7. Larangan Menjalin Hubungan

1086 Words
Di sebuah club malan elite, terlihat segerombolan pemuda borjuis menikmati waktunya untuk berkumpul seperti biasa. Jika kalian tanya, apa yang mereka lakukan di club malam? Jawabannya adalah mabuk dan berkumpul bersama. s*x? Tenang saja, mereka bersih dari itu. Menurut mereka, no s*x before marriage perlu untuk diterapkan para remaja di era seperti ini agar tidak merusak tatanan generasi. Para pemuda itu berkumpul di ruang VIP guna sekedar mengobrol dan menghabiskan malam yang menurut mereka masih abu-abu tersebut. Banyak dari mereka yang memilih club’ malam untuk berkumpul karena ingin menghilangkan ingatan tentang masalah yang sedang dihadapi. Waktu baru menunjukkan pukul 11 malam, seorang pemuda tiba di ruangan tersebut dengan senyum andalannya. Matanya menjelajah seisi ruangan, memperhatikan para sahabatnya yang asik bermain kartu. “w******p BRO, TUMBEN TELAT?” sapa salah seorang temannya dengan berteriak karena musik disana cukup keras. Pemuda yang disapa oleh temannya itu mengulas senyum miring. “Biasa, Iguana banyak tanya.” “Yaelah Gal ... Oh iya, bokap lo tumbenan banget di rumah,” sambar salah satu temannya seraya menghisap rokok. Pemuda yang dipanggil ‘Gal’ tersebut hanya mengedikkan bahunya. Dia sendiri tidak tau mengapa orang tuanya berada di rumah. Bukannya apa, biasanya dia ditinggal seorang diri di rumah karena kesibukan kedua orang tuanya. “Gala, lo aturan bersyukur bokap lo dirumah,” timpal seseorang yang baru saja memasuki ruangan. Dia sepertinya tau apa permasalahan yang dihadapi sahabatnya itu. Galadra Achiles Lynford, pemuda 16 tahun dengan perawakan tampan, rahang tegas, wajah campuran Indo-Aussie dengan rambut pirang acak-acakan tersebut adalah wakil dari salah satu geng motor yang cukup terkenal yakni 'BARATAYUDA'. BARATAYUDA adalah sebuah geng motor yang posisinya terbesar setelah geng motor STONE. Beranggotakan 1500 orang pemuda tampan dengan skill yang cukup mumpuni. Sebagian anak Baratayuda bersekolah di LHS dan sebagian mahasiswa di LU. Sebenarnya anggota Baratayuda lebih cocok menjadi foto model daripada anak geng motor karena rupa dari pemudanya yang sangat rupawan. Bukan berarti anggota STONE tak rupawan. Hanya saja penampilan Baratayuda jauh dari standar anak geng motor. Gala mendengus karena perkataan orang yang baru saja tiba. “Kapan gue nggak pernah bersyukur sih? Gue juga nggak pernah masalahin kalau emang bokap gue kalau ada di rumah.” “Jadi, bagaimana lo bisa kalah lagi dari cewek itu?” tanya Laid yang sedari tadi hanya menyimak perbincangan. Laid salah satu anggota BY yang sifatnya sangat dingin dan hanya bicara jika perlu saja. Pemuda yang sedari tadi berbincang dengan Gala pun menoleh karena merasa pertanyaan itu untuknya. “Masih banyak waktu buat menang, soon kita yang bakal menang.” “Sandi ... Sandi ... lo terlalu ngeremehin perempuan. Lo tau sendiri lawan kita nggak bisa diremehin gitu aja,” ejek Legra membuat yang lain tergelak. Sandi mengacak rambutnya mendengar penuturan anggotanya. “Sabar, gue juga harus fokus sama perusahaan. Lo mau gue jadi gelandangan karena terlalu fokus ke BY?" Para sahabatnya selalu saja menjengkelkan. Jika saja fokusnya tidak terbelah dengan urusan perusahaan, dia pastikan bisa menang melawan STONE, terlebih lawannya hanyalah seorang wanita. *** Saat ini Landra tengah duduk berdua dengan Papanya karena sedang menunggu seluruh anggota keluarganya untuk melakukan sarapan pagi bersama. Ada hal lain juga yang ingin ia bahas perihal Jesslyn, namun harus membutuhkan tanggapan keluarganya. “Pa, kalau cari cincin yang bagus dimana biasanya?” tanya Landra dengan menghadap ke arah Alvaro yang sibuk dengan pekerjaannya. “Di tempat langganan Mama kamu bagus-bagus modelnya,” jawab Alvaro tanpa menghadap lawan bicaranya. Landra mengangguk. “Aku rencana mau ajak Jesslyn tunangan waktu ulang tahunnya, Pa.” Uhuk! Uhuk! Alvaro yang sedang menyeruput kopi pun tersedak mendengar ucapan sang putra. Ia mencoba menggosok telinganya, barangkali tadi sedang tidak fokus. “Papa salah dengar atau nggak?” “Nggak kok, Pa, aku emang mau ajak Jesslyn tunangan,” tekan Landra dengan ekspresi wajah sumringah. “Nggak ada tunangan atau apapun ya boy. Mama udah siapin kamu calon yang memang cocok dan sesuai sama pilihan Mama,” timpal Zelin yang baru saja bergabung dengan setelan rapihnya. Landra menatap Zelin tak suka. “Apa sih, Ma? Sejak kapan Mama jadi punya pikiran aneh kayak gini? Biasanya kan Mama gak pernah ikut campur urusan kita semua, terlebih masalah jodoh.” Zelin melototkan matanya tak terima. Ada apa dengan Landra, hingga mengatainya seperti ini? Agaknya Jessly membawa pengaruh buruk untuk anaknya. “Kamu ngatain Mama aneh? Sejak kamu pacaran sama Jesslyn, rasa sopanmu sudah mulai hilang ya. Kemarin juga kamu berani memotong pembicaraan Mama!” Wanita itu benar-benar kecewa dengan perubahan sifat Alandra, terlebih setelah pemuda itu menjalin hubungan dengan Jesslyn. Alvaro menatap putranya tak percaya. Wajah yang tadinya begitu tenang, kini berubah menjadi dingin. “Siapa yang mengajari kamu memotong omongan orang tua, Landra?" “Aku nggak bermaksud buat menyanggah pembicaraan Mama. Hanya saja waktu itu aku cuma mau kenalin Jesslyn sama Mama. Tapi Mama malah asik ngobrol sama orang baru kayak si culun itu,” elak Landra tanpa menghiraukan orang yang memandangnya dengan tatapan tak bisa diartikan. Setau Zelin dan Alvaro, Landra ini mudah dituturi sekalipun sudah menjabat sebagai ketua geng motor. Namun kali ini, sikap Landra benar-benar tidak ia kenal. “Orang yang kamu sebut dengan culun itu, punya nama, dan juga, Mama nggak pernah ajarin kamu buat menghina orang seperti itu,” tukas Zelin dengan pandangan menatap tajam putranya. Sesekali remaja seperti Landra harus digertak agar tidak mudah mengeluarkan kalimat yang bisa memicu rasa sakit hati orang lain. Landra yang sudah merasa panas dengan ocehan Mamanya langsung saja keluar dari ruang makan tanpa mengingat Alun yang sedang menatap miris karena ditinggal. Dia merasa Mamanya semakin aneh memang karena menolak tegas tanpa adanya penjelasan. Padahal jika saja Zelin mau memberikan keterangannya, Landra akan berusaha untuk mengerti. Lagi pula dia tidak bisa menghancurkan perasaan Jesslyn yang nantinya berimbas pada geng-nya. “LANDRA KEMANA KAMU??!!!” teriak Zelin karena Landra justru berlalu begitu saja disaat dia berbicara panjang lebar. Alcan langsung menghampiri Mamanya karena tidak rega. “Udah ya Ma, nanti biar Alcan yang ngomong sama Adek ...” Alvaro memijit keningnya, dia pusing melihat anaknya yang brutal dan susah diatur tersebut. Padahal seandainya Landra mau mendengarkan saran dari Zelin, pasti tidak akan ada keributan seperti yang baru saja terjadi. “Ditinggal lagi,” gumam Alun namun masih terdengar oleh salah satu Abangnya. “Kamu berangkat Abang anterin aja,” cetus Alber saat melihat wajah murung Adiknya. Mata Alun berbinar karena diantar oleh si Hot brother. Langsung saja ia berlari dan memeluk Alber. Pipi Abangnya bahkan sudah dikecup berkali-kali. “Makasih Abang gantengku.” Alber mendengus karena perlakuan Adiknya itu. “It’s oke.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD