Kau sudah melakukannya dengan baik

1075 Words
"B-Boleh Aku menyentuhnya?" tanya Pond kemudian. Body menepis tangan Pond, lalu memukul Pond dengan bantal, "Hentikan kegilaanmu, brengsekk!" Bu Lada dan White terbelalak. White mengusap wajahnya, sedangkan Bu Lada sangat terkejut mendengar anaknya berkata kasar. White tak pernah bicara dengan nada tinggi sebelumnya, apalagi menyebut orang lain b******k. "White, kenapa bicara kasar begitu? itu tidak sopan," Bu Lada menatap Body dengan kecewa. "Si b******k ini ..." "Sepertinya White kurang sehat," White yang berada di tubuh Body, mencoba untuk memperbaiki suasana. White mendekati Body perlahan, "Aku kembali ke kamarku dulu. Phi istirahat saja," ucap White, "Sudah kubilang, jangan berkata kasar di depan ibuku," bisik White ke telinga Body. Body bergidik. Dia hendak mendorong White, namun ketika melihat Bu Lada. Dia akhirnya mendorong White dengan pelan. "Pond. Bawa dia ke kamarnya," ucap Body dengan nada memerintah. "Oh iya. Kau tahu namaku, tahu darimana?" Pond menatap Body. "A-Aku yang memberitahukannya," ucap White segera. "Kau? Body Hemsakul yang kukenal?" Pond mendekat kearah White. Lalu berbisik, "Sejak kapan kau akrab dengan laki-laki cantik itu, bukannya kau sangat membencinya?" "Nanti kuceritakan, kita pergi keluar dulu dari sini," White mendekati Ibunya, "Aku permisi dulu, Bu ... ah maksudku Bibi," White menarik Pond, lalu segera bergegas keluar dari ruang rawat Body. Bu Lada mendekati Body sambil tersenyum, "Kau punya teman ternyata. Tapi ... dia memanggilmu Phi, apa dia lebih muda darimu? Ibu perhatikan sepertinya dia lebih tua ..." "Ya, dia lebih muda," jawab Body singkat. "Ah, ternyata wajahnya lebih tua dari usianya?" "Siapa bilang wajahku lebih tua dari umurku?" "Bukan kau. Tapi temanmu itu siapa namanya? Body?" "Aku tidak ..." Body terdiam sejenak, lalu memukul dahinya, "I-Iya, namanya Body, dan sebenarnya wajahnya tidak lebih tua dari umurnya." "Ah, maafkan Ibu. Ibu tak bermaksud mengatai temanmu," Bu Lada duduk di samping Body, lalu menggenggam tangan Body, "Tapi, sepertinya dia anak yang baik. Dia lembut dan sopan." "Hah, sekarang gambaranku berubah gara-gara si Lemah itu," omel Body dalam hati. "Kau baik-baik saja, kan? masih ada yang sakit?" Body tertegun menatap Bu Lada yang begitu lembut. Setelah ibunya meninggal, Body tak pernah merasa kasih sayang seorang Ibu lagi. Dia hidup sebatang kara, meninggalkan rumah, meninggalkan Ayahnya yang sangat dia benci. Bu Lada membuat hati Body hangat. Body menatap tangannya yang digenggam Bu Lada begitu lama. Beberapa detik kemudian, akhirnya Body tersadar lalu menarik tangannya dari Bu Lada. "M-Maaf, B-Bu ... Aku ingin istirahat," ucap Body sambil berbaring membelakangi Bu Lada. "Ya, Istirahatlah. Besok jika tidak ada masalah Kau sudah bisa pulang. Lain kali kau harus lebih berhati-hati," ucap Bu Lada sambil mengelus kepala Body. "Tolong keluar dari sini. Ini membuatku tak nyaman," batin Body. Dia berusaha mengabaikan perasaannya yang sangat merindukan sosok Ibu. Bu Lada menghela nafas, lalu tersenyum menatap putranya dengan jiwa yang telah tertukar tersebut, "Tidurlah sayang, Ibu akan menjagamu." *** Keesokan harinya. White dan Body sama-sama keluar dari rumah sakit. Body langsung dibawa oleh Bu Lada ke rumahnya. Sedangkan White pulang ke rumah kontrakan Body ditemani Pond. Begitu tiba di kontrakan Body, White tertegun sejenak. Dia berdiri di ambang pintu. Merasa ragu untuk masuk ke dalam. Kontrakan Body tidak begitu besar, itu lebih sebuah kamar sewaan, dan dia tinggal disini bersama Pond, membuat rumah tersebut menjadi lebih sempit. "Kenapa kau berdiri disana? tidak mau masuk?" Ucap Pond ketika melihat White masih tak bergerak dari tempatnya. "Maaf Phi, aku bingung begitu sampai di rumah," ucap White sambil melangkahkan kakinya dengan canggung. "Body, jujur padaku. Saat kecelakaan itu, apa otakmu ikut terluka?" "Kurasa tidak, memangnya kenapa?" "Kau tanya kenapa? lihatlah, kau sangat aneh. Kau memanggilku Phi, Kau bahkan mengucapkan kata maaf, sejak kapan kau belajar mengucapkan kata itu. Terdengar aneh keluar dari mulutmu." White diam sejenak, lalu duduk perlahan di sofa, "Mungkin itu efek samping dari kecelakaan," ucap White kemudian. "Lalu, yang paling membuatku kaget. Kenapa kau bisa berteman dengan White Pattchara?" Pond menatap White mencari jawaban dari kejadian aneh yang dia lihat semalam. Body yang membenci White setengah mati, ternyata adalah teman White? bahkan orang gila saja tak akan mau percaya. "A-Aku tidak boleh berteman dengannya?" ucap White terbata. "Ayolah kawan. Kau ingat? kau akan mengusirku jika menonton dramanya. Kau tak ingin mendekatinya saat bekerja paruh waktu. Kau sangat sangat membencinya, dan sekarang, kau tiba-tiba menjadi temannya? jujur padaku apa sebenarnya yang terjadi?" White menatap Pond lalu berpikir sejenak, "Jika aku jujur, apa Pond akan percaya? jika dia percaya mungkin dia bisa membantu kami mencari jalan keluar. Lebih banyak bantuan lebih baik." "Body, kau dengar aku?" "Phi Pond, jika aku katakan apa kau akan percaya padaku?" "Berhenti memanggilku Phi, itu sangat menggelikan. Kau mau bicara apa?" "S-Sebenarnya ... ini adalah rahasia. Tapi, karena Phi dan Phi Body sudah berteman begitu lama dan tinggal serumah, aku pikir Phi bisa membantu kami menemukan jalan keluar." "Jangan banyak omong, kau mau bilang apa?" "Sebenarnya ... Aku adalah White Pattchara," "Apa?" Pond menarik telinganya. Dia berpikir bahwa dia salah dengar, "Ulangi sekali lagi," ucap Pond kemudian. "Aku adalah White Pattchara, dan yang di rumahku sekarang, dia adalah Phi Body, temannya Phi Pond. Karena kecelakaan itu, Jiwa kami tertukar." White menatap Pond dengan penuh harap agar laki-laki itu bisa mempercayai apa yang dia katakan. Pond tampak berpikir dengan serius. Dia sesekali menatap White, lalu mondar-mandir tak karuan, "Kumohon percayalah padaku," batin White. "Kau bilang ... kau adalah White Pattchara, dan yang sekarang bersama Ibumu adalah Body Hemsakul?" Pond memastikan. "Iya Phi. Benar," jawab White lalu berdiri dengan antusias, "Phi, kau percaya padaku, kan?" "Karena kecelakaan itu, kalian berganti tubuh?" "Bertukar Jiwa Phi. Jiwaku berada di tubuh Phi Body, jiwa Phi Body berada di tubuhku." "Bukannya sama saja dengan berganti tubuh." "Terdengar agak aneh. Istilah yang lebih tepatnya, Jiwa kami tertukar." "Body ..." Pond mendekati White perlahan. "White Phi, Aku White Pattchara," "White ..." "Iya Phi." "Kau ini ..." Pond mendekat selangkah lagi. White tersenyum menanti kalimat selanjutnya dari Body. Namun, tiba-tiba ... tak! Pond menjentikkan jarinya di dahi White. Mendengar suaranya yang besar, sudah pasti Pond menjentik White dengan tenaga yang besar. White mengusap-usap dahinya dengan cepat karena kesakitan. "Phi, kenapa kau lakukan itu? akh, sakit sekali," White meringis. "Kau benar-benar sudah gila? apa aliran listrik sudah menyentrum sampai ke otakmu? jiwa kalian tertukar? yang benar saja, kau pikir kita sedang syuting drama?" "Phi, tapi ini benar," "Jangan memanggilku dengan sebutan Phi! dasar gila," Pond berlalu meninggalkan White dan masuk ke kamarnya. White menghela nafas, lalu terduduk di sofa, "Hah, sudah kuduga dia tidak akan percaya. Tapi, setidaknya aku sudah berusaha. Bagus White, kau sudah melakukannya dengan baik. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD