Tiga Puluh

1520 Words
Sita kembali menatap sang putri dengan lekat. "Bunda ingin jawaban yang jujur, Kei. Jawaban yang tidak ada kebohongan sama sekali di dalamnya." seloroh Sita. "Aduh! Mampus dah ini. Aku harus jawab apa sama Bunda. Apa aku harus berbohong lagi? Tapi, kalau hadap-hadapan gini aku nggak bakalan bisa bohong. Aduh, gimana dong!" batin Keinara ketakutan. Keinara menata hatinya, ia bersiap untuk menjawab pertanyaan dari sang Bunda. Berkali Keinara menghela nafas dalam-dalam. "Bun, Kei sama Zaky, sebenarnya_" Keinara mendadak diam. "Hemm_?" "Kei sama Zaky sebenarnya saling suka, Bun. Tapi_!" "Tapi apa? Apa kalian sudah pacaran? Sejauh apa hubungan kalian saat ini?" potong Sita. "Kayanya aku udah nggak bisa ngelak lagi kalau kaya gini! Huufff!" batin Keinara makin ketakutan. Keinara menunduk. "Bun, sebelumnya Kei minta maaf dulu ya. Kei nggak bermaksud mau bohingin Bunda, Kei juga nggak mau jadi anak durhaka, Kei_" "Kamu sudah pacaran sama Zaky?" potong Sita. Keinara mengangkat kepalanya segera. Dengan raut wajahnya yang tambah panik. "Bunda! Kei akan nurut apapun yang Bunda mau. Kei akan putusin Zaky sekarang juga, asalkan Bunda mau maafin Kei. Please, Bun, maafin Kei ya?" rengek Keinara. "Kei sadar Kalau salah, Kei siap menerima apapun hukuman dari Bunda, asalkan saat ini juga Bunda maafin Kei." rengeknya makin menjadi. Terlihat ekspresi wajah Sita yang berubah. Yang tadinya menunjukkan sikap tegasnya, perlahan memudar. Entah apa yang di rasakan Sita saat ini. Yang jelas ada rasa kecewa namun juga lega. Walaupun pahit diterima, namun Keinara sudah berusaha untuk jujur. Mengingat pesan yang di katakan oleh Yudha, Sita kembali berfikir secara bijak. Ia tidak mau anak semata wayangnya salah melangkah karena hal bodoh yang ia lakukan. Keinara berhak memilih kebahagiannya. "Bunda izinin kamu buat pacaran sama Zaky!" ucap Sita tegas. Sontak membuat mata dan juga mulut Keinara terbuka lebar. "Bunda, ini Bunda beneran ngomong kaya gini? Kei, nggak salah dengar kan?" sahut Keinara dengan mata yang berkaca-kaca. Sita membelai lembut kepala sang putri. "Nggak sayang! Bunda serius. Bunda baru sadar, dengan cara mengekang keinginanmu, itu bukan cara yang tepat. Sementara kamu harus tersiksa dengan perasaan kamu sendiri demi menjaga perasaan Bunda. Sedangkan Bunda, masih egois memikirkan hati Bunda sendiri. Mulai saat ini, Bunda izinkan kamu untuk bisa lebih dekat lagi dengan Zaky. Bunda tahu Zaky anak yang baik. Bunda percaya sama kalian berdua, kalau kalian pasti akan menjaga baik-baik amanah dari Bunda." "Bundaaaa! Terima kasih ya!" Keinara langsung memeluk erat sang Bunda. "Kamu berhak bahagia, Kei. Kamu berhak menikmati masa-masa remajamu layaknya anak-anak yang lainnya." batin Sita merasa haru. Keduanya masih nampak berpelukan, bahkan makin erat seperti tidak ingin melepaskan. Sungguh tak terbayangkannya perasaan Keinara saat ini. Yang ia pikirkan hanyalah, ingin segera memberitahu Zaky soal kabar baik ini. Sita menarik tubuhnya memegangi kedua jemari Keinara. "Sekarang kamu istirahat ya, sudah malam. Istirahat yang cukup, biar besok bisa bangun dengan badan yang makin sehat. OK, sayang!" "Siap Bundaku, sayang!" ucap Keinara dengan wajahnya yang berseri. Keinara membearkan posisi tidurnya. Sementara Sita meraih selimut untuk menutupi tubuh sang putri. "Tidur yang nyenyak, ya!" Sita mengecup kening sang putri. Sita bangkit, beranjak dari tempat tidur Keinara. Tak lupa sebelum melewati pintu, ia meraih stop kontak untuk mematikan lampu. *** Keesokan harinya... Sekitar pukul tujuh, Zaky sudah sampai di rumah Keinara, mengantarkan sepeda motor Keinara yang ditinggal di kampus. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Zaky juga berniat untuk memastikan keadaan sang kekasih, sudah membaik atau belum. Sita membukakan pintu untuk Zaky, karena kebetulan butik memang belum buka. "Pagi Bunda." sapa Zaky dengan lembut. "Eh, Zaky! Pagi-pagi sudah sampai sini, nak?" sahut Sita. "He he! Ini, Bun, Zaky mau antarin sepeda motornya, Kei. Rencananya mau dianter kemarin sore, tapi ternyata nggak keburu." terang Zaky sedikit tidak enak. "Owh, iya, Ky. Aduh, jadi ngerepotin kamu nih. Taruh aja di depan rolling door itu, Ky." Sita menunjuk ke depan garasi. "Owh, iya Bun." sahut Zaky, kemudian ia kembali menuntun sepeda motor ke depan garasi. "Masuk dulu yuk, Ky! Sekalian kita sarapan bareng yuk. Kebetulan tadi Bunda bikin nasi gorengnya banyak. Yuk!" ajak Sita. Keduanya kemudian masuk ke dalam dan langsung menuju ke lantai dua. Keinara yang sudah duduk di meja makan, sontak terkejut melihat Zaky yang naik ke atas. "Lh, Ky? Ada disini?" "Hehe, iya! Kan nganter motor kamu, Kei." sahutnya lalu duduk di sebelah Keinara. "Bunda suruh masuk biar sarapan bareng-bareng sekalian, Kei. Tadi kan Bunda masak nasi gorengnya banyak. Biar setu juga kan makan rame-rame." celetuk sang Bunda yang sedang mengambil piring. Sita meletakkan piring ke hadapan Keinara dan Zaky. Sementara nasi goreng sudah tersaji di atas wadah besar di tengah meja. Dilengkapi dengan telor goreng mata sapi, lengkap dengan acar mentimun. "Waah, dari baunya aja udah enak banget ini. Apalagi rasanya. Bunda kalau masak emang nggak pernah gagal deh." puji Zaky, yang sudah tidak tahan lagi ingin segera menikmati nasi goreng rumahan buatan Sita. "Di makan dulu coba, Ky. Siapa tahu bau dan rasanya tidak sinkron, hehehe." Sita mulai menyendok nasi goreng ke dalam piringnya. "Masakan Bunda kan emang nggak pernah gagal. Tuh si Rony sampai ketagihan, kalau kesini yang dipikirin cuma masakannya Bunda, hehehe." seloroh Zaky, menunggu antrian mengambil nasi gorengnya. "Masak sih, Ky?" sahut Sita. Keinara bergantian mengambil nasi goreng untuknya. Sekalian mengambilkan untuk Zaky juga. "Beneran, Bun! Ngapain coba Zaky bohong. Ini Zaky juga jadi ingat sama Mama." ujarnya lalu memasukkan suapan pertamanya. "Mama kamu juga jago masak ya, Ky? Orang kaya kan biasanya nggak sempat masak. Udah ada asisten di rumah, kalau mau makan di luar ya tinggal pergi aja." tutur Sita, seraya terus mengunyah. "Mama sebenarnya juga jago kalau soal masak, Bun. Cuma ya gitu deh, kebanyakan malesnya. Hehe." sahut Zaky cengengesan. "Heemmm, udah nih muji-muji Bundaku!" seloroh Keinara yang merasa di abaikan sedari tadi. "Kamu mah belum tahu aja, Ky. Masakan Bunda belum ada apa-apanya di banding sama masakan Nenekku. Hemmm, lebih parah enaknya dari ini." Zaky memandang ke samping. "Masak sih, Kei? Wah, kapan-kapan perlu di coba ini, he he he." "Siap. Nanti kita rame-rame sama anak-anak. Kita serbu rumah Nenek, hehehe." Ketiganya larut dalam suasana pembicaraan hangat di atas meja makan. Sita yang melihat Zaky dengan segala kelebihannya, akhirnya bisa menerima dengan ikhlas, dan memberikan kesempatan pada Keinara dan Zaky untuk membina sebuah hubungan yang lebih dekat dari sekedar pertemanan saja. Setelah selesai makan, Sita mengajak Zaky dan Keinara duduk bersama. Tak lain adalah untuk membicarakan perihal kelanjutan hubungan kedua anak remaja tersebut. Sita menjelaskan jika dia sudah bisa menerima jika Zaky dan Keinara ternyata memang saling mempunyai rasa. Dengan catatan, tidak boleh membuat prestasi akademik mereka turun. Sebuah komitmen yamg mereka jalani harusnya dijadikan cambuk untuk meningkatkan prestasi mereka. Zaky tentu sangat bahagia, ia bahkan tidak akan menyangka jika akhirnya Sita mau memberikan restu itu untuknya juga Keinara. Zaky juga berjanji, selama membina hubungan dengan Keinara, dia tidak akan melakukan sesuatu yang di larang. Zaky akan berpacaran secara sehat dan tidak melampaui batas. *** Waktu menunjukkan pukul lima belas lebih sepuluh menit. Waktunya Yudha menyudahi pekerjaannya. Yudha bekerja di kantor walikota sebagai Aparatur Sipil Negara. Tepatnya di bagian administrasi kependudukan. Yudha sejenak tak ingin segera beranjak dari kursi kerjanya. Karena ketika ia pulang nanti, pasti sang Ayah dan Ibunya akan menanyakan lagi soal perjodohannya dengan Ratna. Yudha merasa tidak nyaman, ketika privasinya merasa terancam. Baginya, jodoh sudah ada yang mengatur. Dan dia yakin, ketika jodoh itu belum datang, memang waktunya saja yang belum tepat untuk datang. Yudha mengisi waktunya membuka aplikasi sosial medianya. Terlihat ada sebuah notifikasi di atas bar ponselnya. Yudha segera menekannya, ingin mengetahui isi dari noifikasinya. "RamaWijaya85!" serunya mengeja sebuah nama yang berusaha mengikuti akun aplikasi instgamnya. Yudha yang memang cuek dengan nama-nama pengikutnya langsung saja menekan menu konfirmasi. *** Drrrrttt. Getaran ponsel yang diletakkan di atas meja, mengalihkan konsentrasi Rafly yang tengah sibuk menatap layar laptopnya. Rafly menatap layar ponselnya yang masih menampakkan cahaya putihnya. Karena penasaran, Rafly memilih menghentikan pekerjaannya, lalu meraih ponsel tersebut. Sesaat setelah melihat notifikasi, matanya melebar seketika, bibirnya juga terlihat mengembang perlahan. Ya, Rafly menerima pemberitahuan jika permintaan mengikuti akun instgam milik Yudha sudah dikonfirmasi. Rafly segera mengabaikan pekerjaannya, ia fokus dengan membuka akun milik Yudha. Ia buka beranda hingga galeri fotonya. Ia lihat satu persatu foto yang di unggah oleh Yudha. Sayang, tidak satupun dia menemukan keberadaannya foto Sita disana. "Di galeri Yudha, bahkan tidak ada satupun foto Sita. Apa mungkin Sita nggak ada di Jogja? Lalu, kemana dia? Astaga!" gerutu Rafly seraya memijit keningnya. Rafly mencoba melihat galeri foto di akun Yudha sekali lagi, memastikan tidak ada datu fotopun terlewatkan. Matanya berhenti pada satu foto, dimana Yudha tengah berfoto dengan seorang gadis yang mengenakan pakaian seragam SMA. Dengan menuliskan caption 'Selamat buat anak gadisku. Sebentar lagi mau masuk kuliah. Belajar yang rajin ya sayang!' "Apa ini anaknya Mas Yudha? Tapi dari tadi aku juga nggak menemukan ada wanita yang menunjukkan itu istrinya Mas Yudha." batinnya. Rafly kembali menatap ke arah foto. Melihat dengan seksama kedua orang yang sedang tersenyum lepas tersebut. Seperti ia mengingat akan sesuatu. "Ini anaknya Mas Yudha, wajahnya kaya nggak asing. Sekilas aku pernah lihat ini anak, tapi dimana ya?" Rafly mencoba mengingat-ingat kembali. Sayang sekali, ingatannya harus terhenti ketika suara getar ponselnya terdengar jelas di telinganya. Nama 'My Wife' muncul di layar depan ponselnya. Sukma memanggil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD