28. Argentum POV

1094 Words
゚☆ 。 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ׂׂૢ་༘࿐ ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ゚☆ 。 ┊ ┊⋆ ┊ . ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ゚☆ 。 ┊ ┊ ⋆˚  ┊ ⋆ ┊ . ┊         ゚☆ 。 ✧. ┊┊ ⋆ ┊ .┊ ⋆          ゚☆ 。 ⋆ ★ ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚. ゚☆ 。 H A P P Y R E A D I N G ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚. "Rum, gue boleh minjem lo bentar?" Aku tidak mengerti dengan apa yang Raksa maksudkan. "Minjem … Gue? Maksud lo?" Tanpa membalas ucapanku, Raksa justru mengubah letak tanganku, mengalungkannya pada leher dia. Dia menarik pinggangku,, memangkas jarak kamu berdua. "Gue capek, Rum," katanya sembari memelukku begitu erat. Aku tahu ini memang bukan hal mudah bagi Raksa. Bahkan kedua orang tuanya belum resmi bercerai, tapi ayahnya sudah berani membawa selingkuhannya ke rumah. Dan hari ini mereka akan datang. Aku rasa, aku tidak sanggup lagi jika aku menjadi Raksa. Ingin rasanya melarikan diri dan tak ingin berkaitan lagi dengan keluarga yang tidak berarti itu. Namun, ini lah yang membuatku salut terhadap Raksa. Pemikirannya begitu terususun dan dewasa menanggapi hal ini jika di depan orang tuanya. Mau bagaimana pun, ayahnya yang bersalah. Raksa setuju betul akan perceraian kedua orang tuanya. Karena iya tidak ingin melihat ibunya menderita. Dan tidak ingin ayahnya menggunakan fisik untuk berbicara dengan ibu seperti tidak ada sikap yang lebih sopan. Aku hanyut dalam pelukan Raksa. Aku tidak ingin melihat sahabatku ini semakin menderita. Tapi aku juga tida tahu harus berbuat seperti apa padanya. ___ Argentum POV __ Aku tak bisa menemukan Aurum di kelasnya. Ini sudah menunjukkan waktu untuk pulang dan aku ingin mengajaknya pulang bersama. Aku merindukan senyuman gadis itu. Senyuman lepas seperti tidak ada beban di hidupnya. Meskipun bukan aku yang membuat lengkungan manis itu tercetak. Hanya … hanya saja … aku sungguh merasa tenang dan ikut bahagia jika melihat Aurum bahagia seperti itu. Kebahagiaan gadis itu sederhana. Tanpa harus ada bunga mawar dan cokelat yang menjadi keinginan sejuta umat. Tanpa membeli barang mewah dan merasakan kemewahan. Tanpa memiliki kuasa dan merasakan kekuasaan. Tanpa memiliki pasangan dan merasakan bagaimana dicintai. Kebahagiaannya hanya menonton Going Seventeen. Kebahagiaannya ketika dia mendapatkan buku yang ia ingin baca. Kebahagiaannya ketika dia menyelesaikan membaca buku itu. Kebahagiannya begitu sederhana. Meski aku tahu dia lebih tahu dari pada diriku. Bahwa … bahwa tidak ada hidup yang mudah. Tidak ada kebahagiaan sejati dan bisa terpancar jika bukan dari dalam diri kita sendiri. Aku bisa mengamati jelas betapa Aurum mencintai dirinya sendiri. Betapa dia merasa berharga dan membuat dia tidak ingin berhenti memperjuangkan suatu hal. Betapa dia percaya dan yakin jika tujuannya untuk saat ini akan tercapai. Tujuan sederhana yang mungkin mudah untuk orang lain capai tapi tidak untuk Aurum. Mendapat senyuman ibunya. Aku sering merasa jika aku tidak ada apa - apanya dibanding Aurum. Gadis yang begitu gigih itu begitu menghantam keras kehidupanku yang terlalu santai dan terlena dengan segala hal yang mungkin mudah aku dapat. Segala hal yang tidak pernah aku bayangkan bagaimana jika suatu hari nanti aku tidak bisa mendapatkannya dan harus berjuang mati - matian. Aku memang masih saja berkutik pada kehidupan santaiku. Namun, mindset ku perlahan berubah semenjak aku kenal dengan Aurum. Gadis itu memberiku banyak inspirasi dan banyak hal yang menjadi pembelajaran hidup. Meski aku tahu … kami hanyalah remaja. Usia kami masih belasan tahun dan kami hanya ingin hidup seperti remaja normal pada umumnya. Bersenang - senang, tanpa memikirkan beban di kehidupan. Ya, mungkin itu juga yang membuat aku bertekuk lutut, membuat aku benar - benar mengagumi sosok Aurum. Maka dari itu, aku tidak ingin melihat dia berjuang seorang diri. Aku ingin berada di sisinya, Di sisi bagaimana dia menemukan kebahagiaan. Walaupun aku belum tahu, bagaimana rasanya berjuang seperti yang Aurum lakukan. Tapi yang pasti, aku tidak ingin membiarkan Aurum merasa sendiri. Aku terus melangkahkan kakiku untuk mencari keberadaan gadis manis itu. Astaga, ke mana sebetulnya dia pergi? Perpustakaan? Taman? Namun kata teman kelasnya, Aurum sedang mencari Raksa. Sehingga bisa diyakini jika bukan perpustakaan tujuannya. Jujur, tentunya, aku merasa sedikit — tidak, aku sangat cemburu saat mendengar Aurum sedang mencari Raksa. Mengapa dia mencari keberadaan cowok lainnya selain diriku? Ya. aku sangat cemburu, meskipun aku bukan siapanya. Berlarian dari gedung ke gedung, taman ke taman, tak kunjung aku temukan sosok yang aku cari. Sedikit kecewa, banyak khawatir, dan lebih banyak cemburu. Itu yang aku rasakan saat ini. 。・ : * : ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚☆ 。 ・ : * : ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚ ・ : * : ・ ゚ ★ ,。 ・ : * : ・ ゚ ☆ ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚ ☆ 。 ・ : * : ・ ゚ ★ ,。 ・ : * : ・ ゚ ☆ ・ ゚ ★ , 。 ・ : * : ・ ゚ ゚☆ 。 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ׂׂૢ་༘࿐ ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ┊ ⋆ ゚☆ 。 ┊ ┊⋆ ┊ . ┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊ ゚☆ 。 ┊ ┊ ⋆˚  ┊ ⋆ ┊ . ┊         ゚☆ 。 ✧. ┊┊ ⋆ ┊ .┊ ⋆          ゚☆ 。 ⋆ ★ ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ┊ ⋆ ┊ . ゚☆ 。 ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚. ゚☆ 。 S E E Y O U I N T H E N E X T C H A P T E R ! ! ! ! ゚☆ 。 ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ︶ ༉‧₊˚..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD