After Marriage 9

1278 Words
Jam 02.00 dini hari Reya terbangun dari tidurnya. Ia mendadak gelisah. Di kepalanya terbayang semangkuk bubur ayam lengkap dengan toppingnya. Ah. Reya menoleh ke arah Daffa yang tertidur. Reya sebenarnya tidak ingin merepotkan Daffa, tapi mau bagaimana lagi?! Dengan memberanikan diri Reya mengusap pipi Daffa lalu menciumnya. "Ayaah.." panggilnya. Reya memeluk punggung Daffa. Reya berdecak gemas. Ia mengusap pipi Daffa lagi. "biii bangunnnnn!" panggilnya dengan nada manja. Daffa membuka matanya lalu memeluk Reya. "Ayo tidur sayang masih malem ini," kata Daffa. Mata pria itu akan tertutup lagi. Reya mengerucutkan bibir nya sebal. "Iih bii bangun duluuu!" Daffa mau tidak mau membuka matanya. Pria itu duduk bersandar di kepala ranjang sambil mengusap rambut Reya. "Kenapa buna?" Freya menatap Daffa, tangannya memainkan jari jari milik Daffa. "Mau bubur." Daffa terkejut. Pasalnya ini masih jam 02.00 dini hari, dan Reya meminta bubur. Daffa menarik napas lalu tersenyum ke arah Reya. "Iya aku cariin ya, kamu disini aja okaay?" Freya menggeleng. "Maunya dibuatin sama kamu," Daffa bengong. Seumur-umur ia tidak pernah memasak kecuali mendadar telur, memasak mie instan dan merebus air. Itupun terkadang gosong. "Hah? Gimana bisa sayang?" "Bisaa." "Aku gabisa buatnya bunaaa. Kita beli aja ya?" Usul Daffa memberi pengertian. Wajah reya langsung berubah masam. Matanya berkaca-kaca siap untuk menangis. Daffa langsung menarik Reya kedalam pelukannya lantas mengecup rambutnya. "Ssst. Jangan nangis sayaangg.." "Kamu jahat! Kamu ngga sayang aku sama dedek!" Freya menangis seperti anak kecil di pelukan Daffa. Perempuan itu duduk diatas pangkuan Daffa sambil menangis. Daffa mengusap rambut tebalnya. "Maaf sayaang," kata Daffa sembari menciumi rambut Reya. "Gak! Kamu jahaaaat! Kamu ngga sayang dedek! Ini kan bukan aku yang minta tapi dedek!" Kata Reya sesegukan. Daffa merasa bersalah. Ah, anak ayah sekali buah hatinya. "Ssttt sayaang. Oke-oke aku buatin ya, tapi kamu ajarin aku, gimana?" Freya mengangguk. Daffa tersenyum lalu merapihkan rambut Reya yang sedikit acak-acakan. "Yaudah yuk turun!" Sedetik kemudian Freya meloncat turun dari pangkuan Daffa dan mencium pipi suaminya. "I love you most, Daddy!" *** Daffa memakai celemek berwarna biru. Ia mengaitkan talinya di pinggang. Tangannya membuka kulkas dan mengeluarkan satu ekor ayam mentah dari freezer. "Itunya di pisah-pisahin dulu, A. Potong ayamnya, terus pisah daging sama tulangnyaa." Daffa mengikuti instruksi yang diberikan istrinya. Daffa mengambil pisau dan talenan lalu meletakkan ayam broiler itu diatas talenan. Daffa memotong ayam, lalu memisahkan daging serta tulang-tulang nya. "Kalo ini udah, terus ngapain lagi?" Tanya Daffa. Reya mengunyah kue kering dari toples diatas meja pantry lalu melihat ke arah Daffa. Daffa menyodorkan baskom hijau berisi tulang-tulang ayam dan dagingnya yang terpisah itu. "Itu pisahin yang daging sama tulangnya. Tulangnya kamu taruh panci, terus kasih air." "Hah? Buat apa?" "Buat bikin air kaldu ayam A," bumil satu itu berdiri lalu memberikan Batang seledri, bawang bombay, bawang putih, wortel, merica dan air. "Ini bahan-bahannya?" Kata Daffa. Ia terlihat cengo. Istrinya hebat karna begitu hapal tentang semua bahan masakan didapur mereka. Freya mengambil segelas air lalu meminum nya. Perempuan itu memperhatikan Daffa yang sedang mengaduk-aduk air kaldu ayam diatas panci. Daffa menyaring air kaldu ayam yang tadi dimasaknya ke dalam 2 gelas kaca berukuran besar. Daffa mengambil beras lalu mencucinya. Setelahnya ia memasak nasi memakai air biasa dengan air kaldu ayam. Selagi mengaduk nasi, Daffa menggoreng ayam yang tadi sudah dipisahkan dari tulangnya. Ia juga memotong daun seledri dan daun bawang. Setelah nasi itu menjadi lumar dan lembek, Daffa langsung menuangnya di mangkuk. Freya yang memperhatikan sedari tadi pun senang. Ia mengambil ponselnya lalu menginsta-story Daffa dengan caption : thankyou Daddy! Weyou! Daffa membawa mangkuk berisi bubur itu ke hadapan Freya. "Silahkan dimakan tuan Putri!" Daffa membungkukkan badan selayaknya pelayan kepada pelanggannya. Freya tertawa lalu memeluk lelaki itu. "Thankyou!" *** Caca membuka matanya karna bias cahaya yang masuk ke dalam melalui jendela dan gorden di kamarnya. Ia menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang lalu menguncir rambutnya asal. "Kepagian kali ya gua bangunnya?" Tanyanya pada diri sendiri. Ini hari Minggu, dan Caca malas melakukan segala macam kegiatan, kecuali ; menjenguk Dita. Caca mengambil ponsel diatas nakasnya. Ada satu pesan dari rekan kerjanya yang mengajak dirinya untuk pergi. Tapi perempuan itu berkata tidak bisa karna alasan ingin menjenguk anaknya. Caca membuka aplikasi i********: dan langsung membuka satu-persatu instastory dari para followingnya. Akun @freyaabigail ada di bagian ujung deretan instastory nya. Caca membukanya, dan matanya memanas ketika ia melihat Daffa dengan kaus oblong berwarna hitam dan celana panjang sedang menuangkan sebuah-oh tunggu, itu bubur ke dalam mangkuk. "Harusnya aku yang diposisi kamu, re. Aku yang lebih dulu sama Daffa. Kamu cuma orang baru." Katanya sambil terus memperhatikan instastory Reya. Di slide selanjutnya, ada foto mereka berdua dimana Freya mendekap kepala Daffa yang ada di perutnya. Caption yang ditulis Reya mampu membuat Caca kebakaran jenggot. Capt instastory Reya ; 'dedek nanti kalo udah gede ayah ajak ke planet mars ya! Bunda ngga usah kita ajak, oke?' -daddy. Me ; Caca membanting ponselnya ke kasur. Matanya menatap wajah Reya yang terlihat bahagia di foto tadi. "Alay banget si lo re." *** Daffa mengusap-usap rambut Reya yang sedang tertidur dipelukannya. Tadi setelah istrinya memakan bubur+manja-manja sebentar bersama dirinya, Freya tertidur. Lalu terbangun ketika adzan subuh. Ketika selesai sholat pun, perempuan itu tertidur lagi. Ah, bumil kan bebas! Pikiran Daffa tiba-tiba melayang ke Caca. Perempuan itu, ah ya, Daffa belum memberinya peringatan agar tidak macam-macam dengan istrinya. Tidak boleh. Daffa mengambil ponselnya, lalu mengklik kontak Caca. Menekan ikon chatt pada profil wanita itu. Daffa memperhatikan wajah Caca yang terpampang di profilenya. Perempuan ini cantik, baik, dan lucu. Dulu-dulu sekali Daffa mencintainya. Caca adalah wanita pertama yang di dekatinya disekolah. Daffa mengelus permukaan wajah Caca di photo itu. Terlihat lebih dewasa sekarang. Andai kata Caca tidak di jodohkan oleh Papa nya, maka bisa dipastikan perempuan yang ada di dekapannya sekarang bukanlah Reya. Astagfirullah! Daffa beristigfar. Ia khilaf berandai-andai. Daffa melihat wajah istrinya yang sedang tertidur. Wajahnya memang tidak se-dewasa Caca, karna Freya memiliki wajah yang imut yang sangat overload. "Caca," lirihnya pelan. *** Wanita cantik itu duduk dipinggiran kolam ikan sambil terus memegang gelang pemberian seseorang yang paling dia sayang beberapa bulan lalu. Wanita itu mengusap air matanya perlahan. Ia tidak ingin bersama dengan pria yang menjadi suaminya. Tidak ingin. Matanya terus mengawasi ikan-ikan koi yang sedang berebut makanan. Lagi, wanita itu menatap gelang berwarna hijau tosca dan biru itu perlahan. Gelang kesayangannya. Pundaknya ditepuk membuat ia menoleh. Menatap dingin wajah pria yang beberapa bulan ini menjadi suaminya. Galen Adyatma. Pria itu berdiri didepannya dengan membawa nampan berisi roti isi dan segelas s**u putih hangat. "Sarapan dulu Ca. Gabaik ga makan, kamu kan kamu penyakit maagh." Kata Galen. Caca menatap Galen tajam. "Ngga usah sok peduli!" "Aku peduli beneran sama kamu, ayo makan sayang.." Caca tersenyum sinis. "Ngga usah sayang-sayang! Najis gue disayang sama lo! Galen memejamkan matanya perlahan meski senyum tidak luntur dari wajahnya yang tampan. Mata biru safir Galen menatap mata coklat Caca, lalu mengusap bahunya. Caca buru-buru menepis tangan Galen dari bahunya. "Yaudah ngga papa kalo kamu ngga mau makan sekarang. Aku taruh disini ya." Caca hanya diam. Galen menaruh nampan itu disebelah Caca. "Aku kerja dulu, ya. I love u." Galen mencium kening Caca lalu mengusap perut Caca yang lumayan besar itu. Setelah Galen pergi, Caca menangis lagi. Ia menatap perutnya. Ia benci anak ini. Ia benci. Ia tidak ingin memiliki anak dari pria itu. Tidak ingin. Caca memukul perutnya meskipun ia tau ini akan sia-sia saja. Karna nyatanya bayi sialan ini akan tetap bertahan. Bertahan sekuat karang. Percayalah, sampai di miggu ke-12 kehamilannya sekarang, Caca tidak pernah mengonsumsi s**u ibu hamil apalagi vitamin untuk janinnya. Sekali lagi, ia tidak menginginkan bayi ini. Ia tidak mengharapkan bayi ini. Hanya Galen yang ingin bayi ini, Caca tidak. "Mati aja kamu!" Teriak Caca lalu memukuli perutnya sendiri dengan kencang. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD