• LIMA BELAS *

1002 Words
Louis Harrison's Mansion, Seattle. Paul menyeringai lebar dan misterius, tapi kemudian satu gerakan dari dirinya yang menggelengkan kepalanya dengan perlahan membuat Noel dan Smith sedikit lega--atau setidaknya begitulah yang Paul lihat dari kedua detektif itu sekarang. Ia kemudian kembali menyesap kopi miliknya yang masih sedikit menyisakan kepulan uap panas para permukaan cangkir sebelum akhirnya melanjutkan, "Tentu tidak, Detektif. Aku bukan seorang pendendam seperti yang orang-orang katakan. Aku hanya sedikit tidak mengerti dengan sikap Tuan Muda yang sering berubah-ubah. Dia seperti sedang memikirkan banyak hal belakangan ini, dia seperti sedang tertekan." Noel dan Smith kembali bertukar pandang sebelum pria bertubuh kurus itu bangkit dari sofa. "Maaf, tapi kurasa aku perlu ke kamar mandi. Perutku agak sakit. Apa kalian tidak keberatan jika menunggu?" Smith tersenyum ramah dan mengangguk. "Tentu. Silakan." Itulah kalimat terakhir yang diucapkan Smith kepada Paul sebelum pria yang usianya hampir mencapai setengah abad itu melenggang pergi menuju toilet di ujung ruangan. Noel dan Smith kemudian hanya duduk diam untuk menunggu Paul kembali. Namun pria bertubuh kurus yang sudah meninggalkan ruang tamu demi urusan pribadinya selama lebih dari lima menit itu belum juga kembali sampai sekarang. Menyisakan Noel dan Smith berdua dengan ponsel Paul yang tak sengaja tertinggal di atas meja. Benda berwarna hitam itu berhasil membangkitkan rasa penasaran di hati Noel. Ia harus memastikannya sendiri, batinnya. Lalu detektif berkulit putih itu bangkit dan melompat ke sofa yang sebelumnya di duduki oleh Paul. Membuat Smith terkesiap dan menatap pintu toilet panik. "Hey, apa yang kau lakukan?!" Smith terperanjat, tapi tetap berusaha merendahkan suaranya agar Paul tidak mendengar keributan apapun dari dalam kamar mandi. "Bagaimana jika kita ketahuan, Noel?" Noel melirik pintu kamar mandi yang digunakan Paul selama beberapa detik sebelum kembali berujar pada rekannya yang masih terlihat bingung dan cemas, "Awasi pria itu selagi aku memastikan sesuatu." Noel pun segera memeriksa ponsel milik supir pribadi Louis itu tanpa sepengetahuannya. Ia hanya menekan beberapa tombol dan layar ponsel tersebut sudah masuk ke tampilan menu. Paul tidak mengunci benda pintar itu dengan sebuah sandi, bukankah Noel sungguh beruntung siang itu? Sementara Noel sibuk mencari tahu, Smith justru tampak serius dalam melakukan tugasnya untuk mengawasi pintu kamar mandi. Sesekali ia tampak gelisah dan bingung bersamaan. Bagaimana jika tiba-tiba pria itu keluar dan memergoki aksi keduanya yang mungkin bisa dikatakan sebagai pelanggaran hak privasi seseorang karena memeriksa isi ponsel orang lain tanpa seizin pemiliknya. Smith kembali melihat pintu kamar dan sesekali melihat gerakan Noel di seberangnya. "Bisakah kau sedikit lebih cepat, Noel?" pinta Smith yang tidak dapat lagi menahan kekhawatirannya sekarang. Smith bahkan berkeringat meski hanya mengawasi dan tidak melakukan apa-apa. "Aku mulai takut, asal kau tahu," bisiknya. Tidak lama setelah Smith mengutarakan perasaannya, suara kenop pintu yang diputar dari dalam kamar mandi terdengar oleh Smith. Ia pun buru-buru mengatakan, "Dia datang!" kepada Noel yang tampak masih sibuk dengan ponsel milik Paul. Mendengar peringatan rekannya tersebut, Noel pun segera meletakkan kembali ponsel Paul ke atas meja dan beranjak dari sofa agar tidak dicurigai oleh sang pemilik ponsel. Ia berjalan di belakang sofa dan berpura-pura sedang memerhatikan beberapa piagam penghargaan yang terpampang pada dinding di belakangnya. Noel memang ahli dalam bersandiwara. Ia tampak sangat menyakinkan dengan wajahnya yang berekspresi serius ketika memandangi satu persatu deretan piagam yang dimiliki oleh keluarga besar Harrison. Hanya sekitar tiga puluh detik saja untuk Noel berhasil menghindari Paul. Jika terlambat, ia pastilah sudah tertangkap basah. Paul muncul dan merapikan celananya sembari tersenyum kepada Smith dan Noel yang masih berada di ruang tamu untuk menunggunya. "Maaf sudah membuat kalian menunggu. Aku memiliki sedikit masalah dengan pencernaan, tapi sayangnya aku benar-benar tidak bisa berhenti meminum kafein," kata Paul begitu ia kembali. Ia kemudian duduk kembali di tempatnya dan memerhatikan Noel yang masih berpura-pura di belakangnya. Noel melanjutkan kebohongannya dengan bersikap santai dengan melihat piagam itu penuh takjub dan kembali duduk di tempatnya setelah merasa bahwa Paul tidak menaruh sedikitpun curiga kepadanya. Seolah tak ada apapun yang pernah terjadi sebelumnya. "Tidak apa, Mr. Paul," kata Smith. Suaranya sedikit bergetar, tapi beruntung karena Paul tak menyadari hal tersebut. Smith lalu bangkit dari sofa. "Kurasa tidak ada lagi yang perlu kami tanyakan kepadamu. Jika kau mengetahui sesuatu, kau bisa menghubungi kami." Smith menyodorkan sebuah kartu nama miliknya kepada Paul dan menjabat tangan pria bertubuh kurus itu dengan sopan. "Terima kasih sudah bersikap kooperatif dalam penyelidikan ini. Kurasa kami akan pergi sekarang." Kemudian Noel yang duduk di sebelahnya pun ikut berdiri dan mengangguk setuju. "Aku akan mengantar kalian untuk menemui Wayne," tawar Paul ramah. "Dia biasanya ada di kebun belakang untuk menyirami tanaman di jam-jam ini." "Tidak apa-apa, kami akan mencarinya sendiri." Noel tersenyum kecil dan cepat. Sehingga Paul tidak sempat menyadarinya. Noel lalu mengangguk sopan dan berpamitan. "Sampai jumpa." Kedua detektif itu kemudian berjalan menuju kebun yang dimiliki Louis di halaman depan. Aroma tanah basah menyeruak masuk dan menyambut penciuman keduanya begitu mereka menapakkan kaki di rerumputan yang luas. Pemandangan seperti mawar merah dan melati yang merekah sempurna juga langsung terlihat di hadapan mereka. Tampaknya keluarga Harrison sangat menyukai keindahan. Terlihat dari bagaimana cara mereka merawat rumah bahkan sampai ke kebun dan halaman depan. Mereka sangat detil dan mengedepankan estetika di setiap halnya. Wayne si tukang kebun yang dibicarakan oleh Alexandra, yang juga masih memiliki hubungan kerabat dengan Maria terlihat sibuk membersihkan kedua kakinya dengan air keran di sisi kebun. Ia baru saja selesai menyirami seluruh tanaman di kebun belakang dengan selang di sana dan tampak sibuk membersihkan dirinya sendiri. Dan sembari menunggu Wayne selesai dengan pekerjaannya, Noel tiba-tiba berujar, "Smith, menurutmu, Paul itu bagaimana?" Smith menoleh dan mengerutkan kedua keningnya heran. "Bagaimana apanya? Menurutku dia cukup ramah dan hangat. Apa kau menemukan sesuatu di ponselnya tadi?" Ia mendesah dan menggeleng cepat. "Aku sangat ketakutan tadi. Tubuhku bergetar dan merinding seperti baru saja melihat hantu kalau kau mau tahu." "Kau berlebihan, Smith," protes Noel. Membuat pria yang satu tahun lebih muda daripada Noel itu memutar kedua matanya dengan malas dan melipat kedua tangannya di d**a. "Lain kali, katakan rencanamu terlebih dahulu. Aku sangat tidak terbiasa dengan aksimu yang tiba-tiba tahu. Kau hampir membuat jantungku melompat dari tempatnya. Tapi omong-omong, apa maksudmu? Kenapa kau menanyakan Paul kepadaku? Kau sungguh menemukan sesuatu di dalam ponselnya, 'kan?" Smith mencondongkan wajahnya penuh selidik. "Katakan, Noel." "Jika aku berkata bahwa dia berbohong, siapa yang akan kau percaya?" []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD