5

1223 Words

5 Pandu segera berdiri, memberi ruang pada mamanya agar mendekati Yana yang berbaring dengan air mata berderai. Ia sentuhkan tangannya ke kening Dayana. "Sudah turun panasnya tapi kenapa Yana menangis?" "Saya pusing Ibu." Suara pelan Dayana membuat Renata terlihat khawatir. "Tidurlah aku yakin ini kelelahan yang bertumpuk-tumpuk, dia sebulan penuh berkerja keras untuk persiapan butik baru, tadi malam yang jalan-jalan sama kamu dan kembali ke rumah sudah sangat malam jadi membuat dia jadi semakin lelah Pandu." "Iyah Ma, bisa jadi." Pandu terus menatap wajah pucat yang terlihat menahan sakit, entah apa yang ia rasa saat ini yang jelas Pandu merasa bersalah semalam ia bagai kehausan tak lelah menjelajahi tubuh Dayana tanpa henti. Pandu merasa jika Dayana juga merasakan hal yang sama kar

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD