3.3

1027 Words
Pagi-pagi Icin dibangunkan oleh siswa yang mengenakan seragam sekolahnya dulu. Icin jadi canggung sekali karena diurusi semalaman oleh bocah ganteng bernama Megantara Abid Padmaja. Tengah malam Abid sering mengecek keadaannya. Icin sudah meminta Abid untuk tidur saja karena ia baik-baik saja, namun si bocah tidak ingin dimarahi bang Shakka. Abid juga meminta maaf untuk abangnya karena abang hanya akan fokus pada kak Key jika kembaran abangnya itu sakit. Jelas saja Icin langsung bereaksi bahwa ia bukan siapa-siapanya Shakka. Menatap nanar pada layar hape yang ia lupakan semalaman, Icin tidak tau harus bagaimana. Puluhan pesan dan panggilan dari Rega dan bang Aksa, juga ada panggilan dari Ilham yang menanyakan kenapa Icin lari. “Kenapa? Ilham nyariin?” tanya Shakka yang sudah lebih kepo dari hari kemaren. “Ga lah, siapa gue ya kan?” tanya Icin membawakan lelucon tentang dirinya dan Ilham. Shakka diam, lebih memilih kembali mengawasi Key agar memakan makanannya dengan benar. Begini lebih baik dibanding kepo dengan urusan salah satu cewek yang dulu selalu mengganggunya semasa sekolah. Hanya saja, dulu Shakka terlalu alergi dengan geng SW sehingga ia mencap semua cewek disana adalah hama. Ternyata, Cyntia Zahrah tidak buruk –tentu saja tidak buruk karena definisi buruk bagi Shakka adalah tergila-gila padanya–dan lebih ke harus diarahkan saja mengenai perasaan. Meski begitu, Shakka cukup merasa iri dengan temannya karena mendapatkan seorang cewek dengan segalanya, disamping tidak bisa berkomentar dengan cara Ilham memiliki cewek lain disaat dirinya hanya akan memberikan hatinya untuk Solene. “Gue pulang ya, Ka, makasih banyak untuk tumpangan semalam dan gue janji ga akan muncul kaya orang gila lagi,” ucap Icin setelah menekan tombol power pada hapenya. Tampaknya menjauh dari dunia modern adalah hal yang tepat baginya. Mungkin Icin harus membangun dunia analog versi dirinya. “Gue antar,” ucap Shakka yang sudah berdiri, pria sejati tentu tidak akan membiarkan perempuan pergi sendiri. Kebetulan Shakka adalah pria sejati. “Ga usah, kalo Unna sama Bella tau lo pernah punya niatan ngantar gue, gue bisa di bully,” kekeh Icin, ia memberikan roti yang barusan ia olesi selai pada malaikat penjaganya semalam. “Makasih kak,” ucap Abid, kemudian ia memberikan salam pada abang dan kakaknya sebelum meninggalkan ruang makan. “Kakak jangan sampai suka Abid, ya, dia punya aku,” ucap Fay sebelum menyusul Abid yang lagi-lagi mencoba melupakan tugas untuk mengantarnya ke sekolah. Padahal mereka satu sekolah tapi Abid sering meninggalkannya. “Jangan dengerin Fay, dia masih bocah. Lagian Abid bukan punya dia, tapi punya gue,” kekeh Shakka. “Ngga kok, mereka lucu ya, masa kecil udah cinta-cintaan. Yaudah, gue balik, Ka, Key.” Shakka memperhatikan Icin dari kejauhan, sesuatu tertahan di lidahnya. Entah ini salah atau tidak, Shakka ingin menjadikan perempuan bodoh itu temannya. Shakka bukannya jatuh cinta hanya karena mendengar cerita Icin kemaren, ia hanya merasa harus ada setidaknya satu orang saja di dunia ini untuk mengajari Icin perihal laki-laki. “Bukannya gara-gara geng Cyntia semua orang mengetahui cinta terlarang kamu ke aku?” tanya Keysha setelah berhasil menelan makanan terakhirnya pagi ini. “Hm..” “Jadi?” tanya Keysha tidak mengerti dengan kembarannya sendiri. “Aku ingat Cyntia Zahrah karena dia yang paling diam diantara semua orang, dia hanya ikut-ikutan, kurasa,” ucap Shakka sekali lagi menoleh pada punggung Icin. >>> Menemukan Rega di depan kos bukanlah hal yang aneh setelah semalaman Icin tidak bisa dihubungi oleh cowok itu. Wajah marah Rega juga bukan hal yang aneh. Satu-satunya yang aneh adalah Icin yang tidak ingin bertemu Rega. “Sudah sarapan?” tanya Rega memulai. Icin mengangguk. “Jadi lo bisa jelasin ini,” ucap Rega menghela napas, “selain Aksa, Queen nelpon gue karena Ilham nelpon dia gara-gara lo kabur sambil nangis.” “Gue ga nangis-” “Tapi mewek? lo lupa kalo kemaren lo sempat ngamuk ke gue?” Giliran Icin yang mengambil napas dalam. Jiwa emak-emaknya Rega kambuh. “Siapapun si Ilham-Ilham yang kemungkinan sekarang sedang lo suka, Cin, apa menurut lo ini benar dia selalu tau dimana dan apa yang lo lakuin?” ucap Rega mempelototi Icin. “Gue ga ngerti maksud lo dan-” “Ingat terakhir kali kita makan? Queen telfon gue, ingat? Dia bilang kalo Ilham bilang ke dia, duh susah ngomongnya. Pokoknya si Ilham ngadu ke Queen kalo lo jalan sama cowok asing yaitunya gue dan tolong lo koreksi ke dia kalo gue bukan cowok asing. Seingat gue hari itu kita ga ketemu cowok manapun yang kemungkinan si sialan ini. Kemaren dia juga tau lo kabur ala-ala India dan tolong pikir kenapa dia bisa tau!!” Icin mencoba mengingat kejadian yang Rega ceritakan dan itu bertepatan dengan hari terakhir ia bertukan pesan denga Ilham. Icin ingat hari itu Ilham ingin bertemu dengannya, Icin bahkan menolak ajakan video-call Ilham. Mata icin membesar seiring ia menyadari inilah penyebab Ilham mendiamkannya. Niatnya memang ingin membuat Ilham cemburu? Eh tapi, masa iya? Seingatnya tidak ada tuh Ilham Bentrand ikutan nonton live Instagramnya. Jika Icin mengetahui fakta ini sebelum mendengarkan cerita Shakka mungkin ia masih bisa menganggap bahwa itu adalah salah satu bentuk kecemburuan Ilham terhadapnya. “Ya sudah lah ga, ga penting juga. Gue bukan siapa-siapa Ilham.” “Yakin lo?” tanya Rega dengan tatapan menyelidik. “Suwer,” kekeh Icin, namun hatinya mencelos. Jadi begini rasanya mengakui fakta yang mati-matian ingin kita sembuyikan? “Syukurlah, karena kalo sempat lo ada apa-apa sama cowok lain disaat gue udah ngenalin lo sama Aksa, lo gue sunat, Cin!” Aksa? Keberadaan Aksa sebenarnya hanya untuk membuat Ilham cemburu. Icin kira Ilham dan dirinya memiliki sesuatu yang penting hanya saja mereka berdua terlalu malas untuk maju, untuk membuat semuanya jelas. Makanya saat live i********: di ulang tahun Rega, yang icin yakin Ilham pasti akan menontonnya tapi ternyata tidak, lalu dari mana dia tau coba? Icin mencoba peruntungannya. Sialnya aksinya benar-benar tidak ditanggapi. Ilham tidak cemburu, cowok yang Icin minta betulan ada dan menemani hari-hari bosan Icin menunggu dihubungi lagi oleh Ilham. “Lo ga seriusan nyomblangin gue sama bang Aksa kan? b*****t???” “Sialan, elo yang minta dicariin cowok, setan!!” Oh my god, jadi Aksa serius untuk menjalin hubungan dengannya? Apa tidak bisa masalahnya lebih buruk dari ini??
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD