Persepsi dan semua anggapanku salah. Kukira mereka memerhatikanku karena mereka takjub akan perkenalan pertamanya dengan guru barunya, kuanggap mereka terkesan dengan penampilanku, kusangka mereka menaruh perhatian besar. Nyatanya, mereka menungguku terjatuh dari kursi yang telah mereka susun jatuh, dipasang sebagai penyambutan meriah nan indah bagiku. Aku keluar kelas, kepalaku berkunang-kunang. Sempat lagi kulihat Bu Siska melihatku, dan bukanlah senyum resah yang kudapat, melainkan senyum-senyum yang benar karena lucu. Dia menutup mulutnya, ada sedikit binar di mata lentiknya. Aku pun ikut tersenyum, sambil berlari menghindar. Kucari toilet di belakang sekolah, di dekat kantor guru. Ketika melewati satu toilet untuk siswa, mataku terbelalak karena di sana antri sampai lima orang. Ak