Bridesmaid - 02

1484 Words
Clara menutup kopernya yang sudah terisi penuh dengan berbagai pakaian yang akan ka bawa ke Bali. Ia menyeret kopernya itu ke sudut kamar, setelah itu kembali ke kasurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dan Clara besok akan berangkat jam sembilan pagi. Clara mengembuskan napas panjang lalu berguling ke samping. "Bisa dapat jodoh nggak ya nanti di Bali? Kalau enggak, mampus aja pasti Mama bakalan ngamuk. Lagian kenapa sih, selama ini yang deketin aku orangnya gitu-gitu mulu? Nggak ada yang cocok satupun." Clara menggerutu. Clara memeluk gulingnya erat. Pikirannya masih berkeliaran memikirkan hal-hal apa saja yang sudah ia lewati selama dua puluh lima tahun hidupnya. Dua kali pacaran. Yang pertama, cinta monyet. Sekadar Clara terima cintanya karena saat itu hampir semua siswa seusianya punya pacar. Toh pacar pertama Clara itu juga memiliki paras dan otak di atas rata-rata, meski sedikit kutu buku. Ariel namanya. Lalu pacar kedua, awalnya iseng saja Clara pacari. Namun lama-lama Clara terlewat nyaman sampai akhirnya ia benar-benar jatuh cinta dengan laki-laki itu. Sayang, setelah setahun lebih menjalin kasih, akhirnya hubungan mereka kandas karena Leon - kekasih Clara, ketahuan selingkuh dengan teman kampusnya. Yup. Mereka berpacaran saat akhir masa SMA, hingga awal kuliah. Saat lulus SMA mereka terpaksa menjalani long distance relationship karena saat itu Clara mendapat beasiswa di Yogyakarta, sedangkan Leon diterima di universitas yang ada di Singapore. Berbeda dengan Ariel yang kutu buku, Leon merupakan salah satu siswa paling tampan dan keren di SMA dulu. Secara penampilan, tak kalah dari Ariel. Namun secara otak, Ariel lah pemenangnya. Ariel selalu langganan di peringkat tiga besar paralel, sementara Leon, biasanya hanya pendapat peringkat menengah. "Ish... harus lebih baik dari mereka. Kalau perlu, semua gabungan sisi positif mereka. Tampan, terkenal, kaya seperti Leon, tapi juga rajin, ramah, dan lembut seperti Ariel," gumam Clara. Setelah cukup lama sibuk dengan pikirannya, akhirnya Clara jatuh ke alam bawah sadarnya. Ia harus beristirahat dengan cukup malam ini. Karena mulai besok, kehidupan barunya akan segera dimulai. *** Bali, 12 Juli 2020 Clara sibuk dengan ponselnya. Mengirim pesan pada Natlyn yang tadi sempat menawarkan diri untuk menjemputnya, tapi tidak kunjung datang. "Clara!" Clara cepat-cepat memusatkan perhatiannya ke arah sumber suara. Dan di sana, tampak sepupunya yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. Natlyn berlari ke arah Clara lalu memeluk sepupunya itu erat. "Akhirnya kamu datang juga," ujar Natlyn kesenangan. "I-iya. Aku kira kamu belum sampai," ujar Clara sembari melepas pelukan Natlyn. "Aku udah dari tadi. Cuma HP nya ketinggalan di mobil. Sudah ayo aku bantu!" ajak Natlyn sambil mengambil alih koper Clara. Clara mengikuti Natlyn sembari celingukan seperti sedang mencari sesuatu. "Kamu mencari apa, sih?" tanya Natlyn. Clara sedikit terkejut. Ternyata kini mereka sudah sampai tepat di samping sebuah mobil berwarna putih. Clara yang merasa asing dengan mobil itu pun segera bertanya pada Natlyn, "Ini mobil kamu? Baru?" tanya Clara. Natlyn mengangguk, kemudian menghampiri Clara kembali setelah menyimpan koper Clara di bagasi. "Calon suami aku yang belikan. Karena setelah menikah nanti, dia masih ada pekerjaan di sini cukup lama. Jadi ya mau nggak mau aku harus ikut tinggal di sini untuk waktu yang lebih lama," terang Natlyn. Clara mengangguk paham. Memang apa lagi? Namanya juga orang kaya. Mobil seperti ini pasti bukan sesuatu besar baginya. Clara membuka pintu, lalu masuk ke mobil Natlyn. Tak lama kemudian, Natlyn pun duduk di bangku kemudi. "Oh iya, kita bakal nginep di mana?" tanya Clara memecah keheningan. Meski sebenarnya otaknya sedang berandai-andai, tinggal di sebuah hotel mewah dan memiliki tetangga pria bujang berparas tampan yang akan jatuh cinta padanya. "Villa calon suamiku. Nantinya kami akan tinggal di villa ini setelah menikah. Tapi sekarang-" "Jadi obat nyamuk dong aku?" potong Clara. "Nggak gitu, Clara. Saat ini dia masih stay di apartemen kok. Dia baru akan tinggal di villa setelah kami benar-benar sah," terang Natlyn. Clara menghela napas lega. Ia pikir ia akan jadi obat nyamuk, tinggal dengan sepasang calon suami-istri yang tengah kasmaran. "Kamu cuma tinggal sendirian selama aku belum datang?" tanya Clara lagi. "Iyaps. Ya mau sama siapa lagi? Orang tua kita baru akan datang minggu depan bersama tamu VIP lain. Dan mereka juga akan langsung ditempatkan di hotel milik teman calon suamiku," balas Natlyn santai. Clara mengangguk paham. Setidaknya ia bisa bebas jika tinggal bersama Natlyn di villa. Walau sebenarnya ia sedikit kecewa, karena bayangannya bertemu dengan pria tampan sepertinya tidak akan terjadi. "Nanti kamu beresin barang-barang kamu, setelah itu anterin aku ke tempat pembuatan undangan, ya?" pinta Natlyn yang segera diangguki Clara. Memang dia mau ngapain lagi kalau nggak ikut dengan Natlyn. "Habis itu aku ajak kamu jalan-jalan sekitaran sini," imbuh Natlyn sembari tersenyum manis. Mata Clara seketika menjadi berbinar. Inilah yang ia tunggu-tunggu. Menikmati liburan di Pulau Dewata Bali. * Seperti yang diucapkan Natlyn sebelumnya, ia mengajak Clara pergi ke tempat pemesanan undangan untuk melihat hasil jadinya. Hanya melihat, dan merevisi jika ada yang salah. Selebihnya, orang-orang calon suami Natlyn yang akan mengurus sekaligus menyebarkannya. "Bagus. Kalau dari saya sih clear ya, seperti ini," ujar Natlyn. Clara yang sedang melihat-lihat katalog pun segera menatap ke arah undangan Natlyn kemudian mengangguk. "Menurut kamu ada yang perlu diperbaiki nggak, Cla?" tanya Natlyn. "Sudah bagus. Simple dan elegan. Detailnya juga nggak ada masalah," jawab Clara. Dari model undangannya saja Clara sudah bisa menebak, akan semegah apa pernikahan sepupunya itu nanti. "Ya udah ini aja, Mbak. Ini tinggal nulis nama aja, kan? Daftarnya sudah dikasih?" tanya Natlyn mengkonfirmasi. "Iya tinggal tulis nama tamu aja. Untuk datanya-" "Ada di flashdisk ini, Mbak." Baik Clara, Natlyn dan pihak pembuat undangan langsung menatap ke arah datangnya suara. Tampak seorang laki-laki bersetelan jas hitam baru saja masuk ke ruangan tempat mereka mengobrol. Clara membulatkan matanya melihat siapa laki-laki itu. Apakah dia adalah calon suami Natlyn? Benarkah laki-laki itu? Di antara miliyaran laki-laki, kenapa harus dia? Kenapa harus Leon Tungga Ariswara, mantan kekasih Clara yang bahkan sampai sekarang belum bisa wanita itu lupakan? Leon berjalan ke arah meja. Sadar dari lamunannya, Clara berusaha memalingkan wajahnya ke arah lain. Katalog menjadi pilihannya. Ia menunduk sembari fokus membolak-balik katalog itu agar tak bertatapan dengan Leon. 'Tak' Clara dapat melihat jika flashdisk itu sudah diletakkan di atas meja. "Makasih ya, Leon. Aku kira sudah dikirim via email," ujar Natlyn. "Alamat email pihak pembuatan undangan hilang. Awalnya mau minta lewat chat, tapi ya sudah sekalian saja karena aku juga mau ke sekitar sini," jawab Leon. Clara sedikit terkejut saat laki-laki itu duduk tepat di hadapannya. Tangannya bergetar, tapi ia berusaha menahannya. "Kamu fokus banget lihat katalognya? Udah nggak sabar juga pasti pengen nyusul?" goda Natlyn yang membuat Clara kelabakan. "Ha? Eng-enggak. Ini aku cuma-" "Ish, makanya buruan sih cari calon! Nanti gantian aku yang jadi bridesmaid kamu," potong Natlyn yang membuat Clara menggeleng salah tingkah. "Clara?" Dan suara itu akhirnya kembali terdengar. "Loh, kalian sudah kenal? Kenal di mana?" tanya Natlyn tampak begitu antusias. Perlahan, Clara mengangkat kepalanya. Menatap laki-laki yang baru saja menyebut namanya itu. "Oh, Leon ternyata," ujar Clara pura-pura baru sadar kalau laki-laki itu adalah mantan kekasihnya. "Dia teman SMA ku, Nat. Kami dulu sempat-" "Emm.. udah kan, Nat? Itu bagus kok. Ydah fix itu aja," sambar Clara yang tak mau mendengar ucapan Leon selanjutnya. Natlyn menatap dua insan di depannya dengan penuh selidik. Pasti ada sesuatu yang sedang berusaha Clara tutupi. Dan itu ada hubungannya dengan Leon. Ia pun jadi penasaran. "Sempat apa, Leon?" tanya Natlyn. "Pacaran. Ya, cukup lama. Satu tahun lebih lah. Iya kan, Cla?" Leon seakan meminta konfirmasi dari Clara. Clara menelan salivanya kasar. Sementara Natlyn tampak tersenyum cerah mendengar ucapan Leon. "Aku itu- aku- aku- nggak-" "Bagus, dong! Bisa pas banget. Oh iya, Leon, kamu masih sibuk enggak? Bagaimana kalau kamu ikut kami jalan-jalan? Clara kan baru saja sampai, rencananya aku mau ajak dia berkeliling sekitar sini," ajak Natlyn yang membuat mata Clara membulat. "Boleh. Tapi bisa aku nebeng ke kamu? Aku yang nyetir. Soalnya aku ke sini nggak bawa mobil," ucap Leon yang langsung mendapat persetujuan dari Natlyn. Clara menghela napas panjang. Di hari pertamanya sampai di Bali, ternyata ia benar-benar ditakdirkan menjadi obat nyamuk pasangan yang sedang dimabuk asmara. Terlebih, laki-lakinya adalah mantan kekasihnya dulu. Mantan yang hingga kini masih sering bergentayangan di pikiran Clara. Clara tersentak saat Natlyn sudah menarik tangannya berdiri. Tap.... Tatapan Clara dan Leon bertemu saat Clara akan melewati laki-laki itu. Dan laki-laki itu, menatapnya sembari tersenyum miring. Apa maksud dari senyuman itu? *** Bersambung.... Nahloh... gimana tuh kalau kalian ada di posisi Clara? Masa iya jadi bridesmaid di nikahan mantan? Sinopsis cerita ini rencananya baru akan aku kirim ke editor setelah lebaran. Tapi outline sudah fix kok. Doakan semoga lancar dan cepat acc, ya.. nanti kita daily update setelah Black Rose tamat. Pokoknya simpan aja dulu cerita ini ke pustaka kalian, dan follow ig riskandria06 serta sss Andriani Riska biar tahu updatean semua cerita aku lewat sana. Terima kasih sudah mampir :)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD