Mendengar kabar Farel akan menikahi tunangannya, aku pasrah, memang apa lagi yang bisa aku lakukan? Aku berpikir akan pindah kamar, mungkin kamar Farel akan mereka pakai, sebagai kamar pengantin. Hari itu, saat asisten rumah tangga datang mengantar makan siang, aku meminta satu kamar kosong yang aku tempati dengan bayiku nantinya. "Di sini sudah kosong, Non, tapi di rumah depan masih ada, tapi ..." Wanita paru baya itu menggantung kalimatnya. "Kenapa, Bi?" tanyaku penasaran. "Gedung itu di tempati, Eyang." "Lalu?" tanyaku ingin tahu. "Tidak ada satu orangpun keluarga ini yang punya kamar di gedung depan, karena Eyang itu sudah tua dan sering mengamuk suka melempar barang-barang dan suka teriak-teriak kalau malam." "Siapa dia, apa wanita tua yang duduk di kursi roda?" "Iya, beliau i