Suara saat pintu terbuka terdengar menggema di ruangan sunyi dan luas tak berpenghuni itu. Sambil memegangi tangkai kain pel di tangannya kuat-kuat, Venia terus saja mengelilingi ruangan dengan mata bulatnya. Kemudian Rover berbalik ke arahnya sambil memegangi handle pintu. Sontak membuat Venia mengeluarkan keringat dingin sebab ia takut jika lelaki itu tiba-tiba mengurung dirinya. Ruangan itu, sama seperti tempat yang beberapa hari ia temukan dengan David. Di mana sebuah ruangan yang tak ada pantilasi udara sama sekali. Hanya ada satu jendela kaca tebal berada di atas. Hanya itulah satu-satunya pencahayaan dari luar yang dipakai. "Sebenarnya ruangan apa ini?" tanyanya dalam hati. Sambil mengerutkan dahi bingung. Ruangan itu tidak begitu kotor namun aroma tidak sedap masuk ke ind