38. Membutuhkan Bantuan

1744 Words

Alita membuka pintu kamar dan melongokkan kepalanya, memastikan tidak ada yang melihat keberadaannya. Ia berharap kedua orangtuanya masih berada di dalam kamar, juga Kevin yang cerewet dan selalu ingin tahu. Perlahan ia keluar kamar dengan tatapan mata yang terus mengawasi, seperti seekor mangsa yang tengah mengintai buruannya. Langkahnya pun mengendap-ngendap seperti maling kesiangan. Ini adalah kedua kalinya Alita kabur dari rumah pagi-pagi buta. Ia melakukannya untuk menghindar dari Hardjono yang mungkin akan tetap membawanya ke psikiater. Sekali lagi ia tidak gila! Tapi tidak mungkin juga Alita mengatakan bahwa ia memiliki teman tak kasat mata. Semua itu justru semakin menguatkan mereka bahwa ua butuh seorang psikiater. “Kak Lita!” Tiba-tiba suara pria kecil memanggil namanya. Seke

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD