29. Our Precious Choi Yong Do

1379 Words
“Aku pulang dulu,” kata Choi Yong Do. “Kau yakin tidak mau diantar?” tanya Hye Min. Mengusap puncak kepala anak bungsunya. Choi Yong Do mengulum bibirnya. Memberikan senyum yang hanya bertahan selama dua detik. “Aku bisa naik taksi, lagi pula Ayah dan Ibu harus kembali kerja,” kata Yong Do. Goo Hae Young tersenyum bangga. “Aku punya putra yang tampan, pengertian, menggemaskan dan baik hati. Oh, demi apa pun. Nona Park harus tahu kalau dia sudah salah tidak ingin berteman dengan Tuan muda Choi.” “Ibu ….” Panggilan itu mengalun disertai desahan panjang. Sambil mendelikkan alisnya ke atas, Goo Hae Young mengangkat kedua tangan di depan da’da. “Oke …,” ucapnya santai. Wajah Choi Yong Do berubah masam seketika. Ia berdecak kesal lantas memalingkan wajah dari kedua orang tuanya. Goo Hae Young dan Choi Hye Min kompak memutar wajah. Saling menatap dan sudut bibir keduanya berkedut menahan senyum. Mereka senang sekali menggoda Yong Do sampai telinga pria itu terlihat memerah dan itu akan sangat menggemaskan di mata Goo Hae Young. Melihat jika wajah putra mereka malah makin bertambah kesal, Choi Hye Min akhirnya mendekati putranya. Tangan Hye Min terangkat mengelus lengan Yong Do. “Baik-baiklah pada nona Park, ya.” “Dad!” pekik Yong Do. “For the God saken,” ucap Yong Do sambil melayangkan kedua tangan ke udara. “Sebenarnya kau ini Ayah siapa?” Choi Yong Do mendengkus. Manik cokelatnya melebar. “Kau terdengar seperti seorang ayah yang menitipkan anak perempuannya padaku,” ujar Yong Do dengan wajah kesal. Membuat Choi Hye Min terbahak. Ia kembali berdiri di samping istrinya. “Habisnya kami sudah terlanjur menyukai gadis itu,” kata Hae Young. Sekali lagi Choi Yong Do mendengkus. “Well, jika kalian sudah seperti itu apa tidak sebaiknya kalian menambahkan gadis itu ke kartu keluarga,” sindir Yong Do. “Oh, astaga! Itu kedengarannya bagus. Kami tinggal menunggu kabar darimu,” ucap Hae Young. Wanita itu menutup ucapannya dengan gelak tawa. “Ya Tuhan, ada apa dengan kedua orang tuaku,” gumam Yong Do sambil menggelengkan kepalanya. Mulutnya terus berdecak kesal. Sambil tertawa rikuh, Goo Hae Young menghampiri putranya lantas memeluknya singkat. “Habisnya kau lucu sekali kalau sedang marah. Kau harus lihat bagaimana wajahmu itu,” kata Hae Young. Choi Yong Do memilih untuk tidak menanggapi ucapan ibunya atau dia akan semakin digoda. Lelaki itu menjauhkan tubuh dari dekapan sang ibu kemudian berkata, “Sudah yah, aku pulang dulu.” Goo Hae Young tersenyum sambil menatap putranya. “Hati-hati di jalan. Kabari kami kalau sudah tiba,” kata wanita itu. “Memangnya Ibu dan Ayah punya waktu mengangkat teleponku,” ucap Yong Do. Goo Hae Young mendesah panjang lantas berucap, “Ya … maksud Ibu kirim pesan,” katanya. “Oke.” Choi Yong Do berucap singkat. “Kalau begitu aku pergi dulu. Kalian jangan kerja sepanjang malam. Ingat, menyelamatkan nyawa orang lain memang tanggung jawab, tetapi tidak lalu melupakan kesehatan kalian. Ibu dan Ayah juga manusia dan tubuh kalian butuh istirahat.” Ucapan Choi Yong Do membuat kedua orang tuanya tertawa bersama. Goo Hae Young menggeleng. Namun, dalam hati ia begitu bangga dengan sang putra. Tampaknya kehidupan baru membuat Choi Yong Do mampu berpikir lebih dewasa. “Kau memang sudah dewasa ya, Tuan muda Choi jadi sudah bisa menasehati orang tua,” kata Hye Min. Choi Yong Do merengut sambil mengedikkan kedua bahu. Kakinya bergerak. Mendorong skateboard ke tangannya. “Aku pergi,” kata Yong Do. Lelaki muda Choi itu memutar tubuh. Sempat melambaikan tangan sewaktu ia berlari hendak mencegat taksi. Kedua orang tua Choi Yong Do masih berdiri di depan restoran. Menunggu putra mereka masuk ke dalam taksi dan akhirnya mereka mengambil langkah. “Senangnya melihat Yong Do tidak takut lagi pada dunia luar. Apa kau yakin dia baik-baik saja di sekolah?” tanya Hye Min. Kedua orang itu berjalan bergandengan tangan menuju area parkir. “Aku menelepon wali kelas mereka dan kata Ms. Madison, Choi Yong Do memang selalu menyendiri. Hampir tak punya teman, tetapi menurutku itu wajar. Dia baru bersosialisasi setelah sepuluh tahun mengurung diri. Tapi, kau tahu apa yang lucu dari itu?” Kening Hye Min mengerucut, bersama bibirnya yang mulai terkulum. Mereka berhenti di samping mobil dan Choi Hye Min memutar tubuhnya pada sang istri. “Apa?” tanya Hye Min. “Kata Ms. Thania salah satu guru di sana, kata Ms.Thania beberapa kali dia melihat Choi Yong Do hanya berinteraksi dengan Park Yiseo,” ujar Hae Young. Seketika manik mata Hye Min membesar. Sudut bibirnya naik membentuk senyum. “Wow,” gumamnya. “Ya … memang kata Ms. Thania dia tak bisa mengerti apa yang mereka bicarakan karena mereka berkomunikasi memakai bahasa Korea.” “Sounds great!” “Yahh ….” Goo Hae Young menyahut sangat antusias. “Tapi, memang benar nona Park itu sifatnya agak menyebalkan. Tapi kurasa mereka akan segera berteman,” kata Hye Min. “Aku bahkan berharap lebih.” Choi Hye Min menanggapi ucapan istrinya dengan senyuman. Ia memutar tubuh. Membuka pintu penumpang untuk istrinya. *** Claver Rose Luxury Apartment. 10.03 pm ________ Setibanya di apartemen, Choi Yong Do langsung menuju ke unitnya di lantai 101. Entah mengapa saat melintas di depan unit 08, langkah Yong Do malah terhenti. Dengan sendirinya tubuh pria itu berputar menghadap pintu bertuliskan VVIP 08 tersebut. ‘Apa dia sudah pulang?’ batin Yong Do. Refleks, ia pun menoleh ke bawah. Menatap jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya dan entah mengapa membuat Choi Yong Do menjadi resah. Ketika wajahnya kembali mendongak, ia pun gelisah. Lututnya berputar dan dia siap melangkah, tetapi malah nalurinya menuntun lelaki itu untuk mendekati pintu di unit 08. ‘Bagaimana kalau dia sudah ada di dalam? Apa yang akan kukatakan? Apa aku lari saja ya setelah menekan bel?’ Choi Yong Do bergumam di dalam hatinya. Lelaki Choi itu dilanda pergulatan batin yang hebat. Sampai-sampai tanpa disadari sekarang wajahnya berkeringat. Choi Yong Do bersikeras mengangkat tangannya. Sadar atau tidak, sekarang pria itu sedang menahan nafasnya. TING TONG …. Manik cokelat Yong Do melebar saat mendengar bunyi tersebut. Akhirnya ia berlari. Berusaha keras menghampiri pintunya. Bergegas Choi Yong Do menekan password di pintu lalu menarik gagangnya. Terburu-buru ia melesatkan tubuhnya ke dalam. Choi Yong Do mendesah panjang. ‘Ya Tuhan, apa yang baru saja kulakukan?’ gumamnya dalam hati. Ya. Apa yang baru saja dia lakukan? Choi Yong Do seperti berada di dalam escape room dan berusaha mencari-cari jalan keluar. Demi apa! “Fu’ck!” umpatnya. Lelaki muda Choi itu mengusap wajahnya dengan kasar. Menaruh skateboard ke samping pintu lalu berjalan menghampiri mini kitchen. Seketika tenggorokannya terasa kering sehingga ia perlu mengalirinya dengan minuman bersoda. Setelah membuka kulkas, ia mengambil beberapa botol minuman bersoda dan membawanya ke ruangan favorite. Tidak ada yang lebih menenangkan pikiran selain bermain game. Besok hari minggu dan malam ini dia akan bermain game sampai pagi. Setelah menegak minumannya hingga habis, Choi Yong Do pun menyalakan komputernya. Sudut bibirnya mulai terangkat sewaktu internetnya mulai terkoneksi dan dalam hitungan detik Choi Yong Do telah terhubung dengan teman-teman virtualnya. “Hey, badass b***h!” “Well … here the boss!” Teman-teman Yong Do lebih dulu menyapa. “It’s nice to see you guys,” kata Yong Do. “Ya. Setelah kau mengacaukan malam pertarungan,” kata Lisa. Tampak lelaki Choi itu memberengut lantas mengangkat kedua bahu. “Oke, aku minta maaf soal malam itu. Well … pukul sepuluh waktu Melbourne. Masih ada waktu hingga pagi,” kata Yong Do. “Hemm … mau pesta sampai pagi ya …,” ucap Yelena. Choi Yong Do tersenyum. “Kita hancurkan istana para Titan,” kata lelaki Choi itu. “Asalkan kau bisa menjamin kalau kali ini kau akan berhasil menemukan sang raja,” ucap Flynn. “Aku akan berusaha kali ini.” “Tak ada gangguan?” tanya Lisa. “Hem,” gumam Yong Do. “Bisa jamin?” tambah Yelena. “Girls, kalian bisa memegang ucapan sang Ares.” Mason terkekeh sinis. “Hit your mother fucker door, ya!” kata lelaki itu. “Oke … tidak ada yang boleh logout sampai peperangan kita selesai. Pokoknya malam ini harus Titan Castle harus segera diruntuhkan.” “Oke … show me your power, Ares!” Choi Yong Do kembali mengedikkan bahu. “As your wish, team.” ______________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD