21. Belum Ingin Pergi

1567 Words

Beberapa hari berlalu, ucapan Pak Hendar masih terngiang-ngiang di telinga Reygan. Bahkan dia merasa ada sebuah tanggung jawab besar ketika melihat wanita berhijab yang bekerja di klinik itu. “Woy, Kang Dirga! Jangan melamun!” Seseorang menepak pundaknya. Reygan pun menoleh dan itu adalah Kang Dadang yang selalu mengajaknya bicara dengan candaan recehnya. “Bukan melamun, Kang. Hanya berpikir.” Pria itu memberikan senyum lebarnya. Tanah longsoran telah menipis, bahkan kini jalanan aspal mulai terlihat kembali. Mereka menumpuk batu dan kayu untuk menahan tebing dari kerusakan, agar tak terjadi longsor lagi. “Sekarang matahari sedang terik, alhamdulillah. Kalau kita cepat, dua hari lagi ini selesai.” Reygan mengucap syukur sambil dia menatap pada tanah gundukan di tepian tebing. Oran

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD