Pertemuan

1268 Words
Dark Forest adalah hutan yang sangat luas dan lebat, merupakan rimba terluas di kerajaan Timur yang notabene adalah kerajaan yang terkenal dengan kesuburan tanamannya. Hutan berbahaya itu sendiri terletak sangat dekat dengan padang perbatasan kerajaan Selatan. Karena itulah, ketika sesuatu terjadi di sana, berita tidak akan secepat itu disadari oleh pihak istana. Seperti saat ini, korban jiwa yang jatuh di Dark Forest hampir mencapai ribuan dengan masing-masing kematian yang mengerikan. Seharusnya ini adalah berita yang sangat menggemparkan, namun karena jauhnya lokasi, butuh 20 tahun hingga istana benar-benar menyadari kejanggalannya. Dari luar, Dark Forest terlihat gelap dengan pepohonan tinggi dan dedaunan yang lebat, namun ketika menjelajah di dalamnya, keindahan yang tersaji tidak akan mudah ditemukan di hutan perawan lainnya. Bukit yang kaya, aliran sungai yang jernih serta ladang bunga bertebaran. Saat ini tiga manusia yang terlihat mini ketika berhadapan dengan pepohonan tinggi sedang menjelajah dengan berani, menantang maut dan mencari kematian, itu adalah julukan yang mereka dapatkan ketika sejumlah warga desa melihat mereka berjalan ke arah Dark forest. "Apa kau yakin jalurnya benar?" Boo yang sedang membabat tanaman merambat, menancapkan ujung pedangnya pada seekor python berukuran sedang yang bersembunyi dan mengintai di balik dedaunan kering. Demien kembali membentangkan peta yang dia bawa. "Aku yakin, kita telah melewati jalur yang benar. Rumah pemburu yang baru saja kita lewati ada di sini." Dia menunjuk pada segitiga hitam di peta. "Dan juga, menurut penuturan anak yang pernah bertemu penyihir itu, kita hanya perlu mengikuti sungai ini dan kita bisa mencapai tempat penyihir itu berada." "Apa perkataan anak itu benar-benar bisa dipercaya? Kau tahu kan, bagaimana anak seumuran mereka sering kali menghayalkan hal-hal aneh dan lagi, kita telah berada di hutan ini selama berhari-hari dan masih belum menemukan titik terang." "Aku tidak yakin, tapi dia adalah satu-satunya petunjuk." Demien menjilat bibirnya yang kering. Dia mendongak menatap langit yang mulai berwarna kekuningan Kemudian berbalik dan menghampiri Azure yang sejak tadi hanya mengikuti mereka dalam diam. "Yang Mulia, kita sebaiknya istirahat di sini malam ini, hari mulai gelap." Azure yang saat ini melepaskan baju mewah yang biasanya dia pakai dan hanya memakai pakaian yang terbuat dari kain katun, masih tidak bisa menyembunyikan aura terhormat yang dia miliki. Dia memberi anggukan pelan pada Demien dan memilih sebuah batu di pinggir sungai untuk tempatnya duduk, selagi dua pengawalnya itu mendirikan tenda dan menyalakan api unggun. Di siang hari, Dark Forest adalah hutan yang indah namun ketika malam, seperti hutan pada umumnya, Dark Forest menjadi menyeramkan dan berbahaya. Dengan berbagai macam hewan buas yang bisa saja datang menyerang. Malam itu, seperti malam sebelumnya, setelah makan malam, Boo dan Demien mematikan api unggun dan tidur di luar tenda sedangkan pangeran mereka telah beristirahat lebih dulu. Azure yang tengah tertidur, sayup-sayup mendengar alunan musik yang terdengar seperti seruling. Alunannya yang indah seharusnya membuat tidur seseorang kian nyenyak, namun Azure harus terbangun karena rasa geli di hidungnya. Ketika di membuka mata, yang dia lihat adalah seekor kupu-kupu biru yang entah bagaimana masuk ke dalam tenda. Anehnya, ketika Azure bangun dan bergerak, kupu-kupu itu tidak terbang menjauh, tetapi mengepakkan sayap indahnya di sekitar Azure, mengelilinginya seperti bunga yang menyediakan madu. Makin lama, suara seruling yang indah itu semakin terdengar jelas, memainkan musik yang sangat asing di telinga Azure. Kupu-kupu yang mengelilingi Azure tiba-tiba terbang melintasi celah kecil di tenda, dan entah mengapa, Azure memiliki dorongan di dalam hati untuk mengikuti binatang itu. Boo dan Demien masih tertidur dengan tenang, memeluk pedang mereka dengan posisi siaga. Namun ketika Azure lewat, keduanya masih tidur dengan sangat nyenyak. Azure yang melihat itu mengernyit, menyadari bahwa suasana ini aneh, namun intuisinya juga entah mengapa begitu yakin bahwa tidak ada sesuatu yang berbahaya di sini. Kupu-kupu itu masih terbang rendah, sayapnya yang berwarna biru seolah bercahaya ketika cahaya bulan menyentuhnya. Menciptakan fatamorgana bubuk cahaya yang indah. Begitu suara seruling terdengar semakin dekat, kupu-kupu itu kemudian bersembunyi di balik dedaunan dan tidak muncul lagi, seolah menghilang begitu saja. Namun, Azure tidak mempedulikan itu lagi, karena saat ini di depan matanya sesuatu yang lebih Indah menangkap perhatiannya. Di sebuah ladang Dandelion biru, di atas bukit kecil itu, seorang gadis tengah menari dengan gemulai. tariannya bukanlah tarian Kerajaan timur yang biasanya Azure nikmati, ini adalah tarian asing namun dengan keindahan yang lebih. Gadis itu, hanya memakai beberapa helai pakaian lusuh untuk menutupi daerah pribadinya, namun sama sekali tidak mengurangi pesonanya. Rambut panjangnya yang mencapai tumit seperti jubah emas yang menari bersama angin. Bibir tanpa sunggingan senyum tidak seperti penari pada umumnya, serta kaki jenjang tanpa alas yang menyentuh rerumputan seperti belaian. Semuanya hanya tentang kesederhanaan, tanpa gaun indah, perhiasan mewah dan permata. namun Azure menemukan keindahan yang tidak pernah dia temukan di setiap wanita bertitel keindahan di dalam hidupnya. Namun, meski terbuai oleh keindahan yang ada, hidup di dalam bahaya selama bertahun-tahun membuat Azure segera menyadari keanehan di depan matanya. Gadis itu memang menari dengan kedua tangan kosong yang melambai, lalu dari mana bunyi seruling itu berasal? Seharusnya ada orang lain lagi yang bermain musik? Azure mengedarkan pandangannya untuk mencari, namun segera melompat untuk menghindar begitu mendengar desingan benda tajam bergerak ke arahnya. Tak Seruling yang terbuat dari tulang itu tertancap tepat pada pohon yang tadinya berada di belakang Azure. Azure mengerutkan kening begitu seruling itu masih mengeluarkan suara. Namun, keanehan seperti itu tidak cukup untuk membuat perhatian Azure teralihkan. Dia kembali mengarahkan pandangannya pada lokasi wanita yang menari dengan waspada dan mendapatkan serangan bertubi-tubi dari pisau-pisau kecil tajam yang berkilau. Azure mengeluarkan pedangnya, memasang kuda-kuda dan menangkis beberapa lalu menghindari yang lain. Tapi sebelum dia bisa mengambil nafas, bunyi benda tajam yang membelah udara terdengar di balik punggungnya, membuatnya kembali siaga, dia berbalik dan melintangkan pedangnya. Cring Bunyi benda tajam yang saling bertubrukan memecah malam, gadis itu. Yang tadi menari kini berada tepat di hadapan Azure. Melompat dari atas pohon dan menyerang dengan pedang panjang. Mereka beradu pukulan selama beberapa waktu, namun tidak satu pun yang berhasil untuk melukai lawan masing-masing. Karena lokasi mereka yang berada di bawah pepohonan lebat, Azure tidak bisa melihat bagaimana wajah gadis itu dan hanya melihat siluetnya yang sangat mahir memainkan pedang walaupun tekniknya sama sekali bukan teknik kerajaan timur maupun tiga kerajaan lainnya. Gerakan gadis itu seperti gerakan liar yang hanya mengikuti naluri, namun selalu bisa memprediksi gerakan lawannya. Di balik bayang-bayang pepohonan, Azura tersenyum tipis. Untuk sekian lama, belum ada yang bisa membuatnya mengadu teknik pedang hingga bersemangat seperti ini. Mereka saling menyerang dan menahan, bertarung dengan teknik berbeda namun sama-sama kuat, berlanjut hingga Azure yang memang berniat melihat wajah gadis itu terus bergerak mundur untuk mencari lebih banyak cahaya namun terlambat menyadari bahwa di belakangnya adalah bukit kecil, yang jika dia jatuh akan membuatnya cukup dirugikan. Samar-samar Azure melihat bibir gadis itu sedikit menampakkan seringai tipis, yang berarti dia memang sengaja menggiringnya ke jurang kecil ini. Azure mengeluarkan seringai yang sama dan ketika gadis itu sedikit lengah, Azure maju, menangkis pedang yang diarahkan ke lehernya dan menarik pinggang gadis itu, lalu jatuh dari bukit bersamanya. Mereka berguling-guling beberapa kali sebelum berhenti. Azure menghunus pedangnya ke leher gadis itu dan begitu pun sebaliknya, lalu di saat bersamaan pandangan mereka bertemu. Azure berbaring di ladang bunga Dandelion yang tidak begitu tinggi dengan gadis itu yang duduk di atas perutnya. Cahaya bulan cukup cerah untuknya melihat setiap inci wajah gadis itu. Rambut pirang emasnya yang panjang bergelombang, bergerak tertiup angin dan wajah putih bersihnya seolah memantulkan cahaya bulan. Dan mata itu. Deg. Azure seolah melihat sepasang permata paling berharga di dunia, sepasang mata merah yang memesona dan menghanyutkan. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD