bc

Berhenti Kasihan

book_age18+
110
FOLLOW
1K
READ
possessive
love after marriage
age gap
forced
CEO
drama
bxg
humorous
city
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

perbedaan keyakinan membuat cinta Bryan dan Nara harus berakhir di tengah jalan. Nara yang memeluk tasbih erat-erat dan Bryan yang mengalung salib rapat-rapat membuat Nara memilih untuk mundur. Namun, bukan Bryan namanya, jika ia membiarkan Nara pergi dari hidupnya begitu saja. Keangkuhan sang CEO dari perusahaan ternama ini membuat Nara tidak bisa berkutik. Inilah yang membuat Nara harus menggandeng sahabat sekaligus rekan bisnis Bryan agar Nara bisa terlepas dari genggaman Bryan, karena mereka sama-sama punya posisi dan kekuasaan yang setara. Apakah Nara bisa terlepas dari genggaman Bryan? Apakah Bryan bisa melihat Nara hidup bahagia dengan sahabatnya begitu saja? Yuk simak kisahnya.

Cover by Irumi graphic

chap-preview
Free preview
Kunyatakan Kau Milikku
Nara menyebrang dengan terburu-buru. Tanpa melihat kiri-kanan, ia berjalan dengan cepat. Tiba-tiba, Mobil sport berwarna metalic melaju dengan kecepatan tinggi. Bruak. Tabrkan tak bisa dihindarkan. Tubuh Nara terpental jauh. Darah segar berceceran di mana-mana. Ambulance langsung dikerahkan dari rumah sakit terdekat. Kerumunan massa segera menepi saat ambulance tiba dengan sirinenya yang melengking. Suasana terasa semakin mencekam. Tubuh Nara dibopong ke dalam Ambulance. Selang infus dan oksigen dipasang dengan cekatan. Seorang pria dengan setelan jas mahalnya terlihat begitu gelisah dengan peluh bercucuran di wajah tampannya. Ia turut mengantar gadis itu ke rumah sakit bersama mobil ambulance. Mobil sport yang terbandrol dengan harga selangit, ia biarkan tergeletak begitu saja di pinggir jalan. Bagaimanapun juga, ia merasa bersalah. Karena kecerobohannya, ia hampir menghilangkan nyawa gadis manis yang berbaring lemah di hadapannya ini. "Nyetirnya yang cepat! Dia sudah sekarat, bisa mati kalau kalian lambat seperti ini!" bentak pria tampan itu sedikit angkuh. Entah kenapa dirinya tidak ingin terjadi sesuatu dengan gadis sekarat yang terpejam damai. "Sabar, Pak. Ini sudah kecepatan penuh. Sebentar lagi akan sampai di rumah sakit." jawab sopir ambulance menenangkan. Fairfield hospital Sydney Ambulance tiba di rumah sakit. Nara langsung di bawa ke ruang IGD. Dokter terbaik pun dikerahkan semua. Pria yang menemani Nara sejak tadi, mondar-mandir tak tentu arah. Tampak jelas raut kecemasan dalam wajah tampan itu. Di IGD, Nara sudah mendapatkan pelayanan yang terbaik. Namun sayangnya, benturan keras antara tubuh Nara dan badan mobil, membuat Nara menjadi koma. Perawatan di IGD, dirasa tidak cukup maksimal. Dengan persetujuan pria itu, akhirnya Nara dipindahkan ke ruang ICU. Di sana, alat-alat penunjang hidup tersedia sangat lengkap, sehingga dirasa cukup membantu untuk Nara yang begitu membutuhkan. Sebelum Nara sadar, siapa pun, tidak ada yang boleh masuk, termasuk pria tampan yang bertanggung jawab atas kesembuhan Nara. Ruangan ini benar-benar dijaga dengan ketat. Pria itu hanya bisa mematuhi aturan yang sudah ditetapkan. Ia tidak akan masuk sebelum gadis itu terbangun dari tidur panjangnya. "Permisi, Tuan. Ini kunci mobil yang anda tinggalkan di pinggir jalan tadi." ucap pria dengan setelan formal serba hitam, sambil memberikan kunci mobil ke arah tuannya. Pria itu terperanjat. Begitu tersadar dari lamunannya, ia langsung mengambil kunci itu dari seseorang yang diyakini sebagai tangan kanannya. "Terima kasih, Zein." Seseorang yang disebutnya dengan nama Zein itu sedikit terheran dengan tuannya ini. Tidak biasanya seorang Bryan Nicolas menjadi galau dan tidak fokus. Lalu, Zein pun memberikan diri untuk bertanya, "Ada apa, Tuan? Apa ada yang mengganggu pikiran anda?" tanya Zein sedikit khawatir. "Tidak, Zein. Saya baik-baik saja," ucap Bryan penuh dusta. Padahal, sedari tadi ia begitu memikirkan gadis yang bertaruh nyawa di dalam sana. Entah kenapa ia begitu tidak rela jika sesuatu terjadi pada gadis itu. "Baiklah, Tuan. jika tidak ada yang Anda butuhkan lagi, saya permisi untuk kembali ke kantor. Kontrak kerja sama antara Bryan company dan Adnan groups harus segera disepakati." Zein pamit undur diri. Baru selangkah Zein berjalan, tetapi Bryan langsung memanggilnya. "Zein, Tunggu!" cegah Bryan. Zein pun menghentikan langkahnya. Ia lalu berbalik arah dan berjalan ke arah Bryan. "Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Zein sopan. "Cari semua informasi tentang gadis itu. Seluruh identitasnya, termasuk keluarga, aktivitasnya, tempat tinggalnya, pacarnya ... kalau punya, makanan kesukaannya, bahkan sampai teman terdekatnya, kamu cari tahu." Tanpa ragu, Bryan memerintahkan Zein untuk mencari tahu segalanya tentang Nara. Karena memang, Zein adalah satu-satunya teman sekaligus orang kepercayaan Bryan. "Apakah Tuan sedang jatuh cinta dengan gadis yang anda tabrak itu?" tanya Zein tanpa segan. Jika sudah menyangkut perempuan, Zein akan menggoda Bryan habis-habisan. Bryan tidak pernah terlibat hubungan dengan wanita mana pun untuk saat ini. Bryan memilih untuk sendiri karena trauma di masa lalunya. Pengkhianatan dan dimanfaatkan. Dua hal yang tidak pernah Bryan lupa hingga detik ini. Mantan pacarnya yang matree hanya ingin mengincar harta Bryan, lalu berselingkuh dengan saingan bisnis Bryan, membuat Bryan begitu murka sekaligus sedikit depresi. Satu-satunya kelemahan Bryan adalah wanita. Dan Bryan sadar betul akan kelemahannya ini. Ia akan melakukan apa pun untuk wanitanya. Itu Alasan Bryan memilih untuk menutup hatinya rapat-rapat. Hatinya sekarang menjadi sekeras batu. "Jangan sok tahu, kamu. Jangan kepo dan jangan banyak tanya," sangkal Bryan. Sebenarnya, ia juga tidak paham ini perasaan apa? Hanya sekedar rasa simpati atau rasa sayang yang murni. Entah melihat gadis itu terlelap dengan damai, membuat hatinya berdesir. Hati yang membeku, menjadi sedikit mencair. Apa benar dirinya jatuh cinta pada gadis itu? Bryan pun bertanya-tanya dalam hatinya. "Benar, apa yang saya bilang? Anda jatuh cinta?" Zein tidak menyerah. Ia masih ingin menggoda teman sekaligus atasannya ini. "Tidak! Saya tidak sedang jatuh cinta. Tidak ada satu pun perempuan yang bisa membuat saya jatuh cinta." Ragu. Bryan ragu mengatakan ini. Jika Bryan tidak jatuh cinta, lalu kenapa dirinya begitu takut kehilangan gadis asing itu? Bahkan namanya saja, Bryan tidak tahu. "Lalu kenapa Anda meminta saya untuk mengorek begitu detail informasi tentang gadis itu?" tanya Zein tidak mau kalah. Ia tidak akan puas jika tuannya tidak menyerah. Zein akan terus bertanya sampai Bryan mengakui perasaannya. "Ya saya hanya ingin tahu tentang gadis itu. Kalau dia sadar terus pura-pura amnesia, bagaimana? Saya yang repot." Alasan Bryan begitu tidak sinkron dengan hatinya. Bahkan, jika Tuhan mengizinkan, ia begitu mengharapkan gadis itu amnesia selamanya. Agar Bryan bisa lebih mudah menjadikan Nara sebagai miliknya. "Ayolah, Tuan. Gelagat Anda begitu mencurigakan. Akui saja!" desak Zein. Zein dibuat sedikit geram dengan tuannya ini. Gengsinnya memang terlalu tinggi. "Zeinnn!!! Jangan membuat saya geram." Bryan tiba-tiba menjadi sensitif. "Kalau Tuan tidak suka dengan gadis itu, kenapa Tuan marah?" Zein tidak mau kalah. Zein begitu yakin, jika tuannya ini benar-benar jatuh cinta. Zein ikut bahagia, Jika memang benar Bryan jatuh cinta dengan gadis itu. Dari ribuan wanita yang ada di kota ini, tidak ada satu pun yang mampu mengambil hati Bryan. Hati Bryan yang sudah lama mati, akhirnya bisa berdesir kembali setelah melihat gadis manis itu. "Entahlah, Zein. Saya juga tidak tahu, apakah ini hanya sekedar rasa simpati, atau perasaan tulus yang murni. Aneh ya? Iya, memang aneh. Saya bisa jatuh cinta dengan gadis sederhana sepertinya. Bahkan, namanya saja saya tidak tahu. Awalnya saya anggap, ini hanya rasa bersalah saya karena sudah menabraknya. Tapi, lama-lama saya ingin memilikinya, Zein. Dia milik saya. Dia gadis saya. Mulai detik ini, saya nyatakan dia milik saya," ucap Zein mantap. "Tapi, Tuan. Lihatlah, gadis itu berhijab. Apa mungkin, kalian .... " Zein menggantungkan ucapannya. Takut menyinggung perasaan Tuannya. "Saya tidak perduli, Zein. Akan saya jalani sebisa saya." Zein tersenyum samar. "Perjuangkan, Tuan. Anda berhak bahagia." Bryan membalas senyuman itu tak kalah samar. "Terima kasih, Zein." "Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan," pamit Zein. Bryan menganguk. "Hati

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.9K
bc

My Secret Little Wife

read
97.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook