Prolog
Tiga orang remaja yang sedang duduk di kafe and resto, yang belakang ini lagi hits di kalangan anak muda. Angelica, Kristin dan juga Melati merupakan tiga orang sahabat sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Kristin memesan menu paling pedas, sesuai dengan kesepakatan mereka sebelum datang ke tempat ini. Angel melihat menu yang di pilihkan kristin dengan dengan ngeri. Pasalnya dia adalah orang yang tidak bisa jika makan pedas, bukan mulutnya yang tidak tahan tapi, perutnya. Dia memiliki usus yang sangat sensitif. Makanan pedas akan membuatnya bolak-balik kamar mandi seharian.
"Level pedasnya nggak bisa di turunin dua level?" Tanya Angel pada temannya yang sedang memilh menu untuk mereka.
"Sesuai perjanjian, menu yang di pilih harus yang paling pedas," ucap Kristin mengingatkan perjanjian mereka saat di sekolah tadi. Angel menghela napasnya, dia tidak mungkin bisa menang, kalau menang pun resikonya tinggi.
"Terimakasih, mbak." Ucap kristin pada pelayan yang mencatat pesanan mereka.
Menungugu sekitar lima belas menit pesanan mereka akhirnya tiba, Angel melihat teman-temannya yang mulai menyatap makan pedas itu dengan lahap. Angel mengambil sendok lalu menyedok dengan porsi kecil, satu kali suapan dia langsung menyerah.
"Aku nyerah," Katanya seraya meletakkan kembali sendoknya. Angel mengambil minumnya dan langsung menghabiskannya.
"Sudah ku duga," Ucap Melati seraya tetap menyatap makanannya, seolah-olah rasa pedas tidak berarti sama sekali. kristin sendiri sudah kepedasan, gadis remaja itu mengipasi wajah dengan menggunakan tangannya.
"Kita tunggu siapa akan yang melewati kita, tidak peduli mau tua atau muda, perempuan atau laki-laki. Hukumannya adalah minta cium." Melati mengulang perjanjian taruhan mereka.
Lima menit menunggu belum ada satu orang pun yang melewati mereka, dan lima menit lagi maka hukumannya akan hangus. Angel sudah akan bersorak saat menit ke sembilan belum ada satu orang pun yang lewat dari samping mereka, lalu pas di menit ke sepuluh seorang pria dengan setelan jas kantoran melewati mereka.
Kristin dan Melati sontak melirik Angel. Angelica berdiri dan mengikuti langkah pria itu, setelah berada sedikit jauh dari temannya, dengan memberanikan diri dia memanggil pria itu.
"Permisi om," Angelica memegang tangan pria itu. Pria itu berbalik dan melihat Angelica dengan kening berkerut.
"Iya, ada apa?"
"Om, cium dong," kata Angelica sedikit gugup.
Pria itu melipat tangannya di d**a dia memberikan tatapan yang sangat tajam pada gadis kecil di hadapannya.
"Om, Angel kalah taruhan. Dan hukumannya adalah harus minta cium sama om, karena om orang pertama yang melewati Angel tadi." Angel menjelaskan,
"Oke." Pria itu kemudian menunduk dan mengecup kening Angelica lembut, sangat lembut hingga membuat d**a gadis muda berdetak kencang.
"Lain kali jangan ikut taruhan yang merugikan kamu, beruntung kamu bertemu dengan saya, jadi hanya kening mu yang ternoda, bagaimana jika kamu bertemu orang lain? pintarlah menjaga diri adik kecil." Pria itu kemudian berjalan meninggalakan Angelica yang mematung seraya memandangi punggung tegap pria itu.
"Mulai sekarang, cita-cita Angel adalah menjadi istri mu om." Janji Angel dalam hati.