gila sudah tersusun rapi di otak licik Jupiter Orion.