2. Old Road Street Britania Raya.

729 Words
Rubby mengetuk pintu yang juga belum dibuka oleh pemilik flat nya, padahal sudah jam tujuh tapi apa mungkin betty belum pulang dari perpustakaan ya? Pikir Rubby, dia lalu mengeluarkan ponselnya dan menelpon Betty. "Bett, kamu dimana?" Tanya Rubby langsung, jujur dia sedikit panik, masalahnya Betty pernah bercerita kalau dia pernah melihat mayat disekitar gang yang menuju flat mereka. ________ "Syukurlah, aku didepan pintu flat mu tapi kau tidak ada," kata Rubby menjelaskan. ________ "Tidak ada, hanya aku merindukanmu." Rubby tertawa sendiri sedangkan Betty disana mendengus. "Baiklah, besok pagi sebelum kau pergi kerja aku akan mampir untuk melepaskan rindu ya my Beib." Tawa Rubby pecah saat Betty lagi-lagi menarik napas kesal. Rubby berbalik menuju flat nya yang kebetulan bersebelahan dengan flat milik Betty. Rubby bertemu dengan Betty saat dia baru-baru pindah ke flat nya, tapi bukan kenal karena bertetangga melainkan karena Betty menolongnya saat Rubby terkilir akibat jatuh memakai high heels didepan perpustakaan yang menjadi tempat kerja Betty, dari sana hubungan mereka semakin dekat ditambah mereka bertetangga, sehingga Rubby menjadi nyaman dan tidak sungkan dengan Betty. Betty paling mengerti sifat dirinya yang sangat menyebalkan itu, dengan adanya betty dia bisa merasakan memiliki keluarga. "Oh Betty betapa ku cinta padamu," kata Rubby nyaring dan dia terkekeh sendiri dengan kegilaannya. Setelah berada didalam flat nya Rubby bingung akan kemana, hari ini dia memang libur bekerja jadi dia memutuskan untuk tidur seharian sedari pulang dari salon, niat ingin bertemu Betty malah wanita itu lembur diperpustakaan. Rubby mengambil mantelnya yang berwarna coklat, memakai boat shoes nya dan siap pergi keluar membeli makanan yang murah untuk isi perutnya. Sambil bersenandung Rubby berjalan menatap langit dan juga sekelilingnya, tiba-tiba tangannya ditarik jauh dari trotoar yang dia lewati. Rubby mencoba berteriak tapi mulutnya sudah disumpal oleh sapu tangan yang diberi bius hingga dia tidak sadarkan diri. Rubby tidak tahu apa yang telah terjasi padanya saat dia membuka mata dia hanya melihat lampu berwarna kuning dia mengerjapkan mata dan langsung duduk, dia berada didalam mobil?? Tanya Rubby pada dirinya sendiri. "Ehm," suara seseorang membuatnya tersadar akan seorang pria yang berada di bangku depan mobil mewah ini. "Kenapa aku disini?" Tanya Rubby meneliti pakaiannya yang ternyata masih lengkap dan wajah pria itu berdecih melihat gelagat Rubby. "Kamu siapa?" Tanya Rubby lagi tidak takut sama sekali. "Lain kali berjalanlah dikeramaian, kau bisa turun dari mobilku jika sudah selesai meneliti bentuk baju dan tubuhmu." Rubby melotot tak percaya, pria yang luar biasa gagah dan tampan ini berbicara seakan dia tidak penting, tapi kenapa hati Rubby bergetar mendengar suara berat pria itu. "Hei nona apa sudah selesai?" Rubby yang dipanggil hanya tersenyum salah tingkah, dia mengerti sekarang mungkin pria ini sudah menyelamatkannya. "Tunggu apa kau menyelamatkanku?" "Menurutmu, apa ada penculik atau pencopet yang membiarkan targetnya pergi dan juga melihat wajahnya?" Rubby tersenyum lagi dan kali ini lebih lebar dari tadi membuat pria penolongnya itu muak. "Keluarlah, aku ada urusan." Rubby yang masih betah lama-lama melihat pria tampan harus muram karena diusir oleh pemilik wajah itu padahal dia cantik juga seksi, tapi kenapa pria ini tidak mengantarkannya pulang? Atau setidaknya mengajaknya berkenalan? Rubby merasa direndahkan saat ini. "Apa kau tidak ingin mengantarkanku pulang? Bagaimana jika mereka tadi datang lagi?" Rubby masih berusaha tapi tetap gagal. "Turun," suara rendah dan dingin itu membuat Rubby takut tapi dia tidak menghiraukannya dia masih memberikan senyumnya dan mengucapkan terimakasih. "Terimakasih, padahal aku tidak punya uang jika pun mereka ingin mencopetku." "Tu_run. Jangan buat aku menyesal menolongmu." Pria itu masih berbicara tanpa melihatnya, Rubby keluar dari dalam mobil pria itu dengan gemas, mobil hitam metalik itu langsung pergi dua detik dari Rubby menginjakkan kakinya ke aspal lagi dengan kecepatan tinggi. "Ganteng-ganteng kok jahat sih, aduh dinginnya," ujar Rubby dan teringat kemana mantel yang dia pakai tadi. Dia memukul kepalanya sendiri, sudah jelas tadi mantelnya dijadikan bantal oleh pria itu untuknya. Perut lapar dan kedinginan, lengkap sudah penderitaan Rubby. Dengan pasrah Rubby kembali ke Flat nya setelah membeli sebuah king burger untuk dijadikannya pengganjal perutnya. Rubby masih memikirkan wajah pria yang menolongnya tadi dan dia tersenyum sendiri, dia menatap langit dan berbicara sendiri. "Oh bintang, jika aku bertemu dengannya lagi pada malam hari aku akan mengejar pria itu, oke?" Rubby mengedipkan sebelah matanya lalu masuk kedalam bangunan flat nya dengan menggigil karena sangat kedinginan. "Dingin-dingin enaknya diangetin ih," gerutu Rubby lagi pada dirinya, merasa malang karena dia sudah menjadi wanita jomblo dua tahun ini. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD