゚☆ 。 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ׂׂૢ་༘࿐
゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆
゚☆ 。 ┊ ┊⋆ ┊ . ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊
゚☆ 。 ┊ ┊ ⋆˚ ┊ ⋆ ┊ . ┊
゚☆ 。 ✧. ┊┊ ⋆ ┊ .┊ ⋆
゚☆ 。 ⋆ ★ ┊ ⋆ ┊ .
゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ .
゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚.
゚☆ 。 H A P P Y R E A D I N G
゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚.
“A —”
Baru saja aku mau menyebut nama Argentum, laki - laki itu justru melepaskan cekalan tangannya dan membuatku kehilangan keseimbangan serta berakhir di pelukan Argentum. Ya Tuhan, aku ingin sekali mengumpat.
“AURUM! LO SAKIT APA?!” Suara Argentum terdengar beriringan dengan suara bantingan pintu UKS.
Aurum seketika panik, sementara Argentum justru tersenyum manis. Dia bahkan membuat kedua tangannya meraih punggung Aurum, memeluk gadis itu dengan santainya.
Jelas, hal tersebut membuat Raksa tidak bisa berkata - kata. Ia berharap, apa yang dia saksikan saat ini hanyalah halusinasinya.
Ingin rasanya kaki dia melangkah pergi dari tempat itu, tapi pendiriannya begitu kuat karena tak ingin Aurum terperangkap bersama cowok lainnya. Dengan rasa patah hati yang ia tahan laranya, Raksa berjalan tegak mendekati Aurum. “Aurum,” sapanya dengan nada yang biasa, bukan amarah bukan pula diselimuti dengan kesedihan.
“Ar, lepas!!” pinta Aurum pada Argentum yang seperti tak mau melepaskan gadis di pelukannya saat ini.
“Nggak mau!” Entah apa yang mempengaruhi diri Argentum sampai bertindak seperti ini. Seperti diselubungi dengan sifat posesif, padahal dia masih sebatas teman Aurum, tidak lebih dari itu.
Raksa menatap sinis Argentum. Jika Aurum tidak di sini, mungkin cowok itu sudah langsung menghadap keras wajah Argentum yang tengil itu. “ Kalo lo suka sama orang, nggak perlu maksa juga buat pelukan. Kalo orang itu suka balik bakal meluk lo kok. Lah ini Aurum aja nggak nyaman, berarti dia nggak suka sama lo. Jadi, lepasin dia sekarang, “ tegas Raksa yang tengah menyembunyikan kecemburuannya dengan begitu cerdas.
“ Apaan, sih, lo?! “ sergah Argentum lalu melepaskan Aurum dari pelukannya. “ Orang gue becanda doang, tadi tuh tangan gue gak bisa nyanggah lama - lama jadi gue biarin Aurum jatuh ke pelukan gue. Pegel tau, nggak! “ bantahnya yang tidak ingin terlihat kalah berargumen dari Raksa. Seenaknya saja tadi Raksaa mengatakan Aurum tidak suka padanya, jelas kalimat itu membuat Argentum geram setengah mati.
Laki - laki itu lantas bergegas menyiapkan diri untuk keluar dari UKS. Menurunkan kakinya yang sedikit terluka, memijak pada lantai yang dingin.
***
Aku menutup buku olimpade yang Argentum waktu itu berikan malam ini. Aku pikir sudah cukup untuk aku belajar. Sudah cukup aku untuk mempersiapkan untuk olimpiade besok.
Aku meregangkan otot-ototku. Rasa pegal itu masih menjalar.
Aku juga tak tahu, kenapa aku bisa bertahan sampai detik ini? Padahal hari-hari yang aku lewati cukup melelahkan dan banyak menggunakan tenaga.
Tapi aku sekarang bersyukur, fisikku masih bisa aku andalkan. Meskipun rasa lelah itu pasti ada, aku tak terlalu memikirkannya. Karena yang aku tahu, bekerja keras memang pasti akan membuat lelah. Tetapi aku juga lebih tahu jika kita bekerja keras, kita akan dekat dengan hasil yang kita inginkan.
Besok adalah hari olimpiade. Namun, aku sama sekali tidak memberitahukan hal penting ini kepada orang tuaku.
Rencananya, aku akan memberitahukan tentang olimpiade ini jika aku sudah berhasil menjadi pemenangnya. Aku ingin saat aku pulang nanti, aku juga akan pulang dengan membawa piala lalu aku serahkan ke ibu.
Aku berharap, ibu akan merasa bangga dan akhirnya bisa mengulas senyum sedikit untukku.
Setelah belajar, seperti biasa aku akan menulis terlebih dahulu. Entahlah, aku sudah nyaman dalam dunia kepenulisan. Aku mulai membuka handphone-ku dan mengecek email masuk. Berharap ada email dari editor yang menerima naskahku untuk di platform.
Mataku seketika berbinar karena mendapati notifikasi email dari editor. Jantungku benar-benar gugup sekarang.
Aku memejamkan mataku kemudian aku buka dengan perlahan untuk membaca isi email. Dan ternyata ....
Aku ditolak.
Pengharapanku seketika sirna begitu saja. Ada rasa kekecewaan yang menyelusup paksa dalam hatiku. Naskah yang sudah aku rancang sebisaku ternyata masih banyak kekurangan.
Bagaimana ini? Padahal aku butuh uang. Aku butuh uang itu unuk ditabung sehingga aku bisa membeli laptop. Aku selalu melihat teman-temanku belajar dengan menggunakan laptop dan sepertinya membantu kegiatan belajar akan menjadi lebih mudah.
Lagi pula, impianku itu ingin kuliah. Dan setahu aku, laptop vital sekali fungsinya di dunia perkuliahan.
Aku menutupi mulutku saat rasa kantuk tiba-tiba datang sehingga membuatku menguap. Aku menatap layar handphone-ku yang masih menampilkan tulisan prngajuan naskahku ditolak.
Aku menarik napas panjang untuk menetralisir perasaan yang sedang aku rasakan kali ini. Aku tak mau terlalu larut dalam kekecewaan.
Aku mulai memberi semangat pada diriku sendiri. Semua hal di dunia ini tak akan berbuah baik seperti apa yang kita harapkan. Kadang, mendapatkan yang membuat kita kecewa justru nantinya akan menjadikan kita terpicu untuk bekerja lebih keras lagi.
Aku tak akan putus asa, besok aku akan mencoba mengajukan naskah lagi kepada editor.
Malam ini, aku lebih baik memilih tidur untuk menyiapkan tenagaku agar besok saat mengerjakan soal olimpiade, aku tak merasa kantuk.
。・ : * : ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚☆ 。 ・ : * : ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚ ・ : * : ・ ゚ ★ ,。 ・ : * : ・ ゚ ☆ ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚
☆ 。 ・ : * : ・ ゚ ★ ,。 ・ : * : ・ ゚ ☆ ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚
゚☆ 。 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ׂׂૢ་༘࿐
゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆
゚☆ 。 ┊ ┊⋆ ┊ . ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊
゚☆ 。 ┊ ┊ ⋆˚ ┊ ⋆ ┊ . ┊
゚☆ 。 ✧. ┊┊ ⋆ ┊ .┊ ⋆
゚☆ 。 ⋆ ★ ┊ ⋆ ┊ .
゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ .
゚☆ 。
゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚.
゚☆ 。 S E E Y O U I N T H E N E X T C H A P T E R ! ! ! !
゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚..