BAB 14: KEMATIAN RANDY NOLAN

1394 Words
Kesehatan Garry kembali dengan cepat. Dalam dua hari, pria itu sudah bisa berjalan tanpa dibantu orang lain. Dia juga sudah bisa makan makanan padat yang membuat energinya dengan cepat kembali. Di hari keempat, dia sudah bisa menembak tepat sasaran di papan latihan. Dia hanya belum diijinkan untuk mengangkat beban karena takut mencederai ototnya yang belum pulih. Tidak ada lagi kisah romantis Sissy dan Garry karena Rose selalu berjaga di sebelah Sissy seperti bayangan, kecuali saat mereka tidur. Garry mensyukuri hal itu, berbanding terbalik dengan Sissy yang kesal. “Rose, tidak bisakah kau tidak menempeliku setiap hari? Lebih baik kau temani Diego!” keluh Sissy. “Dan meninggalkanmu berdua dengan Garry yang sudah sehat? Tidak!” tolak Rose. “Bagaimana aku bisa modusin Garry jika kau terus menempel kek lem begitu!” omel Sissy. “Bukankah kau sudah satu bulan disini? Seingatku Om Andreas hanya mengijinkan kamu sebulan disini,” tanya Rose. “Ya karena itulah, waktu sudah mepet. Berikan aku waktu berdua dengan Garry. Hubungan kami tidak bisa maju kalau kau selalu menggentayangiku!” Rose menoleh pada sahabatnya yang sudah menatapnya kesal. Dia menghela nafas karena harus mematahkan hati sahabatnya. Dia menggenggam tangan Sissy dan menatap tepat di mata sahabatnya itu. “Sissy, dengarkan aku. Sejak awal aku tidak setuju kau mendekati Garry Kean dan tidak akan setuju sampai kapanpun. Kau tahu kan dia pembunuh bayaran, pekerjaannya adalah membunuh orang, mem-bu-nuh. Kau mengerti kan? Hatimu sangat lembut, kau bahkan tidak tega saat melihat hewan liar sakit, kau langsung membawa mereka ke Dokter. Bagaimana kau bisa hidup dengan pria yang pekerjaannya mengambil nyawa orang? Disaat kau bahkan sangat memperdulikan nyawa kecil seperti nyawa binatang.” kata Rose yang membuat wajah Sissy mendung. “Dan jikapun kau masih memaksa dan berhasil menikah dengan Garry, kau tidak akan tahu berapa banyak orang yang ingin membunuhnya untuk membalas dendam kematian keluarga atau teman mereka.” Rose mengeratkan genggaman tangannya saat melihat Sissy hendak protes. “Aku tahu kau ingin mengatakan kalau kau sudah melatih dirimu untuk menjadi kuat. Tapi dapatkah kau bayangkan jika nanti kalian menikah dan anak kalian yang menjadi target pembalasan dendam dan kau harus melihatnya mati?” tanya Rose yang membuat Sissy memucat. Dia tidak pernah memikirkan hal itu, selama ini dia hanya memikirkan dirinya sendiri yang selalu berusaha agar menjadi kuat agar tidak menyusahkan Garry. Dia belum sampai di titik memikirkan jika dia memiliki anak nantinya. “Aku takut. Aku sendiri sangat takut. Bisa dibilang aku hidup dalam ketakutan sekarang. Ibuku meninggal karena dibunuh oleh Fernando Laruzzo. Jika saja Ibuku tidak memaksa untuk mengejar dan membunuh Justin, dia pasti masih hidup. Tapi dia memilih untuk terus mengejar Justin dengan menghalalkan segala cara, yang membuatnya mati dibunuh. Aku tidak pernah mengatakan pada Justin, tapi semenjak aku tahu aku hamil, aku takut musuh Justin nanti akan menculik atau membunuh anakku untuk membalas dendam padanya. Percayalah, rasanya itu sangat mengerikan dan aku tidak mau kau merasakan hal yang sama.” Rose mulai terisak saat dia akhirnya menumpahkan ketakutannya selama ini. Dia tidak ingin Justin khawatir, karena itu dia tidak pernah mengatakannya pada suaminya itu. “Aku tidak bisa mundur. Semenjak aku setuju menikah dengan Justin, aku sudah berjanji kalau tidak ada perceraian diantara kami walau tidak ada cinta saat itu. Hingga saat cinta itu datang dan semua pengorbanan yang dilakukan Justin untukku, aku tahu kalau inilah jalanku. Jalan yang memang ditakdirkan untukku, karena sekarang akupun tidak bisa hidup tanpa Justin. Jadi memang aku mengambil resiko itu. Tapi semua ini berbeda untukmu, Sissy, kau masih bisa mencari cinta yang lain, kau masih bisa menjalani hidup yang selama ini kau jalani, menikah dengan pria lain dan memiliki anak tanpa harus setiap hari waswas akan ada yang mau membunuh mereka. Kau mengerti maksudku, kan?” Rose menjelaskan panjang lebar dengan berurai air mata, begitu juga dengan Sissy yang air matanya sudah sama banjirnya dengan Rose. Mendengarkan curahan hati Rose membuatnya sedih. Dia tidak tahu kalau selama ini Rose didera ketakutan karena posisinya sebagai istri bos mafia. Semenjak melihat Rose lagi di Jakarta, sahabatnya itu tidak menunjukkan kelemahannya sama sekali. Rose memang kalem, tapi biasa mereka masih berbagi cerita, bahkan saat kekasih sahabatnya yang ternyata penjahat itu dulu pergi dan Rose harus menikah dengan teman kekasihnya, Rose masih menceritakan garis besar kisah hidupnya itu. “Mengapa kau menanggung semua ini sendiri, Rose? Kau tahu kami selalu akan bersamamu. Walau mungkin kami tidak bisa membantumu, tapi setidaknya kau akan lebih lega setelah membagi bebanmu.” kata Sissy sambil terisak. Entah bagaimana sepertinya Justin tahu kalau Rose sedang tidak baik-baik saja, karena tidak lama kemudian Justin datang. Pria itu menenangkan Rose dan membawa sahabatnya itu pergi. Sepertinya setiap dinding di mansion ini memiliki mata dan telinga. Sissy masih diam di tempatnya dan mencerna perkataan Rose. Dia mengerti maksud sahabatnya dan ketakutan yang dipikirkan Rose adalah sesuatu yang nyata. Sesuatu yang akan menghantui sahabatnya itu seumur hidupnya. Dan akan menghantui dirinya juga jika dia menikah dengan Garry Kean. Sekarang dia menghadapi dilema. Dia mencintai Garry, sangat mencintai pria itu. Dia sudah pernah jatuh cinta sebelumnya, tapi tidak pernah sampai sedalam ini, sampai dia rela melakukan apa saja demi bersama Garry. Tapi dari apa yang dikatakan Rose, jika dia melihat jauh ke depan, masa depannya bersama Garry tidak akan seindah yang dia bayangkan, karena hidupnya tidak akan selesai sampai setelah mereka menikah seperti di film drama romantis atau dongeng, itupun jika dia berhasil membuat Garry jatuh cinta padanya. **** Tiga hari kemudian, Randy Nolan ditemukan dalam keadaan telah meninggal di kliniknya oleh asistennya saat pria itu datang untuk bekerja di pagi hari. Sang asisten sudah merasakan kejanggalan saat menemukan pintu klinik dalam kondisi tidak terkunci. Dari rekaman cctv terlihat kalau pada malam sebelumnya, ada perampok yang berniat merampok kliniknya saat Randy Nolan sedang bersiap menutup kliniknya, dimana hari itu Randy Nolan bekerja sendiri karena sang asisten sedang cuti dua hari. Kematiannya dianggap pembunuhan tidak disengaja oleh si perampok yang sekarang masih diburu polisi. Sissy mendengar berita kematian pria itu di televisi dan dia bersedih untuk Dokter Nolan. “Kasihan Randy, malang sekali pria itu. Padahal dia Dokter hewan yang pintar dan sangat baik. Lihat saja Ruby sekarang sudah sehat.” kata Sissy bersimpati sambil memeluk Ruby. “Nyawa memang tidak ada yang tahu. Ngomong-ngomong, kapan kau akan kembali ke Jakarta?” tanya Rose yang membuat Sissy mendelik padanya. “Apakah kau mengusirku?” tanya Sissy kesal. Hampir setiap hari Rose bertanya kapan dia kembali ke Jakarta. “Kurasa lebih baik kalian kembali ke Jakarta dulu. Ada sedikit masalah yang harus aku bereskan disini.” kata Justin yang membuat kedua wanita itu menoleh padanya sambil mengerutkan alis. “Masalah apa?” tanya Rose. “Ada tikus yang mengganggu wilayahku dan aku harus membasminya.” jawab Justin ambigu. Rose mengerti kalau masalah yang dimaksud suaminya bukanlah masalah kecil. Jika masalahnya kecil, tidak mungkin Justin sampai memindahkannya ke Jakarta. Begitu juga dengan Sissy, walau dia tidak mengerti apa yang terjadi, tapi menurutnya jika Diego menyuruhnya dan Rose pulang ke Indonesia, berarti tempat ini sedang tidak aman untuk mereka. “Baiklah. Kalau begitu kapan kami harus berangkat?” tanya Rose. “Secepatnya,” jawab Justin santai tapi membuat jantung Rose seperti diremas. Hidupnya baru mulai tenang beberapa bulan, mengapa juga sekarang sudah membuat jantungnya hampir lepas lagi. "Kau tidak perlu khawatir, mi amor. Membereskan hal kecil seperti ini hanya memerlukan waktu paling lama satu minggu. Setelah semuanya selesai, aku akan menjemputmu. Kau tahu kalau aku selalu memegang perkataanku, kan?" bujuk Justin saat dia melihat ekspresi khawatir di wajah Rose. mengurusi Mayer Jhoncrane tidaklah sulit, tapi dia tetap tidak mau mengambil resiko pria itu mengganggu Rose. Mendengar berita kematian Randy Nolan membuat Justin yakin kalau Mayer Jhoncrane merencanakan sesuatu yang tidak baik. Anggotanya belum menemukan tempat lain yang menjual n*****a milik Mayer Jhoncrane, tapi dia tahu tidak mungkin pria itu menyelusupkan barang hanya lewat satu orang. Rose hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia mengerti kalau kondisinya sekarang mungkin bisa menjadi kelemahan untuk Justin. Dengan perut yang sudah buncit ini, gerakannya mulai lebih lambat dan akan bahaya jika dia sampai terjatuh. Justin sedang menyusun rencana bersama Dex dan anggotanya yang lain saat Sissy yang sedang membereskan barang-barangnya untuk kembali ke Jakarta menerima panggilan telepon yang mengatasnamakan kakak perempuan Randy Nolan. Wanita itu mengatakan kalau sebelum meninggal, Randy Nolan meminta tolong padanya untuk memberikan sesuatu pada Sissy dan sekarang wanita itu menghubunginya untuk membuat janji memberikan barang yang dititipkan adiknya untuk Sissy. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD