Tiga hari Clary tak datang ke kampus. Liana sesekali menoleh bangku Clary yang kosong. Tak biasanya gadis itu tak datang tanpa memberi kabar, biar bagaimanapun Clary itu sahabatnya, hingga kini ada setitik kecemasan dalam dirinya. "Liana," gadis itu menoleh pad Nancy yang memanggilnya. "Ayo ke kantin, kenapa kau sedih begitu?" "Bukan apa-apa, hanya sedikit tidak enak badan." "Benarkan? Bukan karena si wanita jalang itu tak ngampus, 'kan?" sambung Tiara, ikut bergabung dalam percakapan itu. "Tentu saja bukan, aku sudah tak ada urusan dengannya." "Itu bagus, tapi Clary mengurusmu lebih dari apa pun." Tiga gadis itu serempak menoleh ke ambang pintu. Adrian berdiri di sana sambil bersandar di kunsen pintu. "Aku ingin bicara dengan gadis tak tahu diri itu, bo