Chapter 22

1502 Words

“Makanlah, atau kalau tidak makanannya akan basi,” ucap Tuan Albern menyidorkan sepiring makan malam untuk Ardika yang kini sedang terpaku di atas kursi sambil menyangga rahang dengan kedua tangan. “Aku sudah bersusah payah membuatkan makan untukmu, maka tolonglah sedikit saja kau hargai.” Pria tua itu menghela napas duduk di samping Ardika yang begitu enggan menatapnya. Ardika sedang menunjukkan rasa protesnya karena selama dua hari ini Jack telah pergi dari rumah tuan Albern. Bukan tanpa sebab, melainkan karena taman satu-satunya Ardika itu melarikan diri di saat Tuan Albern ingin mencelakainya. Kini anak kecil itu sendirian, tidak ada lagi teman yang membantunya. “Apa kau ingin menu makanan yang lainnya, Nak?” tanya Tuan Albern dengan lembut. Namun, lupakan dengan kelembutan itu

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD