CHAPTER: 2
Aku tak mau kehilangannya
Tapi, aku tak mencintainya
My Wife Is Sexy
Damian membuka ikatan dasi di lehernya yang seakan mencekiknya hingga ia sulit bernafas selama bekerja terlebih lagi aparat kepolisian yang mengancam akan menemukan titik terang bisnis hitam yang ia jalani dan Damian bersumpah ia akan membunuh polisi tikus itu hingga tak akan ada lagi polisi yang berani mencari tahu tentang bisnis hitamnya.
Damian menatap meja makan yang sepi hanya ada makanan hangat yang baru selesai dimasak para pelayan tak ada sosok menyusahkan yang baru saja keluar dari rumah sakit 2 hari yang lalu, siapa lagi kalau bukan Tania.
Damian berjalan menaiki tangga setelah melempar jas dan dasinya ke sembarang arah tak peduli ruangan bersih dan indah ini akan berantakan karen sikapnya, toh ia membayar pelayan itu untuk membersihkan mansionnya bukan untuk tidur-tiduran.
Damian membuka pintu kamar Tania dan ia bisa melihat sosok wanita memakai tanktop putih dengan cardigan hitam dan hotpans hitam sedang duduk di ayunan yang ada di balkon sambil menelepon seseorang yang Damian tak tahu siapa.
Damian mendekat perlahan ke arah Tania dan sungguh ia seperti maling di rumahnya sendiri atau seperti suami yang memergoki istrinya sedang menelepon pria lain sambil tertawa bahagia.
"Iya jack kau tahu kan aku ini sexy baik di kantor atau pun di ranjang dan kupastikan siapa pun pria yang bersama di atas ranjang denganku pasti akan kelelahan menghadapi nafsu liarku ini ha ha ha," tawa Tania pada seseorang di seberang sana sesekali menghisap rokoknya dan menatap ke atas langit tak mengetahui ada sosok pria yang telah menjadi suaminya.
Rahang Damian mengeras, tangannya mengepal kuat menandakan ia berusaha menahan amarahnya saat mendengar ucapan Tania pada pria di seberang sana yang bernama Jack walaupun pernikahan ini hanya sebatas keinginan terakhir Fania namun tetap saja tidak boleh ada orang ketiga dalam pernikahan ini karena itu sama saja melukai hati mendiang kekasihnya, fania.
Damian berjalan meninggalkan kamar Tania dengan amarah yang siap meledak ke Tania kalau saja ia tidak mengingat Tania baru saja keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu.
Damian menutup pintu kamar Tania dengan keras hingga pintu itu rusak dan roboh membuat Tania kaget dan langsung keluar mencari perusak pintu kamarnya.
Tania terkejut saat melihat Damian berjalan menuruni tangga, "apa Damian yang merusak pintu kamarku? Apa mungkin dia salah paham?."
"DAMIAN!," teriak Tania berlari menuruni tangga berusaha mengejar Damian namun pria itu malah tetap berjalan berpura-pura tuli tidak mendengar teriakannya.
"Damian aku ingin bicara padamu, Damian berhenti, DAMIAN," teriak Tania namun Damian tetap berusaha tidak peduli.
Damian keluar dari mansionnya tidak peduli hujan deras yang membasahi tubuhnya dan ia terus berjalan membuat Tania takut pria itu akan sakit karena tindakan bodohnya.
"Damian aku mohon jangan seperti anak kecil, kau bisa sakit karena kehujanan, Damian kembali, Damian!," teriak Tania lalu kesal sendiri melihat tingkah kekanak-kanakkan Damian lalu Tania berlari di bawah deras hujan berusaha mengejar langkah besar Damian.
Tania berhasil menangkap tangan Damian namun pria itu tidak menoleh padanya sama sekali dan hanya diam.
"Kau yang merusak pintu kamarku? Apa kau mendengar percakapanku dengan Jack?," tanya Tania mengedipkan matanya berusaha menghalau air hujan di alis matanya menatap tajam Damian.
"Iya aku yang merusak pintu kamarmu dan aku pun mendengar pembicaraanmu dengan kekasih gelapmu itu," ucap Damian balas menatap tajam Tania.
"Itu semua tidak seperti yang kau pikirkan, Jack itu temanku dan ki......
"cukup, aku tidak perlu mendengar penjelasanmu karena aku pun tidak peduli dengan dirimu, mau kau menjual dirimu ke pria di luar sana sekali pun aku tidak mau tahu sama sekali," bentak Damian membuat Tania kaget bahkan ia sampai mundur tanpa sadar saking kagetnya.
"Kau benar seterah diriku mau melakukan apa pun termasuk bersenang-senang dengan pria mana pun yang aku mau," ucap Tania mundur perlahan menatap Damian dengan tatapan sendu bahkan air mata tak henti mengalir di kedua pipinya yang ikut mengalir dengan air hujan.
Tania berbalik badan berusaha berjalan dengan tenang padahal ia ingin sekali berlari segera ke arah ke kamarnya dan menangis semalaman.
"Kau yang salah Tania membiarkan perasaan bodoh ini memasuki pernikahan ini, kau bodoh kau bukan Fania wanita yang dia cintai kau hanya kembaran Fania yang tidak pernah di anggap olehnya," ucap Tania pada dirinya sendiri.
Damian terus menatap Tania yang perlahan menjauh darinya, Damian pun berbalik badan saat merasa Tania tidak akan membalikkan badannya dan keluar dari mansion berusaha menenangkan amarahnya.
Tania berhenti berjalan lalu menoleh ke belakang menatap punggung Damian yang semakin jauh darinya lalu kembali melanjutkan jalannya.
Ini memang takdir keduanya berjalan di jalan yang berbeda dan saling bertolak belakang, keduanya tidak akan bisa bersama atau menyatu karena ada jurang besar di antara keduanya.