David sudah membolak-balikkan badannya. Ia terus aja gelisah, tidak bisa tidur. Kamar ini sangat tidak nyaman baginya, terasa pengap dan panas. Dibanding rumah Tuan Albern walau di sana tidak ada tempat tidur, setidaknya dalam satu kamar hanya berisi dirinya dan Ardika. Dalam kamar itu kini gelap hanya temaram lampu dari sudut saja tampak remang-remang. Sepertinya mulai saat ini, David harus membiasakan tidur tercampur dengan banyak orang. Sekali lagi ia menghela napas setelah kemudian menghembuskan perlahan. Ia memejamkan mata lalu menutup wajahnya dengan selimut, seiring satu tangannya berada di atas kepala. Namun, belum juga lelaki itu terpejam, tiba-tiba ia mendengar suara pintu terbuka dengan perlahan. David membuka selimut sampai bawah matanya untuk melihat siapa yang datang. T