“Ada apa ini? Kamu yang jemput adikmu?” tanya Ibuk pada putra sulungnya. Wanita itu memasuki kamar Arez saat putranya sedang berganti baju. “Pakai bajumu dan temui ibuk di depan,” perintah Ibuk saat anaknya telah mangap ingin bicara. Icin menangis seperti anak kecil saat Arez duduk disampingnya dan di depan keduanya ada Ibuk yang sudah siap mengadili. Bukannya menjelaskan apa yang terjadi, Arez terlebih dahulu memeluk adik kecilnya kemudian menyeka air mata gadis itu. “Icin kesal, buk,” ucapnya terisak. “Kalian bicara yang jelas supaya ibuk bisa ngomong,” ucap ibuk tegas. Arezlah yang akhirnya menceritakan perihal pemuda yang beberapa minggu lalu ia kenal. Tidak, justru pria itu yang mengenalkan diri padanya. Bocah ingusan yan