Xavier adalah pria tampan sempurna yang terlahir dari pasangan yang berbeda ras yaitu putri serigala dan penyihir agung yang tidak boleh menikah dengan sembarang wanita. Calon istri hanya akan dipilih oleh para tetua di akademi sihir. Keturunan yang lahir tanpa diketahui oleh siapapun itu mewarisi kekuatan dari kedua orang tuannya. Kemampuan sihir dan jiwa pemburu seekor serigala belum lagi pelatihan dari para naga.
Pemuda yang baru berusia dua puluh tahun itu terlihat duduk di tepi danau tiga warna yang mengepulkan asap karena mengeluarkan hawa panas dari perut gunung yang menjadi dinding dan pelindung tempat tinggal para naga. Xavier terlahir menjadi pemuda yang pendiam dan tidak banyak bertanya. Ia begitu mudah mengerti segala sesuatu yang dipelajari dengan kecerdasan di atas rata-rata dan berlebih dari manusia normal. Garis keturuan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Kemampuan Ayah dan ibu dengan kesempurnaan masing-masing telah menjadi milik Xavier.
“Apa yang kamu pikirkan?” Seekor naga merah besar duduk di samping Xavier yang hanya menoleh sekilas dan kembali menatap luasnya danau.
“Xavier, apa kamu tidak mau mengertahui tentang orang tua kamu?” tanya Guet−sang naga merah.
“Apa ayah dan ibuku bukan naga?” tanya Xavier tanpa melihat Quet.
“Apa kamu melihat ada naga dalam wujud manusia tampan dan sempurna?” Quet merebahkan kepalanya di atas batu.
“Mereka meninggalkanku di sini berarti tidak menginginkan aku,” tegas Xavier.
“Kamu memiliki ibu yang sangat cantik dan ayah paling tampan.” Quet menyentuh kepala Xavier dengan sayapnya.
“Bibi sengaja menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya kepada kamu.” Mata tajam Quet menatap wajah tampan Xavier.
“Kamu pasti sudah siap saat ini.” Quet melihat penolakan Xavier akan sentuhannya.
“Siap untuk apa?” tanya Xavier dan berdiri.
“Menemui ibu dan ayahmu,” jawab Quet.
“Aku bahagia di sini bersama para naga. Terbang dan berburu dengan kemapuan yang tidak tertandingi.” Xavier terjun ke dalam danau panas. Pemuda itu bahkan memiliki kemampuan naga, ia tidak terbakar.
“Kenapa kamu bisa tumbuh menjadi pria yang dingin?” Quet terjun untuk menangkap anak angkatnya dan terbang ke langit.
“Kenapa, Bibi mengakapku?” kesal Xavier.
“Jangan menyia-nyiakan kekuatan kamu,” tegas Quet membawa Xavier ke padang naga.
“Aku harus berlatih dan menjadi yang terkuat.” Pemuda itu terjun bebas dan mendarat dengan sempurna di atas padang rumput.
“Ah, pemuda tampan bermain ke padang,” ucap naga hijau.
“Quet, apa putramu bisa menikah dengan kawanan naga?” tanya seekor naga betina yang juga berwarna merah.
“Putraku hanya bisa menikah dengan mahkluk dalam bentuk manusia,” jawab Quet dan melihat Xavier telah berlari dan meloncat diantara pungung-punggung naga.
“Kenapa kita tidak bisa berubah bentuk dalam wujud manusia?” tanya seekor naga kecil.
“Apa kamu menyukai pemuda itu?” Quet balik bertanya.
“Bibi, Xavier terlahir sempurna dengan mampu menyerap semua kekuatan yang ada di dekatnya,” ucap naga kecil.
“Bukankah itu sangat berbahaya? Semakin besar kekuatan dalam tubuhnya, maka naluri membunuh tidak akan terkontrol,” jelas Quet.
“Apa kamu akan membiarkan Xavier keluar dari kawasan naga?” tanya naga dewasa lainnya.
“Dia harus bertemu dengan ibu dan ayahnya. Aku sangat mengkhawatirkan Lovetta. Sejak melahirkan dan meninggalkan Xavier, temanku itu tidak pernah kembali.” Mata Quet terlihat sedih menatap Xavier yang semakin menjauh mendaki gunung hingga ke puncak. Entah apa yang dipikirkan pemuda itu. Ia terlihat sangat bosan dengan kehidupan di dalam hutan perlindungan para naga.
“Apa ada dunia lain di balik gunung ini?” Xavier berdiri di puncak pohon tertinggi dan tidak ada yang bisa ia lihat. Semua tertutup kabut.
“Ayah dan ibu. Apa mereka manusia biasa? Bagaimana aku bisa bersama kawanan naga? Apa mereka membuangku? Haruskah aku bertanya? Tidak!” Xavier melihat seekor rusa yang sedang berlari di bawah. Jiwa pemangsanya langsung muncul. Kuku panjang dan taring keluar tanpa perintah. Pemuda itu melesat cepat dan menerkam hewan buruannya. Sebenarnya ia tidak perlu terjun langsung karena kemampuan sihir dengan mudah dapat mengurung rusa itu. Tangan penuh darah karena mencabik dan memakan mangsanya.
“Xavier, jangan lakukan itu!” Quet merebut makanan Xavier yang terlihat belepotan.
“Ini yang aku lihat, cara berburu dan menikmatinya.” Mata tajam Xavier menatap Quet.
“Ya, ini salah bibi.” Quet mengembalikan tubuh rusa yang telah hancur.
“Aku tidak berselera lagi.” Pemuda itu berlari cepat menuju tempat pemandian untuk membersihkan diri. Ia melepaskan pakaian yang melekat di tubuh hanya meninggalkan sehelai kain tipis menutupi senjata keperjakaannya. Otot-otot seksi terbentuk dengan sempurna melompat ke dalam danau dingin tanpa warna sangat jenih sehingga dapet melihat dasar danau meskipun sangat dalam. Xavier berenang dengan sangat lincah dan mampu bertahan cukup lama di dalam air. Ia mencapai dasar yang memiliki kedalaman hingga lebih dari satu kilometre.
“Apa aku salah mendidiknya?” Quet menatap danau dari ketinggian dan turun ke tepi air menunggu anak asuhnya muncul ke permuakaan. Pemuda itu dibesar oleh kawanan naga yang berbeda dengan jiwa pemburu.
“Kenapa hari ini, Bibi terus mengikutiku?” Xavier keluar dari air dan berpakaian. Ia mengeringkan tubuhnya dengan kekuatan sihir.
“Bibi, sangat merindukan Loveta−ibu kamu.” Quet menatap Xavier.
“Ibumu menitipkan kamu pada bibi untuk melindungi dari dunia luar yang kejam,” jelas Quet.
“Apa ada dunia lain?” tanya Xavier yang mulai penasaran.
“Ya, dunia yang dipenuhi dengan peperangan dan kebencian.” Quet duduk di samping Xavier.
“Ada makhluk lain dengan wujud manusia dan siluman serta para peri,” jelas Quet dan terlihat senyuman di bibir Xavier.
“Apa yang membuat kamu tersenyum?” tanya Quet.
“Aku akan mencari ibu untuk bibi,” ucap Xavier.
“Bibi memang mau kamu dapat keluar dari sini dan bertemu dengan ayah dan ibu kamu.” Quet menatap Xavier.
“Tentu saja. Aku akan senang berada di dunia yang berbeda.” Xavier berjalan menuju gua yang menjadi rumah mereka diikuti Quet.
“Xavier, kamu harus mengenali dirimu terlebih dahulu,”’ ucap Quet.
“Aku memiliki banyak kemampuan yang pasti didapat dari ayah dan ibuku.” Xavier menghentikan langkah kakinya dan menatap Quet.
“Ya dan ibu kamu kehilangan sebagian kemampuan sejak melahirkan kamu. Ia kembali ke keluarganya untuk memulihan diri, tetapi bibi sangat khawatir karena dia tidak pernah kembali.” Quet menunduk.
“Apa Bibi tidak pernah keluar dari sini? Bagaimana kalian bisa menjadi teman?” tanya Xavier yang penasaran dengan dunia luar.
“Dulu, aku sering keluar masuk dua dunia ini sehingga berteman dengan ibu kamu yang cantik.” Quet tersenyum mengingat kelakukan nakal mereka ketika masih muda.
“Hari sudah gelap. Ayo kita masuk.” Quet masuk ke dalam gua.
“Bibi akan menceritakan tentang ibu kamu,” ucap Quet.
“Bagaimana dengan ayahku?” tanya Xavier.
“Bibi tidak mengenal ayahmu, tetapi Lovetta selalu bercerita tentang pria tampan yang sangat mempesona dengan rambut perak dan mata biru sama dengan dirimu.” Quet tersenyum di balik wajah naga yang cukup menyeramkan. Hembusan napasnya memberikan uap panas, tetapi Xavier telah terbiasa.
“Aku akan mencari mereka.” Xavier merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.
“Percuma memiliki kekuatan, jika tidak bisa digunakan.” Seringai mengerikan muncul di sudut bibir dari wajah tampan itu