When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Aku dan Farel bertemu di pintu kamar mandi. "Apa kamu ingin melarikan diri lagi?” “Tidak, aku hanya ingin ke kamar mandi” Suara jantungku semakin bergemuruh bagai gendang di palu, saat mendengar suara baritton dari lelaki yang memakai setelan baju santai, sebuah celana pendek di padukan dengan kaos tshirt, aku meremas ujung jari ini untuk menahan rasa gugup, saat aku membalikkan tubuh ini menatap wajahnya. Tatapan mata itu lagi-lagi ingin membuatku ingin cepat menghilang dari hadapan ya. Bagaimana tidak? tatapan mata bermanik coklat itu, seolah-olah menyelidiki tubuh ini, menatap diriku dari ujung kaki sampai ujung rambut. “Apa kabar?” "Baik Pak," jawabku berusaha sangat keras agar suaraku stabil tidak bergetar. "Kamu sangat cantik," ujarnya menatapku dari bawah sampai atas lagi, tub