“Kakak Randy Nolan?” tanya Rose.
“Iya. Katanya, malam terakhir sebelum Randy meninggal, Randy menghubunginya dan meminta pada kakaknya itu barang yang pernah dititipkan pada wanita itu, katanya barang tersebut akan diberikan padaku. Karena Randy tiba-tiba meninggal, maka Chaterine Nolan berinisiatif mencari nomor ponselku dan memberikan barang yang memang ingin diberikan Randy padaku. Agar pria itu bisa pergi dengan tenang,” jawab Sissy menjelaskan.
“Memang barang apa?” tanya Rose curiga. Menurutnya cerita Sissy agak aneh, untuk apa Dokter hewan memberikan barang pada pelanggannya?
“Dia juga kurang tahu. Katanya Randy pernah menitipkan sebuah barang yang sudah terbungkus rapi padanya beberapa bulan yang lalu. Karena sudah dibungkus, jadi Chaterine Nolan tidak pernah membukanya. Dia hanya menyimpannya di brankas sesuai permintaan Randy.”
“Abaikan saja, kita juga tidak begitu kenal dengan pria itu. Nanti sore kita sudah harus berangkat ke Jakarta, lebih baik sekarang kita fokus untuk membereskan barang yang akan dibawa ke Jakarta.” tolak Rose. Dia tidak peduli pada Randy Nolan dan barang apapun yang ingin pria mati itu berikan pada Sissy, baginya tidak akan ada yang penting.
“Tidak baik menolak permintaan terakhir dari orang yang sudah meninggal. Tidak apa jika kau masih sibuk, aku bisa pergi sendiri. Tempatnya hanya di mall yang dekat dengan klinik Dokter Nolan.”
“Tidak boleh. Kau tidak boleh pergi sendiri!”
“Tapi …”
“Baiklah, aku akan menemanimu. Hanya ambil barangnya dan kita langsung kembali.”
Sissy langsung memeluk Rose sambil mengucapkan terima kasih. Rose sebenarnya agak curiga dengan Chaterine Nolan, tapi mungkin hanya perasaannya saja. Randy Nolan menyukai Sissy, jadi mungkin pria itu ingin memberikan hadiah pada Sissy.
Karena tidak ingin mengganggu Justin, Rose hanya mengirim pesan pada suaminya itu untuk memberitahu kalau dia akan pergi ke mall sebentar bersama dengan Sissy. Lalu dia meminta anggota Justin untuk mengawalnya dan Sissy.
Dikarenakan mansion Justin yang terletak di pinggir kota, perjalanan mereka membutuhkan waktu sekitar satu jam. Sissy membuat janji bertemu dengan Chaterine Nolan di salah satu cafe yang ada di mall.
Setelah sampai di lobby mall, ada panggilan dari Chaterine Nolan dan Sissy langsung mengangkatnya.
“Hai Chaterine, aku baru saja tiba di mall. Apakah kau sudah tiba?”
“...”
“Aku ada di lobby. Aku mau ke toilet dulu, setelahnya aku akan segera ke cafe.”
“...”
“Baju? Aku memakai jaket cokelat dan temanku memakai jaket biru,” jawab Sissy setelah memperhatikan pakaiannya dan pakaian Rose.
“...”
“Oke, nanti aku akan mencarimu setelah sampai di cafe,”
“...”
“Baik. Bye.” salam Sissy.
Setelah menutup panggilan telepon dari Chaterine Nolan, Sissy yang merasa tidak enak karena sudah ditunggu dengan cepat berjalan sambil menarik Rose yang berjalan malas-malasan.
“Ayo, Rose. Tidak enak nih sudah ditungguin, mana harus ke toilet dulu karena aku kebelet pipis.”
“Padahal dia kan bisa mengirim barang apapun itu ke mansion.” oceh Rose yang semakin curiga. Menurutnya pertanyaan Chaterine Nolan terlalu detail.
“Dia ingin memastikan aku menerima barangnya. Ayo cepat!” seru Sissy. Dia menoleh saat Rose tidak mau bergerak dari tempatnya, walau dia sudah menarik sahabatnya itu.
“Aku agak kedinginan. Sepertinya jaket ini terlalu tipis untukku, bisakah kita bertukar jaket saja?” tanya Rose sambil memperhatikan jaket Sissy.
“Baiklah, nanti di toilet saja kita bertukar.” jawab Sissy tanpa curiga.
“Ok.” jawab Rose sambil memperhatikan sekitar, mencoba menyelidiki apakah ada jebakan disini? Perkataan Justin membuatnya sangat berhati-hati karena sekarang mereka berada di tempat umum dan Chaterine Nolan terlalu mencurigakan baginya. Ada dua belas anggota yang ikut dengannya, namun yang bersamanya sekarang hanya sembilan, karena yang tiga sedang memarkirkan mobil,
“Ayo tukeran jaketnya.” pinta Rose begitu mereka masuk ke toilet dan Sissy langsung membuka jaketnya.
“Ini kau pakai dulu saja. Aku sudah kebelet banget. Titip tasku ya.” jawab Sissy sambil berlari ke bilik toilet setelah membuka jaketnya dan menyerahkannya pada Rose.
“Maaf, Rose, perutku malah jadi mulas, sepertinya karena aku panik. Aku sekalian buang air besar ya!” keluh Sissy dari bilik toilet dalam bahasa Indonesia.
“Oke.” jawab Rose yang sekarang sedang memeriksa ponsel Sissy untuk melihat percakapan Sissy dengan Chaterine Nolan. Dia dan semua sahabatnya mengetahui sandi ponsel satu dan yang lainnya, sebegitu dekatnya persahabatan mereka.
Ponsel Sissy berbunyi saat Rose baru membaca sebagian pesan itu. Chaterine Nolan menelepon lagi? Ini sepertinya belum sampai lima belas menit, mengapa wanita itu terkesan begitu terburu-buru?
“Rose, tolong lihat ponselku. Jika yang menelepon itu Chaterine Nolan, tolong katakan sebentar lagi kita akan ke cafe!” teriak Sissy dari bilik toilet.
“Oke. Aku keluar dulu ya, takutnya signal disini kurang bagus!” jawab Rose sambil tersenyum. Sebuah rencana tersusun di otaknya. Dia saja yang menemui si Chaterine Nolan. Dia yakin wanita itu tidak akan menyadari perbedaan antara dirinya dan Sissy. Bagi bule, wajah orang asia itu mirip semua, apalagi dia sekarang menggunakan jaket Sissy dan panjang rambut mereka juga hampir sama, usia mereka juga sebaya. Perut buncitnya juga tertutupi jaket Sissy yang memang ukurannya lebih besar karena tubuh Sissy yang lebih berisi daripada tubuhnya.
Awalnya dia mengajak Sissy bertukar jaket agar Chaterine Nolan kebingungan mengenali mereka dan dia bisa melindungi Sissy jika wanita itu berniat jahat, tapi sekarang dia mendapat rencana yang lebih baik.
Sejak awal instingnya sudah mengatakan ada yang tidak beres dengan kematian Randy Nolan, apalagi Justin juga menyuruhnya kembali ke Jakarta setelah melihat berita kematian pria itu. Jika memang ternyata dia yang terlalu curigaan, anggap saja dia membantu Sissy untuk mengambil barang yang ingin diserahkan oleh Chaterine Nolan.
“Hallo,” jawab Rose menirukan suara Sissy.
“...”
“Iya. Saya sudah selesai dari toilet, sekarang saya berjalan ke cafe ya. Tunggu sebentar ya. Bye” kata Rose sebelum dia menutup sambungan telepon itu.
“Jaga Sissy. Sebentar lagi dia akan keluar dari toilet, bawa dia langsung ke mobil setelah ini. Katakan padanya kalau aku yang mengambilkan barangnya karena Chaterine Nolan sudah harus segera pergi mengurus pemakaman Randy Nolan.” perintah Rose pada empat anggotanya dan menyuruh yang lain untuk ikut dengannya.
Rose berjalan menuju cafe tempatnya janjian dengan Chaterine Nolan dengan diikuti lima anggotanya.
Setelah sampai di cafe, dia melihat seorang wanita berpakaian hitam melambai padanya dan dia langsung berjalan menghampiri wanita itu. Tiga anggotanya mengikutinya dan dua lainnya memesan minuman agar tidak terlihat mencolok.
Dia duduk di depan Chaterine Nolan setelah mereka bersalaman, sedangkan tiga anggotanya duduk di dua kursi di belakangnya. Dia bisa melihat tubuh Chaterine Nolan yang menegang saat melihat anggotanya yang membuatnya semakin curiga wanita itu memang merencanakan sesuatu.
“Apakah mereka pengawalmu?” tanya Chaterine Nolan agak panik dan wajahnya yang tanpa makeup itu semakin pucat.
“Mereka pengawal temanku, temanku sekarang sedang menuju kesini,” jawab Rose seadanya.
“O-oh begitu. Temanmu selalu dikawal sebanyak ini setiap kali keluar?” tanya Chaterine Nolan sambil mengangkat cangkir kopinya untuk menutupi kegugupannya.
“Begitulah. Dia selalu berhati-hati karena banyak yang mengincarnya,” jawab Rose dan dia bisa melihat tangan wanita itu gemetar hingga menumpahkan kopi dari gelas yang dipegangnya. Instingnya merasakan bahaya. Dia memang sengaja memancing wanita itu dengan kalimatnya dan reaksi wanita itu dia anggap membenarkan dugaannya.
PRANG
Gelas yang dipegang Chaterine Nolan terlepas dari tangannya saat pisau Rose sekarang sudah berada di lehernya. Bahkan tadi dia tidak melihat wanita itu bergerak, tapi tiba-tiba wanita itu sudah menempelkan pisau di lehernya.
“Katakan apa yang kau rencanakan?” tanya Rose dengan wajah garang. Anggotanya yang melihat reaksi Rose langsung mendekat dan melindungi Rose sambil memperhatikan sekeliling. Terlihat beberapa orang bangun dan berniat pergi dari sana.
“Tahan mereka!” perintah Rose yang juga menyadari beberapa orang yang berniat pergi dari cafe itu. Sekarang kondisi cafe sedang sepi dan kemungkinan mereka adalah komplotan Chaterine Nolan. Tiga anggotanya langsung mengeluarkan pistol dan mengejar orang yang kabur, dua sisanya menghubungi anggota mereka yang lain untuk membantu.
“Ja-jangan bunuh aku. A-aku hanya disuruh untuk bertemu denganmu disini. Yang mereka inginkan adalah ... te-temanmu itu!” jawab Chaterine Nolan yang sudah semakin ketakutan karena pisau Rose sekarang sudah menekan lehernya, dia bisa merasakan perih dan darah menetes dari luka di lehernya itu.
Rose memucat mendengar jawaban Chaterine Nolan. Berarti ini benar adalah jebakan, dan dialah yang menjadi target. Kalau Chaterine Nolan hanya ingin memancingnya kesini, berarti sekarang Sissy yang dianggap dirinyalah yang berada dalam bahaya!
“Comare, anggota yang anda tugaskan menjaga Nona Sissy tidak ada yang menjawab panggilan!” anggota yang berjaga disebelahnya memberitahu.
“Jika terjadi sesuatu pada Sissy, seluruh keluargamu akan kupanggang hidup-hidup di depan matamu!” ancam Rose.
“Ikat dia!” seru Rose sambil berlari menuju toilet tempat dia meninggalkan Sissy tadi. Dia bahkan melupakan kehamilannya karena terlalu panik akan keselamatan Sissy.
Seorang anggota langsung mengikat Chaterine Nolan sesuai perintah Rose. Disaat bersamaan datang ketiga anggota mereka yang sebelumnya menunggu di mobil, mereka dan seorang anggota lain yang ada disana langsung mengejar Rose sambil berteriak meminta comarenya itu jangan berlari. Mereka bisa dibunuh tujuh turunan oleh Justin Ludovic jika sampai terjadi sesuatu pada comarenya dan bayi di kandungan wanita itu.
****